== Sejarah ==
{{utama|Sejarah perguruan tinggi Islam di Indonesia}}
Pada [[1 Juni]] [[2007]], UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan ''golden anniversary''. Selama setengah [[abad]], UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi [[ilmu pengetahuan]], institusi riset yang mendukung proses pembangunan [[bangsa]], dan sebagai institusi pengabdian [[masyarakat]] yang menyumbangkan program-program peningkatan kesejahteraan [[sosial]]. Selama setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu [[universitas]] [[Islam]] terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah.
Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan (Sekolah Tinggi Islam dan Akademi Dinas Ilmu Agama), periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah.
=== Periode Perintisan ===
[[Berkas:Kampus.JPG|250px|thumb|left|Kampus UIN Syarif Hidayatullah]]
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan [[Megawati Soekarnoputri|Presiden RI]] Nomor 031 tahun 2002. [[Sejarah]] pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan mata rantai sejarah perkembangan [[perguruan tinggi]] Islam di Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan [[Belanda]], [[Satiman Wirjosandjojo|Dr. Satiman Wirjosandjojo]], salah seorang [[muslim]] terpelajar, tercatat pernah berusaha mendirikan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. Namun, usaha ini gagal karena hambatan dari pihak penjajah Belanda.
Lima tahun sebelum [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di [[Padang]] mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI). STI hanya berjalan selama dua tahun (1940-1942) karena pendudukan [[Jepang]]. Umat Islam Indonesia tidak pernah berhenti menyuarakan pentingnya pendidikan tinggi Islam bagi kaum Muslim yang merupakan mayoritas pendudukan Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang kemudian menjanjikan kepada umat Islam untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Agama di Jakarta. Janji Jepang itu direspon tokoh-tokoh muslim dengan membentuk yayasan, [[Mohammad Hatta|Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta]] sebagai ketua dan [[Mohammad Natsir]] sebagai sekretaris.
Pada [[8 Juli]] [[1945]], [[yayasan]] tersebut mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI). STI berkedudukan di Jakarta dan dipimpin oleh [[Abdul Kahar Muzakkar]]. Beberapa tokoh Muslim lain ikut berjasa dalam proses pendirian dan pengembangan STI. Mereka antara lain [[Mohammad Hatta|Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta]], KH. Kahar Mudzakkir, [[Wahid Hasjim|K.H. A. Wahid Hasjim]], [[Mas Mansoer|K.H. Mas Mansur]], [[Fathurrahman Kafrawi|KH. Fathurrahman Kafrawi]], dan Farid Ma’ruf. Pada 1946, STI dipindahkan ke [[Yogyakarta]] mengikuti kepindahan [[ibu kota]] [[negara]] dari Jakarta ke Yogyakarta. Sejalan dengan perkembangan STI yang semakin besar, pada 22 Maret 1948, nama STI diubah menjadi [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) dengan penambahan fakultas-fakultas baru. Sampai dengan 1948, [[UII]] memiliki empat fakultas, yaitu:
* Fakultas Agama
* Fakultas Hukum
* Fakultas Ekonomi
* Fakultas Pendidikan
Kebutuhan akan tenaga fungsional di [[Departemen Agama Republik Indonesia]] menjadi latar belakang penting berdirinya perguruan tinggi agama Islam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Fakultas Agama UII dipisahkan dan ditransformasikan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Perubahan ini didasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 tahun 1950. Dalam konsideran disebutkan bahwa PTAIN bertujuan memberikan pengajaran studi Islam tingkat tinggi dan menjadi pusat pengembangan serta pendalaman ilmu pengetahuan agama Islam. Berdasarkan PP tersebut, hari jadi PTAIN ditetapkan pada 26 September 1950. PTAIN dipimpin [[Muhammad Adnan|Prof. K.H.R. Muhammad Adnan]] dengan data jumlah mahasiswa per 1951 sebanyak 67 orang. Pada periode tersebut PTAIN memiliki tiga jurusan, yaitu:
[[Berkas:Rektorat uin.jpg|250px|thumb|right|Rektorat UIN Syarif Hidayatullah]]
* Jurusan Tarbiyah
* Jurusan Qadla (Syari’ah)
* Jurusan Dakwah
Komposisi mata kuliah pada waktu itu terdiri dari [[bahasa Arab]], Pengantar Ilmu Agama, [[Fiqih]], [[Ushul Fiqih]], Tafsir, [[Hadits]], Ilmu Kalam, [[Filsafat]], Mantiq, Akhlaq, Tasawuf, Perbandingan Agama, Dakwah, Tarikh Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, Ilmu Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Jiwa, Pengantar Hukum, Asas-asas Hukum Publik dan Privat, Etnologi, Sosiologi, dan Ekonomi. Mahasiswa yang lulus bakaloreat dan doktoral masing-masing mendapatkan gelar ''Bachelor of Art'' (B.A.) dan [[Doktorandus]] (Drs). Komposisi mata kuliah PTAIN tersebut merupakan kajian utama perguruan tinggi Islam yang terus berlanjut sampai masa-masa berikutnya. [[Gelar akademik]] yang ditawarkan juga terus bertahan sampai dengan dekade 1980-an.
