Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) adalah sebuah cerpen karya Helvy dimuat pertamakali dalam rubrik "Kisah Utama" di Majalah Annida tahun 1993. Sejak cerpen itu dimuat hingga sepuluh tahun kemudian, Helvy masih menerima puluhan pucuk surat dan surel yang menyatakan bahwa cerita itu sangat mengharukan, mengubah pribadi pembaca ke arah lebih baik dan membuat para remaja muslimah tergerak untuk memakai jilbab. Setelah sempat ditolak oleh empat penerbit karena dianggap tidak populer dan, melawan arus, dan terlalu kental mengangkat nilai Islam, akhirnya Pustaka Annida menerbitkan KMGP dan cerpen-cerpen Helvy lainnya, tahun 1997. Buku KMGP dikatapengantari oleh Ismail Marahimin, dosen menulis Helvy saat di [[Universitas Indonesia]] dan sastrawan Soekanto SA. Tak disangka, 10.000 eksemplar buku KMGP langsung habis terjual, sebelum dicetak dan diterbitkan sebagai buku. KMGP kemudian menjadi karya Helvy yang paling banyak dicetak ulang. Setelah Pustaka Annida, Penerbit Syaamil menerbitkannya dalam 20 kali cetak ulang (2000-2005). Menurut Dosen Sastra [[Universitas Padjajaran]] M. Irfan Hidayatullah, KMGP adalah karya garda depan (avantgarde) yang menjadi pintu pembuka bagi fenomena maraknya karya-karya fiksi Islami kemudian di Indonesia termasuk novel [[Ayat Ayat Cinta]] karya [[Habiburrahman El Shirazy]]. Menurut Yo Nonaka, sosiolog asal [[Jepang]] yang meneliti tentang gerakan Islam di Indonesia, KMGP bukan saja mempengaruhi maraknya remaja muslimah memakai jilbab, tapi juga mempengaruhi gerakan dakwah kampus di Indonesia. Fenomena KMGP Harian [[Republika]] menyebut Helvy sebagai "Pelopor" bagi perkembangan sastra [[Islam]] kontemporer, sedang [[The Straits Times]] menyebutnya sebagai "Pionir" bagi perkembangan sastra Islam kontemporer di Indonesia (2002). Tahun 2011, Penerbit ANPH menerbitkannya dalam format baru, dengan perpanjangan cerita di bawah judul: Ketika Mas Gagah Pergi...dan Kembali. Dalam tiga bulan penerbitan buku ini mengalami empat kali cetak ulang. Kini KMGP sedang dalam proses difilmkan oleh [[Sinemart]].