Helvy Tiana Rosa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 52:
Berbagai kegiatan tersebut dilakoni Helvy dan teman-temannya dengan merogoh kocek sendiri. Karena itu Helvy menyebut para anggota FLP yang kemudian sudah menjadi penulis sepertinya, sebagai relawan. "Di FLP semua anggota adalah relawan," tuturnya. Untuk menyiasati pendanaan organisasi tersebut Helvy menerapkan sistem subsidi silang. FLP juga mengadakan pelatihan-pelatihan menulis profesional bagi para eksekutif, lalu uang hasil pelatihan itu dipakai membiayai kegiatan-kegiatan pelatihan penulisan bagi kaum duafa. Anggota yang kemudian menjadi penulis profesional turut menyisihkan sedikit penghasilan mereka untuk membuat roda FLP terus berputar. Sementara itu, FLP juga membuat [[Forum Lingkar Pena]] Kids yang mengajar anak-anak usia 5-15 tahun menulis sambil bermain. Tahun 2004 bekerjasama dengan Penerbit Mizan, dibuat Lingkar Pena Publishing House sebagai penerbit karya-karya FLP. Helvy diminta menjadi Direktur dari PT Lingkar Pena Kreativa yang mewadahi kerjasama tersebut, hingga 2011.
 
Kini FLP beranggotakan ratusan ribu orang yang tersebar di 150 kota di Indonesia dan mancanegara. Dalam 15 tahun keberadaannya, FLP di seluruh Indonesia telah mengadakan pelatihan menulis setiap minggu, dengan peserta hingga saat ini mencapai jutaan orang. Bekerjasama dengan puluhan penerbit, FLP meluncurkan ribuan judul buku, termasuk diantaranya karya para pekerja rumah tangga (PRT) di [[Hong Kong]] yang tergabung dalam FLP Hong Kong. Di samping secara kuantitas jumlah penulis Indonesia bertambah pesat dengan adanya forum ini, secara kualitas ternyata para anggota FLP mampu menjadi pemenang berbagai kompetisi penulisan bergengsi di tingkat nasional. Misalnya menjuarai lomba menulis yang diadakan [[Badan Bahasa]], Pusat Kurikulum dan Perbukuan Depdiknas/ Depdikbud, [[IKAPI]], Jakarta International Literary Festival, Lomba Novel Republika, Lomba menulis naskah drama [[Federasi Teater Indonesia]] (FTI), Sayembara Novel [[DKJDewan Kesenian Jakarta]] (DKJ), Khatulistiwa Literary Award sampai Penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), dll. Ini menjawab tudingan miring segelintir orang yang menyebut para anggota FLP sebagai "mualaf sastra" yang menghasilkan antara lain: "sastra babu".
Keberadaan FLP juga menggugah para pengarang senior seperti Pipiet Senja, [[Gola Gong]], Fahri Asiza dan Boim Lebon untuk bergabung dan turut menjadi relawan FLP. [[Koran Tempo]] menyebut Helvy "Lokomotif Penulis Muda Indonesia" (2003). [[Taufiq Ismail]] bahkan mengatakan bahwa FLP adalah hadiah Tuhan bagi Indonesia (2002), sedangkan kritikus [[Maman S. Mahayana]] berkata FLP telah menorehkan tinta emas dalam sejarah sastra Indonesia (2007). Karena keberhasilan FLP dalam program 'Indonesia Menulis' tersebut, tahun 2008, FLP meraih Danamon Award--sebuah penghargaan tingkat nasional bagi mereka yang dianggap sebagai pejuang, dan secara signifikan dianggap berhasil melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar, terutama kalangan muda, perempuan dan dhuafa.