Haji Misbach: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Trendingtopiq (bicara | kontrib)
Trendingtopiq (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:http://melodikehidupan.files.wordpress.com/2010/10/hadji-mohammad-misbach.jpg]] | Haji Misbach
 
'''Haji Mohamad Misbach''' yang lebih dikenal dengan '''Haji Misbach''' ([[Surakarta]], [[1876]]–[[1926]]). Misbach diahirkan sekitar tahun [[1876]] di [[Kauman]], di sisi barat alun-alun utara, persis di depan [[keraton]] [[Kasunanan]] dekat [[Masjid Agung Surakarta]], dibesarkan sebagai putra seorang pedagang [[batik]] yang kaya raya. Bernama kecil Ahmad, setelah menikah ia berganti nama menjadi [[Darmodiprono]]. Dan usai menunaikan ibadah haji, orang mengenalnya sebagai Haji Mohamad Misbach. Ayah [[Misbach]] sendiri seorang pejabat keagamaan. Pada usia sekolah, Misbach ikut pelajaran keagamaan dari pesantren, selain di sekolah [[bumiputera]] "Ongko Loro". Menjelang dewasa, Misbach terjun ke dunia usaha sebagai pedagang [[batik]] di [[Kauman]] mengikuti jejak ayahnya. Bisnisnya menanjak dan berhasil membuka rumah pembatikan.
 
== Terlibat dalam politikRiwayat ==
* Tahun [[1914]], Misbach mulai aktif dalam IJB ([[Indlandsche Journalisten Bond]]).
* Tahun [[1915]], ia menerbitkan surat kabar [[Medan Moeslimin]].
* Tahun [[1917]], menerbitkan [[Islam Bergerak]].
* Tanggal [[7 Mei]] [[1919]], ia ditangkap setelah melakukan belasan pertemuan [[kring]] (subkelompok [[petani]] perkebunan) dibebaskan pada [[22 Oktober]] kemudian.
* Pada [[16 Mei]] [[1920]], ia kembali ditangkap dan dipenjarakan di [[Pekalongan]] selama 2 tahun 3 bulan.
* Bulan Juli [[1924]], ia kembali ditangkap dan dibuang ke [[Manokwari]] dengan tuduhan mendalangi pemogokan-pemogokan dan teror-teror/[[sabotase]] di [[Surakarta]] dan sekitarnya.
 
== Pandangn politik ==
Misbach memiliki posisi yang unik dalam sejarah Tanah Air, namanya sering disandingkan dengan [[Semaun]], [[Tan Malaka]], atau golongan kiri lainnya. Di kalangan gerakan [[Islam]], memang namanya nyaris tak pernah disebut karena berpaham [[komunis]]. Menurut Misbach, [[Islam]] dan [[komunisme]] tidak selalu harus dipertentangkan, [[Islam]] seharusnya menjadi agama yang bergerak untuk melawan penindasan dan ketidakadilan.
Pada [[1912]] di [[Surakarta]] berdiri [[Sarekat Islam]] (SI).
Misbach mulai aktif terlibat dalam pergerakan pada tahun [[1914]], ketika berkecimpung dalam IJB ([[Indlandsche Journalisten Bond]])-nya [[Marco]]. Pada tahun [[1915]], Misbach menerbitkan surat kabar [[Medan Moeslimin]], yang edisi pertamanya tertanggal [[15 Januari]] [[1915]] dan kemudian menerbitkan [[Islam Bergerak]] pada tahun [[1917]]. Surat-surat kabar ini menjadi [[media]] gerakan yang sangat populer di [[Surakarta]] dan sekitarnya.
[[Marco Kartodikromo]], salah satu tokoh pergerakan pada saat itu, berkisah tentang Misbach:
".. Di Pemandangan Misbach tidak ada beda di antara seorang pencuri biasa dengan orang yang dikata berpangkat, begitu juga di antara [[rebana]] dan [[klenengan]], di antara bok [[Haji]] yang bertutup muka dan orang bersorban cara [[Arab]] dan berkain kepala cara [[Jawa]]. Dan sebab itu dia lebih gemar memaki kain kepala dari pada memakai [[peci]] [[Turki]] atau bersorban seperti pakaian kebanyakan orang yang disebut "[[Haji]]".
