Pantai Lovina: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aansentanu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Aansentanu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
'''Pemunculan Lovina di Bali'''.
Kembali dari luar negeri pada tahun 1953, Anak Agung Panji Tisna segera menyatakan inspirasinya dan mulai membangun di tanah miliknya, sebuah pondok bernama "LOVINA". Tempat itu dimaksud untuk para “pelancong”, istilah sekarang “turis”, untuk berlibur. Dilengkapi dengan 3 kamar tidur utuk menginap dan sebuah restoran kecil dekat di pinggir laut.
Waktu itu, beberapa pengamat bisnis mengkawatirkan dengan mengatakan, bahwa rencana Panji Tisna tidak akan berhasil seperti yang diharapkan. Terlalu awal waktunya untuk membuat usaha sejenis itu di pantai terpencil seperti pantai di Tukad Cebol. Pengamat budaya lokal menyatakan, "Lovina" adalah sebuah kata asing, bukan lafal lidah Bali. Selanjutnya lagi, tidak ada huruf "v" dalam aksara Bali. Komentar lain mengatakan dengan tegas, jangan menggunakan kata “Lovina”, sebaiknya dihapus saja.
 
Anak Agung Panji Tisna, pada tahun 1959, menjual Penginapan Lovina kepada kerabatnya yang lebih muda, Anak Agung Ngurah Sentanu, 22 tahun, sebagai pemilik dan manajer. Bisnis ini berjalan cukup baik. Namun, tidak ada pelancong atau turis. Hanya datang beberapa teman Panji Tisna berasal dari Amerika dan Eropa, serta pejabat pemerintah daerah dan para pengusaha untuk berlibur. Merasa beruntung juga, bahwakarena pada hari-hari khusus seperti hari Minggu dan hari libur, juga pada hari raya seperti Galungan dan Kuningan banyak orang termasuk pelajar yang datang menikmati suasana alam pantai.
 
'''Karma dalam kehidupan Lovina'''.
SudahSejak sejakjaman ratusanpenjajahan tahun,Belanda sampai kotajaman Singarajakemerdekaan, Singaraja dikenal sebagai ibu kota. PropinsiStatus Nusaini Kecil,bertahan mempertahankan kondisidengan mapan sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan perdagangan. Namun, kondisi seperti itu tiba-tiba berubah. Pada awal 1960, Singaraja tidak lagi sebagai ibukota, dipindahkan kekarena digantikan oleh Denpasar, danyang selanjutnya juga menjadi ibu kota propinsi Bali. Akibatnya jelas, kegiatan pembangunan, dan perdagangan anjlokturun tajam di Singaraja, dan wilayah utara Bali pada umumnya.
Memerlukan waktu bertahun-tahun untuk bangkitmembangkitkan kembali ke kondisi normal di Bali Utara. Sang manajer muda Ngurah Sentanu, mendapat pengalaman terburuk dalam menjalankan Pondok Lovina. Namun ia legowo menerima tugas dan amanat Panji Tisna. Apa yang telah diramalkan oleh para analis bisnis memang benar. Namun, apakah memang ada sesuatu yang salah dengan Lovina?
 
'''Mulainya pariwisata di Bali'''.
Sejak Hotel Bali Beach dibangun pada tahun 1963, pariwisata mulai dikenal di Bali. Pembangunan fasilitas pariwisata seperti hotel dan restoran mulai menyebar ke seluruh Bali. Para turis berbondong-bondong datang ke Bali setelah Bandara Ngurah Rai dibuka tahun 1970. Pemerintah Buleleng memprogramkan agar sektor pariwisata dipacu sebagai salah satu andalan untuk kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam pada itu, sorotan tertuju adanyapada peran Lovina dalam kegiatan pariwisata. Maka, muncul pengakuan dan penolakan kehadiran Lovina.
 
'''Lovina mendapat saingan'''.
Di wilayah timur Buleleng, yaitu pemandian alam Yeh Sanih di desa Bukti, bangkit sebagai saingan Lovina. Pengembangan Yeh Sanih mendapat dukungan yang lebih ketimbang Lovina, baik dari pihak pengusaha maupun pengamat pariwsata. Karena mungkin, Yeh Sanih lebih “asli Bali”. Sedangkan dari sudut lain, para turis mendorong para agen perjalanan untuk lebih memilih Lovina.
 
''' Lovina "dibekukan" dengan resmi'''.
Pengembangan pariwisata di Bali yang pesat di tahun 1980, mendorong pemerintah membentuk kawasan-kawasan wisata, seperti Kawasan Wisata “Kuta” dan “Sanur”. Di kabupaten Buleleng, dibentuk Kawasan Wisata “Kalibukbuk” dan “Air Sanih”.
Dalam waktu itu, ada arahan dari Gubernur Bali, bahwa nama '''Lovina''' agar tidak dikembangkan, karena nama itu tidak dikenal di Bali. Lagipula yang dikembangkan adalah pariwisata budaya Bali. MakaKarena itu, munculpara pengusaha memakai nama-nama seperti Angsoka, Nirwana, Lila Cita, Banyualit, Kalibukbuk, Aditya, Ayodia, dan lainnya. Sedangkan Anak Agung Panji Tisna sudah membangun hotel dengan nama “Tasik Madu”, terletak 100 meter di sebelah Barat Lovina, yang mejadi tempat tujuan alternatif, tanpa kehadiran. '''Lovina''' tidak bisa dihadirkan. Nama '''Lovina''' disimpan oleh pemiliknya, Anak Agung Ngurah Sentanu. Setelah direnovasi, Pondok '''Lovina''' memakai nama alias yaitu,: Pondok Wisata '''Permata''' (Permata Cottages).
 
'''Terpendam selama 10 tahun, "Lovina" muncul sebagai "Maskot"'''.
Dunia pariwisata telah mengenal '''Lovina''' sejak lama sebagai sebuah destinasi di Bali Utara. Permintaan dari pebisnis pun menuntut kehadiran Lovina.
UntukUsaha masyarakat untuk mengangkat Bali Utara sebagai destinasi wisata, akhirnya, pada tahun 1990, '''Lovina''' "menguasai" tidak kurang dari 6 nama pantai asli yang berada di 2 wilayah kecmatan bersebelahan, yaitu PantaiKecamatan BinariaBuleleng dan Kecamatan Banjar. Yang ada di desaKecamatan KalibukbukBuleleng, yaitu Pantai Kampung BaruBinaria di desa Kaliasem, pantai didesa TemukusKalibukbuk, pantai didesa Banyualit, Pantai Kubu Gembong di desa Anturan, panta di desa Pemaron. Sedangkan di Kecamatan Banjar, semuaadalah Pantai Tukad Cebol di Kampung Baru (Kaliasem), pantai didesa Temukus. Semua pantai /desa terebut bergabung menjadi '''Pantai Lovina'''. Sedangkan, nama kawasan secara resmi adalah "Kawasan Wisata Kalibukbuk"
 
'''Lovina pembawa berkah untuk masyarakat'''.