=== Periode ADIA (1957-1960) ===
[[Berkas:Pusat bahasa dan budaya.jpg|250px|thumb|left|Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah]]
Kebutuhan tenaga fungsional bidang [[guru]] agama Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an mendorong Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta. ADIA didirikan pada [[1 Juni]] [[1957]] dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan [[pegawai negeri]] guna mendapatkan [[ijazah]] pendidikan [[akademi]] dan semi akademi sehingga menjadi [[guru agama]], baik untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, maupun sekolah agama. Dengan pertimbangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kelanjutan dari ADIA, hari jadi ADIA 1 Juni 1957 ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sama seperti perguruan tinggi pada umumnya, masa studi di ADIA adalah 5 tahun yang terdiri dari tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun.
ADIA memiliki tiga jurusan, yaitu Jurusan Pendidikan Agama, Jurusan Bahasa Arab, dan Jurusan Da’wah wal Irsyad yang juga dikenal dengan Jurusan Khusus Imam Tentara. Komposisi [[kurikulum]] ADIA tidak jauh berbeda dengan kurikulum PTAIN dengan beberapa tambahan mata kuliah untuk kepentingan tenaga fungsional. Komposisi lengkapnya adalah bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Ibrani, Ilmu Keguruan, Ilmu Kebudayaan Umum dan Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam, Tafsir, Hadits, Musthalah Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh Tasyri’ Islam, Ilmu Kalam/Mantiq, Ilmu Akhlaq/Tasawuf, Ilmu Fisafat, Ilmu Perbandingan Agama, dan Ilmu Pendidikan Masyarakat. Kepemimpinan ADIA dipercayakan kepada [[Mahmoed Joenoes|Prof. Dr. H. Mahmoed Joenoes]] sebagai dekan dan [[Bustami A. Gani|Prof. H. Bustami A. Gani]] sebagai Wakil Dekan.
Terdapat dua ciri utama ADIA. Pertama, sesuai dengan mandatnya sebagai akademi dinas, mahasiswa yang mengikuti [[kuliah]] di ADIA terbatas pada mahasiswa tugas belajar. Mereka diselekasi dari pegawai atau guru agama di lingkungan Departemen Agama yang berasal dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia. Kedua, sesuai dengan mandatnya untuk mempersiapkan guru agama modern, tanggung jawab pengelolaan dan penyediaan anggaran ADIA berasal dari Jawatan Pendidikan Agama (Japenda) Departemen Agama yang pada waktu itu memiliki tugas mengelola madrasah dan mempersiapkan guru agama Islam modern di sekolah umum.
=== Periode Fakultas IAIN al-Jami’ah Yogyakarta (1960-1963) ===
[[Berkas:Auditorium uin.jpg|250px|thumb|right|Auditorium Utama UIN Syarif Hidayatullah]]
Dalam satu dekade, PTAIN memperlihatkan perkembangan menggembirakan. Jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak dengan cakupan pembelajaran yang semakin luas. Mahasiswa PTAIN tidak hanya datang dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari negara tetangga seperti [[Malaysia]], [[Brunei Darussalam]], dan [[Singapura]]. Meningkatnya jumlah mahasiswa dan meluasnya ''area of studies'' yang menuntut perluasan dan penambahan, baik dari segi kapasitas kelembagaan, fakultas dan jurusan maupun komposisi mata kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ADIA di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta diintegrasikan menjadi satu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri. Integrasi terlaksana dengan keluarnya Peraturan [[Soekarno|Presiden Republik Indonesia]] No. 11 Tahun 1960 tertanggal [[24 Agustus]] [[1960]]. Peraturan Presiden RI tersebut sekaligus mengubah dan menetapkan perubahan nama dari PTAIN menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. IAIN diresmikan oleh [[Muhammad Wahib Wahab|K. H. M. Wahib Wahab]] sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dengan Rektor pertamanya yaitu [[Sunario Sastrowardoyo|Prof. Mr. Sunarjo]] di Gedung Kepatihan Yogyakarta.