Baris 12 ⟶ 17:
Misbach langsung terjun melakukan pengorganisiran di basis-basis rakyat. Membentuk organisasi dan mengorganisir pemogokan ataupun rapat-rapat umum/[[vergadering]] yang dijadikan mimbar pemblejetan [[kolonialisme]] dan [[kapitalisme]]. Orang menggambarkan [[Haji Misbach]] sebagai sosok yang tak segan bergaul dengan anak-anak muda penikmat [[klenengan]] (musik [[Jawa]]) dengan tembang yang sedang populer. Satu tulisan tentang [[Misbach]] menyebutkan, di tengah komunitas pemuda, [[Misbach]] menjadi kawan berbincang yang enak, sementara di tengah pecandu [[wayang orang]] [[Misbach]] lebih dihormati ketimbang direktur [[wayang orang]].
"... di mana-mana golongan Rajat [[Misbach]] mempoenjai kawan oentoek melakoekan pergerakannya. Tetapi didalem kalangannya orang-orang jang mengakoe [[Islam]] dan lebih mementingkan mengoempoelken harta benda daripada menolong kesoesahan Rajat, [[Misbach]] seperti [[harimau]] didalem kalangannya binatang-binatang ketjil. Kerna dia tidak takoet lagi menyela kelakoeannja orang-orang yang sama mengakoe [[Islam]] tetapi selaloe mengisep darah temen hidoep bersama."
 
== Misbach dan Dunia Islam ==
[[Takashi Shiraisi]] mengungkapkan perbedaan dinamika [[sosial]] [[Islam]] di [[Yogya]] dan [[Surakarta]]. Ini dikaitkan dengan persamaan dan perbedaan antara [[KH Achmad Dahlan]], pendiri [[Muhammadiyah]] dan, [[Misbach]], seorang [[muslim]] [[ortodoks]] yang saleh, progresif, dan hidup di [[Surakarta]].
Di [[Yogya]], [[Muhammadiyah]] yang lahir pada [[1912]] di [[Kauman]], segera menjadi sentral kegiatan kaum [[muslimin]] yang saleh yang kebanyakan berlatar belakang keluarga pegawai keagamaan [[Sultan]]. Ayah [[Dahlan]] adalah chatib amin [[Masjid Agung]] dan ibunya putri penghulu (pegawai keagamaan kesultanan) di [[Yogya]]. [[DahlaDahlan]]n sendiri sempat dipercaya menjadi chatib amin. Para penganjur [[Muhammadiyah]] umumnya anak-anak pegawai keagamaan. Kala itu [[birokrat]] keagamaan umumnya adalah alat negara sehingga, kata [[Shiraisi]], wewenang keagamaannya tidak berasal dari kedalaman pengetahuan tentang [[Islam]] tetapi karena jabatannya. Meskipun mereka berhaji dan belajar [[Islam]], masih kalah wibawa dibandingkan para kiai yang pesantrennya bebas dari negara.
Kendati demikian, reformisme [[Muhammadiyah]] berhasil menyatukan umat [[Islam]] yang terpecah-pecah. Tablig-tablignya, kajian ayat yang dijelaskan dengan membacakan dan menjelaskan maknanya di [[masjid]]-masjid, pendirian lembaga pendidikan [[Islam]], membangunkan keterlenaan umat [[Islam]]. Mereka tumbuh menjadi pesaing tangguh [[misionaris]] [[Kristen]] dan aktivis sekolah-sekolah [[bumiputera]] yang didirikan pemerintah.
Lain dengan di [[Surakarta]]. Kala itu belum ada pengaruh sekuat [[Dahlan]] dan [[Muhammadiyah]]. Ini karena di [[Surakarta]] sudah ada sekolah [[agama]] modern pertama di [[Jawa]], [[Madrasah]] Mamba'ul Ulum yang didirikan [[patih]] [[R. Adipati Sosrodiningrat]] ([[1906]]) dan [[SI]] pun sudah lebih dulu berkiprah sebagai wadah aktivis pergerakan [[Islam]]. Di [[Surakarta]], pegawai keagamaan yang progresif, [[kiai]], guru-guru [[Al-Quran]], dan para pedagang [[batik]] mempunyai forum yang berwibawa, [[Medan Moeslimin]]. Di situlah pendapat mereka yang kerap berbeda satu sama lain tersalur. Kelompok ini menyebut diri [["kaum muda Islam"]].
Beda pergerakan [[Islam]] [[Surakarta]] dan [[Yogya]], di [[Yogya]] reformis tentu juga modernis, tetapi di [[Surakarta]] kaum muda [[Islam]] memang modernis tetapi belum tentu reformis. Kegiatan keislaman di [[Solo]] banyak dipengaruhi [[kiai]] progresif tapi [[ortodoks]], seperti [[Kiai Arfah]] dan [[KH Adnan]]. Sampai suatu ketika ortodoksi yang cenderung menghindar [[ijtihad]] itu terpecah pada [[1918]].
