Kapal jung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 38:
Hanya saja, keadaan itu berbanding terbalik menjelang akhir [[abad ke-17]], ketika perang Jawa tidak bisa lagi membawa hasil bumi dengan jungnya ke pelbagai penjuru dunia. Bahkan, orang Jawa sudah tidak lagi punya galangan kapal. Kantor Maskapai Perdagangan Hindia-Belanda ([[VOC]]) di [[Batavia]] melaporkan pada 1677 bahwa orang-orang [[Mataram]] di [[Jawa Tengah]] tidak lagi memiliki kapal-kapal besar.
Dalam kata pengantar antologi cerpen berjudul jung Jawa oleh Rendra Fatrisna Kurniawan yang diterbitkan Babel Publishing tahun 2009 dengan ISBN 978-979-25-3953-0, disebutkan hilangnya tradisi maritim Jawa tersebut adalah akibat kebijakan kerajaan Jawa sendiri setelah kekalahan mereka terhadap Portugis dalam penyerbuan Malaka, yang kemudian lebih memusatkan pada kekuatan angkatan darat.
Para sejarawan menyimpulkan, jung dan tradisi besar maritim Jawa hancur akibat ekspansi militer-perniagaan [[Belanda]]. Serta, sikap represif [[Sultan Agung]] dari Mataram terhadap kota kota pesisir utara Jawa. Lebih celaka lagi, raja-raja Mataram pengganti Sultan Agung bersikap anti perniagaan. Apa boleh buat, kejayaan jung Jawa hanya tinggal kenangan.▼
▲
== Catatan ==
|