=== IAIN with Wider Mandate ===
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu [[IAIN]] tertua di Indonesia yang bertempat di [[Jakarta]], menempati posisi yang unik dan strategis. Ia tidak hanya menjadi "Jendela Islam di Indonesia", tetapi juga sebaga [[simbol]] bagi kemajuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pembangunan sosial-keagamaan. Sebagai upaya untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, [[lembaga]] ini mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas (IAIN with Wider Mandate) menuju terbentuknya Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Langkah konversi ini mulai diintensifkan pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. dengan dibukanya jurusan Psikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah, serta Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Syari’ah pada tahun akademik 1998/1999. Untuk lebih memantapkan langkah konversi ini, pada tahun 2000 dibuka Program Studi Agribisnis dan Teknik Informatika bekerjasama dengan [[Institut Pertanian Bogor]] (IPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Program Studi Manajemen dan Akuntansi. Pada tahun 2001 diresmikan Fakultas Psikologi dan Dirasat Islamiyah bekerjasama dengan Al-Azhar, [[Mesir]]]. Selain itu dilakukan pula upaya kerjasama dengan Islamic Development Bank (IDB) sebagai penyandang dana pembangunan kampus yang modern, McGill University melalui Canadian International Development Agencis (CIDA), Leiden University (INIS), Universitas Al-Azhar ([[Kairo]]), King Saud University ([[Riyadh]]), [[Universitas Indonesia]], Institut Pertanian Bogor (IPB), Ohio University, Lembaga Indonesia Amerika (LIA), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), [[Bank Negara Indonesia]]; [[Bank Muamalat Indonesia]], dan universitas-universitas serta lembaga-lembaga lainnya.
=== Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta === ▼
Langkah perubahan bentuk IAIN menjadi UIN mendapat rekomendasi pemerintah dengan ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 4/U/KB/2001 dan Menteri Agama RI Nomor 500/2001 tanggal 21 Nopember 2001. Selanjutnya melalui suratnya Nomor 088796/MPN/2001 tanggal 22 Nopember 2001, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional memberikan rekomendasi dibukanya 12 program studi yang meliputi program studi ilmu sosial dan eksakta, yaitu Teknik Informatika, Sistem Informasi, Akuntansi, Manajemen, Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Psikologi, Bahasa dan Sastra Inggris, Ilmu Perpustakaan, Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi. Seiring dengan itu, rancangan Keputusan Presiden tentang Perubahan Bentuk IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga telah mendapat rekomendasi dan pertimbangan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI dan Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI Nomor 02/M-PAN/1/2002 tanggal 9 Januari 2002 dan Nomor S-490/MK-2/2002 tanggal 14 Februari 2002. Rekomendasi ini merupakan dasar bagi keluarnya Surat Keputusan [[Megawati Soekarnoputri|Presiden RI]] Nomor 031 tanggal 20 Mei Tahun 2002 tentang Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
▲=== Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ===
[[Berkas:Uin.jpg|250px|thumb|right|Icon UIN Syarif Hidayatullah]]
Dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 031 tanggal [[20 Mei]] [[2002]], IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peresmiannya dilakukan oleh [[Hamzah Haz|Wakil Presiden Republik Indonesia]] pada [[8 Juni]] [[2002]] bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank (IDB). Satu langkah lagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menambah fakultas yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (Program Studi Kesehatan Masyarakat) sesuai surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1338/ D/T/2004 Tahun 2004 tanggal [[12 April]] [[2004 ]]tentang izin Penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat ([[S-1]]) pada Universitas Islam Negeri dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam tentang izin penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana (S-1) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor Dj.II/37/2004 tanggal [[19 Mei]] [[2004]].
== Makna Logo ==
|