Perpecahan kelompok [[Islam]] di [[Surakarta]] dipicu artikel yang dimuat dalam [[Djawi Hiswara]], ditulis [[Martodharsono]], seorang guru terkenal dan mantan pemimpin [[SI]]. Ketika artikel itu muncul di [[Surakarta]] tidak langsung terjadi protes, tetapi [[Tjokroaminoto]] memperluas isi artikel dan menyerukan pembelaan [[Islam]] atas pelecehan oleh [[Martodharsono]]. Seruan itu muncul di [[Oetoesan Hindia]], sehingga bangkitlah kaum muda [[Islam]] [[Surakarta]].
[[Tjokroaminoto]] membentuk [[Tentara Kanjeng Nabi Muhammad]] (TKNM), yang mencuatkan nama [[Misbach]] sebagai [[mubalig]] vokal. Mengiringi terbentuknya [[TKNM]], lahir perkumpulan [[tablig]] reformis bernama [[Sidik, Amanah, Tableg, Vatonah]] (SATV). [[Haji Misbach]] menyebar seruan tertulis menyerang [[Martodharsono]] serta mendorong terlaksananya rapat umum dan membentuk subkomite [[TKNM]]. Segeralah beredar cerita, [[Misbach]] akan berhadapan dengan [[Martodharsono]] di podium. Komunitas yang dulunya kurang greget menyikapi keadaan itu tiba-tiba menjadi dinamis. Kaum [[muslimin]] [[Surakarta]] berbondong-bondong menghadiri rapat umum di lapangan [[Sriwedari]], pada [[24 Februari]] [[1918]] yang konon dihadiri 20.000-an orang. [[Tjokroaminoto]] mengirim [[Haji Hasan bin Semit]] dan [[Sosrosoedewo]] (penerbit dan redaktur jurnal [[Islam]] [[Surabaya]], [[Sinar Islam]]), dua orang kepercayaannya di [[TKNM]]. Waktu itu terhimpun sejumlah dana untuk pengembangan organisasi ini. [[Muslimin]] [[Surakarta]] bergerak proaktif menjaga wibawa [[Islam]] terhadap setiap upaya penghinaan terhadapnya. Inilah awal perang membela [[Islam]] dari "[[kaum putihan]]" [[Surakarta]]. Belakangan, muncul kekecewaan jamaah [[TKNM]] ketika [[Tjokro]] tiba-tiba saja mengendurkan perlawanan kepada [[Martodharsono]] dan [[Djawi Hiswara]] setelah mencuatnya pertikaian menyangkut soal keuangan dengan [[H Hasan bin Semit]]. Buntutnya, [[Hasan bin Semit]] keluar dari [[TKNM]]. Beredar artikel menyerang petinggi [[TKNM]]. Muncul statemen seperti "korupsi di [[TKNM]] dianggap sudah menodai [[Nabi]] dan [[Islam]]".
Dalam situasi itu muncul [[Misbach]] menggantikan [[Hisamzaijni]], ketua subkomite [[TKNM]] dan menjadi hoofdredacteur (pemimpin redaksi) [[Medan Moeslimin]]. Artikel pertama [[Misbach]] di media ini, [[Seroean Kita]]. Dalam artikel itu [[Misbach]] menyajikan gaya penulisan yang khas, yang kata [[Takashi]], menulis seperti berbicara dalam forum [[tablig]]. Ia mengungkapkan pendapatnya, bergerak masuk ke dalam kutipan [[Al-Quran]] kemudian keluar lagi dari ayat itu. "Persis seperti membaca, menerjemahkan, dan menerangkan arti ayat [[Al-Quran]] dalam pertemuan tablig."
Sikap [[Misbach]] ini segera menjadi tren, apalagi kemudian secara kelembagaan perkumpulan [[tablig]] [[SATV]] benar-benar eksis melibatkan para pedagang [[batik]] dan generasi [[santri]] yang lebih muda. Menurut [[Shiraisi]], ada dua perbedaan [[SATV]] dibanding [[Muhammadiyah]]. Pertama, [[Muhammadiyah]] menempati posisi strategis di tengah masyarakat keagamaan [[Yogya]], sedangkan [[SATV]] adalah perhimpunan [[muslimin]] saleh yang merasa dikhianati oleh kekuasaan keagamaan, manipulasi pemerintah, dan para [[kapitalis]] non [[muslim]]. Kedua, militansi para penganjur [[Muhammadiyah]] bergerak atas dasar keyakinan bahwa bekerja di [[Muhammadiyah]] berarti hidup menjadi [[muslim]] sejati. Sedangkan militansi [[SATV]] berasal dari rasa takut untuk melakukan manipulasi, dan keinginan kuat membuktikan keislamannya dengan tindakan nyata. Di mata pengikut [[SATV]], [[muslim]] mana pun yang perbuatannya mengkhianati kata-katanya berarti [[muslim]] gadungan.
