Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmadi tb (bicara | kontrib)
Meyakini sedalam-dalamnya bahwa sesungguhnya alam itu merupakan sumber dari segala pengetahuan yang dapat membawa manusia ke arah kebahagiaan lahir dan batin. Sejalan dengan hakikat tersebut serta untuk melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi (Pendid
 
Ahmadi tb (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
 
<ref>'''Sejarah'''http://palawaunpad.djandjan.com/?p=64</ref>
'''Sejarah'''
 
Sekelompok mahasiswa yang baru kuliah tiga bulan di [[Unpad]] sedang kumpul-kumpul di depan pintu Ruang K-2 di kampus Jalan Dipati Ukur 35 Bandung. Kalau tidak salah waktu itu sore hari di bulan Oktober 1981. Satu-satunya yang senior hanya Kang Soen (mahasiswa Fakultas Publisistik –sekarang Fikom/Fakultas Ilmu Komunikasi– angkatan 76).
 
Baris 23 ⟶ 25:
 
Teman-teman tidak terkejut dengan pernyataan tersebut, karena sejak awal perhimpunan ini tidak mau memberatkan pihak universitas. Teman-teman ingin mandiri, karena dengan kemandirian mudah-mudahan perhimpunan ini menjadi kuat dan siap menghadapi kondisi paling buruk sekalipun.***
 
 
'''Dikltadas I'''
 
Setelah Pak Joesoef (PR III) merestui kelahiran perhimpunan pecinta alam ini serta memberi izin untuk menyelenggarakan pendidikan dan latihan dasar (diklatdas), maka teman-teman mulai sibuk mengundang teman-teman peserta Muper I dan yang pernah bertemu di kelas punya FISIP. Sekretariat “berjalan” mulai beroperasi, yakni sekretariat yang peralatan kantornya ada di dalam ransel kuliah Maklum belum punya sekretariat permanen.
 
Baris 38 ⟶ 42:
 
Mobil punya peserta pendidikan dasar Dedi terpaksa “diambil” panitia untuk mengangkut berbagai keperluan. Ya lumayan juga mobil Toyota hardtop bisa untuk memperlancar tugas-tugas danlat dan timnya. Sedangkan uang “sumbangan” dikumpulkan di peserta “ibu-ibu dharma wanita” untuk keperluan belanja dan kebutuhan lainnya di lokasi pendidikan dasar.***
 
 
'''Jalan Kaki ke Lembang'''
 
Walaupun rencana keberangkatan ke lokasi diklatdas siang hari, tapi sampai menjelang sore hari masih belum beringsut juga dari kampus Jl. Dipati Ukur. Teman-teman belum tahu bagaimana teknis keberangkatan ke lokasi, apakah naik kendaraan umum atau sewa mobil.
 
Baris 52 ⟶ 58:
 
'''Vila Pager Wangi'''
 
Malam pertama di vila di daerah Pager Wangi diisi pengantar pendidikan dasar dan beberapa materi oleh Danlat dan timnya. Pembekalan teori selama pendidikan dasar diisi oleh para pembina serta pelatih dari luar, seperti Kang Iwan Abdurrachman. Hari pertama pendidikan dasar ini berjalan begitu saja tanpa ada pembukaan resmi dari pimpinan Unpad, karena Rektor sedang sibuk.
 
Baris 67 ⟶ 74:
 
Atau seorang siswa sama juga minta izin. “Mohon izin, mau beli minyak.” Kalau tidak diizinkan bisa-bisa seluruh vila gelap total, karena genset-nya kehabisan minyak diesel.***
 
 
'''Dari Vila Pindah Ke Hutan'''
 
Selama tinggal di vila memang menyenangkan. Walaupun ada pelajaran fisik, tapi tidak terlalu membebani diri. Semua masih bisa diatasi. Walaupun begitu tetap saja diri kami masing-masing menyimpan sebuah pertanyaan besar: semudah inikah sebuah pendidikan dan latihan dasar, walaupun untuk angkatan pendiri?
 
Baris 80 ⟶ 89:
 
Semua siswa diperintahkan mengeluarkan ponco dan membuat bivak. Ini artinya –sesuai teori– semua siswa harus menginap di hutan yang gelap dan hujan deras. Sepatu dan kaos kaki basah. Baju dan celana juga. “Apakah kami bisa tidur dalam kondisi seperti ini?” pikir kami masing-masing. Akhirnya para siswa masuk ke bivak masing-masing, ngarengkol biar tidak terlalu dingin. Oh nasib…. ***
 
 
'''Muper I'''
 
Setelah bertemu dengan para senior dan pimpinan Unpad, maka program jangka pendek perhimpunan yang belum mempunyai nama ini adalah mengadakan pertemuan seluruh anggota yang selama ini merintis pembentukan perhimpunan ini dan menyelenggarakan diklatdas.
 
Baris 95 ⟶ 106:
 
Memang pertemuan ini seru. Sekumpulan mahasiswa baru yang berasal dari latar belakang berbeda bertemu di satu meja. Pasti seru.***
 
 
'''AD/ART'''
 
Pembahasan AD/ART sangat alot karena masing-masing anggota ingin meng-goal-kan ide dan karyanya. Saking alotnya membahas AD/ART akhirnya waktu Muper yang pada awalnya dijadwalkan dua hari akhirnya menjadi tiga hari. Walaupun suasananya sempat tegang di beberapa bagian pembahasan materi tapi toh akhirnya teman-teman bisa menerima hasil voting.
 
Baris 104 ⟶ 117:
 
Pemimpin sidang beberapa kali men-skors sidang dan meminta peserta Muper untuk melobi pihak-pihak yang masih “keukeuh sureukeuh” mempertahankan pendapatnya. Ternyata lobi ini ini efektif untuk mencegah sebuah permasalahan menghadapi deadlock.***
 
 
'''Nama Perhimpunan'''
 
Jauh sebelum acara Muper berlangsung, teman-teman sudah melakukan beberapa kali pertemuan untuk membahas berbagai hal yang ada dalam AD/ART. Salah satunya adalah nama perhimpunan. Beberapa teman-teman sudah siap dengan berbagai ide dan argumentasinya. Ada misalnya yang mengusulkan nama Semut. Nama ini singkatan dari Sekumpulan Manusia Utan. Ada juga yang mengusulkan nama ….
 
Baris 111 ⟶ 126:
 
Di depan nama Palawa Unpad disepakati menggunakan kata-kata Mahasiswa Pecinta (bukan Pencinta) Alam. Sehingga lengkapnya menjadi Mahasiswa Pecinta Alam Palawa Unpad.***
 
 
Rujukan:
1. http://djandjan.com/