Helvy Tiana Rosa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 6:
 
Helvy merupakan anak pertama dari pasangan Amin Usman atau lebih dikenal dengan nama Amin Ivo's, seorang pencipta lagu asal Aceh, dan Maria Arifin Amin, seorang perempuan penari, keturunan Cina. Helvy memiliki adik bernama Asmarani Rosalba yang kemudian lebih dikenal dengan nama pena: [[Asma Nadia]] dan seorang adik lelaki bernama Aeron Tomino. Sejak usia empat tahun, bersama keluarganya Helvy hijrah ke [[Jakarta]]. Helvy dan keluarganya pernah hidup dengan sangat sederhana di tepi rel kereta api Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Setiap malam sebelum tidur, Sang Ibu selalu mendongengi mereka cita-cita yang penuh optimisme. Setiap malam Helvy juga melihat ibunya menulis diari. Sang ibu memotivasinya menulis catatan harian sebagai latihan menyampaikan pendapat, perasaan dan menulis itu sendiri. Pada usia 5 tahun, Helvy sudah bisa membaca. Saat masuk usia sekolah, Helvy tinggal bersama neneknya Rosalina Arifin di Bandung. Ia bersekolah di SD Bhayangkari I Bandung hingga kelas 2 SD. Helvy melatih kebiasaannya menulis dengan mengirim surat hampir setiap hari pada ibunya di Jakarta, menulis buku harian dan mengirim puisi ke majalah anak-anak yang ada pada waktu itu.
 
Tak tahan jauh dari keluarga, Helvy kembali ke Jakarta, melanjutkan sekolah ke SD Kartini II Jakarta hingga tamat. Di dekat rumah mereka di [[Kemayoran]], ada tempat penyewaan buku, di mana banyak orang menyewa buku komik berjilid-jilid. Helvy ternganga melihat tempat penyewaan buku itu. Seperti sebuah kebutuhan, setiap hari bisa lebih dari tiga kali ia main ke sana bersama adik-adiknya. Sayang, mereka selalu diusir karena tidak pernah mampu menyewa buku-buku tersebut, dianggap mengganggu yang lain dengan bertanya tentang buku-buku yang ada. Ibu mereka sehari-hari berjualan seprei keliling untuk membantu menopang kehidupan keluarga. Ia rela pergi jalan kaki agar pulangnya bisa membawa buku bagi Helvy dan adik-adiknya. Kadang bila beruntung, Ibu mereka mendapatkan pinjaman buku-buku cerita dari anak teman-temannya maupun orang yang membeli seprainya. Ibu Helvy berjanji untuk merawat buku pinjaman, memberi sampul plastik gratis bagi buku-buku yang belum disampul. Karena itulah setiap hari Helvy dan adik-adiknya bisa membaca tiga sampai sepuluh buku cerita sehari. Saat kelas III SD dengan mengumpulkan semua bukunyabuku miliknya yang ia beli dari uang tabungan, Helvy membuka perpustakaan kecil di rumahnya agar anak-anak sebayanya bisa bebas membaca tanpa perlu membayar. Ia pun mulai menyemangati adiknya untuk menulis. Puisi-puisinya dan cerpennya mulai dimuat di majalah anak-anak seperti [[Ananda]], [[Bobo]], Tomtom dan Halo. Cita-citanyacita Helvy waktu itu hanya satu: ingin bisa memiliki mesin tik agar cerpen-cerpennya dibaca oleh para redaktur majalah. Tetapi majalah-majalah itu tidak memberinya honor berupa uang, melainkan buku, sehingga buku-buku koleksinya terus bertambah.
 
Sementara itu bila Ayahnya di rumah, setiap hari rumah mereka akan penuh suara musik, terutama dari [[The Beatles]]. Karena itu sejak SD Helvy hafal banyak sekali lagu-lagu dari group band tersebut. Ayahnya seorang seniman yang menguasai banyak alat musik. Ia mengarang semua jenis lagu mulai dari Dangdut, Pop, Jazz sampai Rock n Roll. Setiap kali mengarang lagu, maka Helvy yang masih SD diminta oleh Sang Ayah untuk memeriksa syair lagunya. Kalau ada syair yang kurang pas, ayahnya selalu bertanya dan meminta masukannya. Kebiasaan ini kerap dilakukan ayah Helvy hingga anaknya kuliah. Entah mengapa, ayahnya selalu yakin bahwa Helvy bisa menulis syair yang bagus, bahkan lebih bagus dari yang ia buat.
Guru SD Helvy, Ibu Su'amah memperkenalkannya pada [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM), tahun 1980. Maka sejak saat itu setiap minggu Helvy pergi ke TIM untuk melihat para seniman di sana yang sedang berproses maupun yang hanya duduk-duduk di warung. Saat sedang tak punya uang, Helvy tetap berangkat ke TIM meski harus berjalan kaki. Diam-diam ia mengamati anak-anak seusianya yang berlatih teater. Ia tahu keluarganya tak mampu untuk membayar apapun selain untuk belajar di sekolah. Maka Helvy menyerap semua yang ia bisa dengan riang. Bersama Ibu Su'amah ia mulai mengikuti lomba-lomba baca puisi di TIM dan belajar sendiri dari pengalamannya untuk membaca puisi yang baik.