Plompong, Sirampog, Brebes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aziz Iqbal (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Aziz Iqbal (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 23:
Desa ini terdiri dari beberapa pedukuhan, yaitu: (1) Plompong Krajan sebagai "ibukota" dan pusat kegiatan pemerintahan dan pendidikan; (2) Kedung Benter; (3) Cirendu; (4) Pucung Lancar; (5) Pring Jajar; (6) Gempong; (7) Dukuh Ceper; (8) Ciku Kidul; (9) Ciku Lor; (10) Karang Mangu; (11) Legok Kenang; (12) Karang Kemiri; (13) Karang Gedang; (14) Cilontar/Sorangan; (15) Dukuh Ares; (16) Luwung; dan (17) Gunung Sumping.
 
Dalam sejarah, desa ini sewaktu zaman kolonial Belanda sudah cukup dikenal. Banyak pejuang kemerdekaan yang lahir dari desa ini. Sewaktu penjajahan Jepang, penderitaan penduduk sangat parah. Makanya bangkitlah semangat patriotisme dari para nenek moyang yang hidup di kala itu untuk melawan penjajah. Dalam masa-masa agresi militer Belanda, desa ini juga menjadi ajang pertempuran yang konon cukup sengit. Rakyat mengungsi karena ketakutan dan takut menjadi korban, menuju hutan-hutan di perbukitan yang saat itu masih sangat lebat. Bahkan penduduk dari desa lain juga ada yang mengungsi di desa ini. Ketika muncul pemberontakan DI/TII pada tahun 1950-an, desa ini menjadi wilayah operasi militer yang intensif, karena menjadi tempat persembunyian beberapa anggota. Namun demikian, desa ini tetap menyimpan berbagai kisah perjuangan patriotik dan heroik dari para penduduknya pada masa yang lalu. (Edited by Drs. [[Aziz Iqbal]], M.Si., anake Pak H. Maktubi Noer dan Hj. Siti Torisah, Plompong Krajan).