Gempol, Karanganom, Klaten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
The hang (bicara | kontrib)
k GEMPOL KARANGANOM KLATEN
The hang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
 
{{Karanganom, Klaten}}
{{kelurahan-stub}} [[jv:Gempol, Karanganom, Klathèn]] TRADISI SADRANAN GEMPOL
Ratusan Piring berisi Makanan berjajar Sadranan Gempol
 
Baris 29:
Riuh rendah antusias warga makin kentara menjelang acara dimulai. Tua, muda, semua hanyut dalam kemeriahan nyadran. Sambutan yang diberikan perangkat desa menandakan acara telah dimulai. Para warga pun mulai menempati gelaran tikar dengan rapi. Di tengah-tengah sambutan, terlihat warga yang berkeliling meminta sedekah. Pemberian sedekah ini oleh warga gempol disebut ‘wajib’. Ternyata cukup banyak sedekah yang terkumpul kali ini, 765 ribu rupiah. Nantinya sedekah ini akan digunakan untuk mendanai segala biaya yang telah dikeluarkan untuk nyadran. Sisanya, digunakan untuk memperbaiki fasilitas sosial di dusun gempol. Lantunan doa pun dibacakan, sesekali melafalkan kata ”amin” dengan lantang, menandakan semangat serta kemantapan hati.
 
Selesai doa, setiap warga memakan makanan yang digelar. Ada yang tukar-menukar kue, ada pula yang asyik berbincang dengan sanak saudara. Sesekali tampak saling bersenda gurau, bahkan anak-anak pun tertawa renyah. Anak-anak pun dengan semangat berkeliling mengumpulkan aneka makanan. Tak heran, kantong plastik yang mereka bawa tampak penuh. Beberapa warga malah asyik menyantap nasi ambengan, yaitu nasi gurih dengan berbagai macam lauk, seperti ingkung ayam, telur, sayuran, dan lain-lain. Beramai-ramai warga tampak bersemangat menawarkan kepada pengunjung untuk bergabung bersama. Akhirnya, semua makanan pun habis tak bersisa. memang harus demikian, sebab menurut adat setempat, bila makanan tidak habis disebut ’ora ilok’. Nyadran tak sekadar ziarah ke makam leluhur. Namun sarat dengan nilai sosial budaya. Dari sini terjalin hubungan kekerabatan, kebersamaan, dan pengorbanan di antara warga. Semoga tradisi ini senantiasa lestari sehingga dapat dijadikan wahana perekat sosial dan sarana membangun jati diri bangsa. [[Berkas:[[Berkas:Contoh.jpg]]]]