[[SATV]] menyerang para elite pemimpin [[TKNM]], kekuasaan keagamaan di [[Surakarta]], menyebut mereka bukan [[Islam]] sejati, tetapi "[[Islam lamisan]]", "kaum terpelajar yang berkata mana yang bijaksana yang menjilat hanya untuk menyelamatkan namanya sendiri." Dasar keyakinan [[SATV]] dengan [[Misbach]] sebagai ideolognya, "membuat [[agama]] [[Islam]] bergerak". [[Misbach]] kondang di tengah [[muslimin]] bukan sekadar karena tablignya, melainkan ia menjadi pelaku dari kata-kata keras yang dilontarkannya di berbagai kesempatan. Ia dikenal luas karena perbuatannya "menggerakkan [[Islam]]": menggelar [[tablig]], menerbitkan jurnal, mendirikan sekolah, dan menentang keras penyakit hidup boros dan bermewah-mewah, dan semua bentuk penghisapan dan penindasan.
 
== Jangan takut, jangan kawatir ==
Baris 31 ⟶ 38:
== Masa pembuangan ==
Bulan Mei [[1919]] akibat pemogokan-pemogokan petani yang dipimpinnya, Misbach dan para pemimpin pergerakan lainnya di [[Surakarta]] ditangkap. Pada [[16 Mei]] [[1920]], ia kembali ditangkap dan dipenjarakan di [[Pekalongan]] selama 2 tahun 3 bulan. Pada [[22 Agustus]] [[1922]] dia kembali ke rumahnya di [[Kauman]], [[Surakarta]]. Maret [[1923]], ia sudah muncul sebagai [[propagandis]] [[PKI]]/[[SI Merah]] dan berbicara tentang keselarasan antara paham [[Komunis]] dan [[Islam]]. Bulan Juli [[1924]] ia ditangkap dan dibuang ke [[Manokwari]] dengan tuduhan mendalangi pemogokan-pemogokan dan teror-teror/[[sabotase]] di [[Surakarta]] dan sekitarnya. Walaupun bukan yang pertama diasingkan tapi ia-lah orang yang pertama yang sesungguhnya berangkat ke tanah pengasingan di kawasan [[Hindia]] sendiri.
Terkait dengan "teror-teror" yang terjadi di [[Jawa]] tersebut, Misbach tetap dipercaya sebagai otaknya. Misbach ditangkap. Dalam pengusutan sejumlah fakta memberatkannya meskipun belakangan para saksi mengaku memberi kesaksian palsu karena iming-iming bayaran dari [[Hardjosumarto]], orang yang "ditangkap" bersama Misbach. [[Hardjosumarto]] sendiri juga mengaku menyebarkan pamflet bergambar [[palu arit]] dan tengkorak, membakar bangsal [[sekatenan]], dan mengebom [[Mangkunegaran]]. Namun Misbach tetap tidak dibebaskan. Dia dibuang ke [[Manokwari]], [[Papua]], beserta dengan istri dan tiga anaknya. Selama penahanan di [[Semarang]], tak seorang pun diizinkan menjenguknya. Misbach hanya dibolehkan membaca [[Al-Qur’an]]. Di pengasingan, selain mengirim laporan perjalanannya, Misbach juga menyusun artikel berseri "[[Islamisme dan Komunisme]]".
Namun Misbach tetap tidak dibebaskan. Dia dibuang ke [[Manokwari]], [[Papua]], beserta dengan istri dan tiga anaknya. Selama penahanan di [[Semarang]], tak seorang pun diizinkan menjenguknya. Misbach hanya dibolehkan membaca [[Al-Qur’an]]. Di pengasingan, selain mengirim laporan perjalanannya, Misbach juga menyusun artikel berseri "[[Islamisme dan Komunisme]]".
[[Medan Moeslimin]] kemudian memuat artikel Misbach tersebut,
“…agama berdasarkan sama rata sama rasa kepada [[Tuhan]] Yang Maha Kuasa hak persamaan untuk segenap manusia dalam dunia tentang pergaulan hidup, tinggi dan hinanya manusia hanya tergantung atas budi kemanusiaannya. Budi terbagi tiga bagian: budi kemanusiaan, budi binatang, budi setan. Budi kemanusiaan dasarnya mempunyai perasaan keselamatan umum; budi binatang hanya mengejar keselamatan dan kesenangan diri sendiri; dan budi setan yang selalu berbuat kerusakan dan keselamatan umum.”