Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
[[Berkas:Panataran dvarapala.jpg|thumb|right|Relief gambar seorang ''dwarapāla'' (penjaga pintu).]]
[[Berkas:RA_34200113.jpg|thumb|right|Bagian sisi bangunan utama Candi Penataran.]]
'''Candi Panataran''' adalah sebuah [[candi]] berlatar belakang [[Hindu]] ([[Siwa]]itis) yang terletak di [[Jawa Timur]], tepatnya di lereng barat daya [[Gunung Kelud]], di sebelah utara [[Blitar]]. Kompleks candi ini merupakan yang terbesar di Jawa Timur. Candi ini mulai dibangun dari [[Kerajaan Kadiri]] dan dipergunakan sampai dengan [[Kerajaan Majapahit]]. Candi Penataran ini melambangkan penataan pemerintahan kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa Timur.
Nama asli candi Penataran dipercaya adalah '''Candi Palah''' yang disebut dalam [[prasasti Palah]], dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering meletus. Kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Negarakretagama]] yang ditulis oleh [[Mpu Prapanca]] menceritakan perjalanan Raja [[Hayam Wuruk]], yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Candi Palah untuk melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapati yang berwujud Girindra (raja penguasa gunung).
Kesamaan nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan nama [[Ken Arok]] yang bergelar Girindra atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran adalah tempat pendharmaan (perabuan) Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain [[wangsa Rajasa]] dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan (khodam) sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok.
Seperti pada umumnya relief candi di Jawa Timur yang dipahat berdasarkan analogi romantika hidup tokoh yang didharmakan di tempat tersebut, relief [[Ramayana]] dengan tokoh [[Rama]] dan [[Shinta]], dan relief Krisnayana dengan tokoh Krisna dan Rukmini, yang dipahatkan pada dinding candi Penataran dapat dikatakan mirip dengan kisah Ken Arok dan [[Ken Dedes]]. Ketokohan Ken Arok sendiri masih menjadi kontroversi antara karakter seorang bandit yang berambisi memperbaiki keturunan setelah mengerti arti cahaya yang terpancar dari gua garbha milik Ken Dedes yang dilihatnya dan kemudian membunuh [[Tunggul Ametung]] yang menjadi suami sang nareswari, dengan karakter seorang bangsawan yang mengemban amanat dari Mpu Purwa yang merupakan ayah Ken Dedes sekaligus keturunan [[Mpu Sindok]] untuk mengembalikan kejayaan kerajaan Kanjuruhan yang ditaklukkan oleh kerajaan Kediri, dengan dukungan kalangan brahmana dari kedua kerajaan. Alkisah seluruh mpu dari kerajaan Kediri berpindah ke wilayah Tumapel sebelum Ken Arok membunuh [[Tunggul Ametung]] dan menjadi penyebab kekalahan Kediri dalam peperangan melawan [[Tumapel]] di wilayah Ganter pada tahun 1222. Dibunuhnya [[Mpu Gandring]] yang tidak menyelesaikan keris pesanan Ken Arok pada waktunya konon juga berkaitan dengan para mpu yang mulai meninggalkan kerajaan Kediri sehingga menimbulkan kecurigaan Ken Arok bahwa Mpu Gandring berpihak pada Kediri. Keris tersebut kemudian diselesaikan oleh mpu yang lain dengan demikian indah sehingga menarik perhatian dan mudah dikenali ketika [[Kebo Ijo]] memamerkannya kepada semua orang, sebelum akhirnya keris tersebut digunakan Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung.
Kitab Negarakretagama menyebutkan bahwa Ken Arok dicandikan di daerah Kagenengan, yang dewasa ini masih tersisa sebagai nama desa di wilayah selatan [[Kabupaten Malang]], tepatnya di Kecamatan [[Pakisaji, Malang|Pakisaji]]. Belum dapat dipastikan apakah Desa Kagenengan ini merupakan tempat yang sama yang disebut dalam kitab Negarakertagama, dan apakah luas daerah ini pada zaman itu meliputi wilayah Kecamatan Nglegok, tempat Candi Penataran berada.
== Gaya relief ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bas-reliëfs op de Candi Induk Panataran tempelcomplex TMnr 60037357.jpg|thumb|200px|Relief rendah pada bangunan induk Komplek Percandian Penataran. Perhatikan penggambaran figur manusia yang mirip wayang.]]
Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam [[ikonografi]] reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas berbeda dari candi-candi Jawa Tengah dari sebelum abad ke-11 seperti [[Candi Prambanan]]. Wujud relief manusia digambarkan mirip [[wayang kulit]], seperti yang bisa dijumpai pada gaya pengukiran yang ditemukan di [[Candi Sukuh]], suatu candi dari masa akhir periode Hindu-Buddha dalam [[sejarah Nusantara]]. Candi ini diusulkan dalam daftar [[Situs Warisan Dunia UNESCO]] sejak 19 Oktober 1995.<ref>[http://whc.unesco.org/en/tentativelists/294/ Situs web UNESCO]</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.wikimapia.org/#lat=-7.8878732&lon=112.6638588&z=18&l=0&m=s&v=9 Lokasi Candi Penataran di WikiMapia]
{{commonscat|Candi Penataran}}
{{Situs Warisan Dunia di Indonesia}}
{{indo-stub}}
{{Candi Hindu Indonesia}}
[[Kategori:Candi Hindu|Penataran]]
[[Kategori:Candi di Jawa Timur|Panataran]]
[[Kategori:Nglegok, Blitar]]
[[en:Penataran]]
[[es:Templo de Penataran]]
[[fr:Temple de Panataran]]
[[nl:Candi Panataran]]
|