Wahyu kepada Yohanes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Botrie (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:BritLibAddMS35166ApocalypseFolio003rAngelApeardToJohn.jpg|thumb|250px|Malaikat menampakkan diri pada Yohanes. Kitab Wahyu. Manuskrip abad 13. [[British Library]], [[London]].]]
 
Kitab '''Wahyu''' kepada '''Yohanes''' adalah kitab terakhir dalam kanon yang menutup sejarah [[Perjanjian Baru]].<ref name="Merrill">Merrill C. Tenney. 1995. ''Survei Perjanjian Baru''. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas. Hal. 473.</ref> Kitab ini juga merupakan sebuah kitab [[Kristen]] yang berisikan penglihatan, lambang, tanda, bilangan, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran Tuhan kepada bangsa [[Yahudi]].<ref name="Wongso">Peter Wongso. 1999. ''Eksposisi Doktrin Alkitab: Kitab Wahyu''. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Hlm. 1.</ref> Selain itu, Kitab Wahyu merupakan salah satu kitab yang sulit dipahami dalam [[Alkitab]] sehingga menimbulkan banyak penafsiran atasnya.<ref name="Bambang">Bambang Subandrijo. 2010. ''Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 2''. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm. 135-150.</ref> Pada abad 2 Masehi, orang [[Kristen]] memiliki pemahaman bahwa kitab [[Wahyu]] adalah kode simbolis yang meramalkan orang-orang atau peristiwa-peristiwa tertentu yang mengantar pada akhir zaman.<ref name="Dianne"> Dianne Bergant & Robert J. Karris (eds). 2002. ''Tafsir Alkitab Perjanjian Baru''. Yogyakarta: Kanisius. 477.</ref> Pada saat itu, sekelompok kaum [[Montanis]] pergi ke padang gurun [[Frigia]] untuk menyaksikan [[Yerusalem]] surgawi turun dari langit, namun mereka semua kecewa dengan penantian mereka.<ref name="Dianne"></ref>
 
== Ayat-ayat terkenal ==
Baris 14:
Penulis kitab ini menyebut nama Yohanes,<ref>{{Alkitab|Wahyu 1:1-4}}</ref><ref>{{Alkitab|Wahyu 22:4}}</ref> sebagai "saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus."<ref>{{Alkitab|Wahyu 1:9}}</ref> Jelas ia tidak menulis secara anonim<ref name="Marxsen">Willi Marxsen. ''Introduction to the New Testament''. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN:9789794159219.</ref>
Sejumlah pakar menganggap penulisnya adalah rasul [[Yohanes]] bin [[Zebedeus]].<ref name="Groenen">C. Groenen. 1984. ''Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru''. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.394-398.</ref> Hal ini juga didukung oleh pendapat [[Yustinus Martir]] yang tertulis dalam Dialog dengan [[Trypho]] pada tahun [[135]].<ref name="Hagelberg">Dave Hagelberg. 1997. ''Tafsiran Kitab Wahyu''. Yogyakarta: Yayasan Andi. Hlm.1.</ref> Penulis [[Wahyu]] memperkenalkan diri sebagai seorang [[nabi]] ({{Alkitab|Wahyu 1:2-3}}; {{Alkitab|Wahyu 22:6,9,19}}).<ref name="Groenen"/> Ia berkarya di [[Asia Kecil]] dan merupakan seorang keturunan [[Yahudi]].<ref name="Groenen"/> Pada masa itu umat [[Kristen]] disiksa dan dikejar-kejar karena kepercayaan mereka kepada [[Yesus]] [[Kristus]] sebagai [[Anak Allah]], sehingga dengan menulis kitab ini sang penulis berharap ingin memberi semangat kepada para pembaca dan pendengarnya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu situasi demikian.<ref name="Groenen"/>
[[ImageBerkas:Seven churches of asia.svg|thumb|right|150px|Peta ''[[Anatolia]] Barat'' (dahulu termasuk [[Asia Kecil]]) menunjukkan pulau [[Patmos]] dan tujuh kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu.]]
 
=== Situasi Sosial dan Politik ===
Baris 54:
 
=== Pandangan Profetis ===
Pandangan profetis menganggap Wahyu sepenuhnya merupakan nubuatan tentang akhir zaman, terutama jika dihubungkan dengan [[Kitab Daniel]] dan bagian-bagian [[eskatologi|eskatologis]]s lain dalam Alkitab.<ref name="Bambang"/> Pandangan profetis terbagi dalam tiga aliran yaitu pandangan ''preteris'', pandangan ''futuris'', dan pandangan ''historis''.<ref name="Bambang"/> Pandangan ''preteris'' berusaha memahami Kitab Wahyu dengan melihat peristiwa-peristiwa pada abad pertama, misalnya mengenai penganiayaan terhadap gereja yang digambarkan seperti metafora "ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi" (Wahyu 17:5).<ref name="Bambang"/> Hal lain lagi yaitu Harmagedon (Wahyu 16:6) dipandang sebagai penghakiman Allah atas orang-orang [[Yahudi]] yang dilakukan oleh prajurit-prajurit [[Romawi]] yang digambarkan sebagai binatang.<ref name="Bambang"/>
Pandangan ''futuris'' menganggap semua atau sebagian besar nubuat [[Wahyu]] adalah mengenai peristiwa yang akan terjadi pada masa depan, menjelang kedatangan [[Kristus]] kedua.<ref name="Bambang"/> Pandangan futuris juga mempercayai bahwa kesengsaraan dahsyat akan terjadi yakni periode tujuh tahun, ketika orang percaya di seluruh dunia akan mengalami penganiayaan dan kesyahidan serta akan disucikan dan dikuatkan olehnya.<ref name="Bambang"/> Pandangan futuris ini pertama kali dimunculkan oleh dua orang penulis Katolik yaitu [[Manuel Lacunza]] dan [[Ribera]].<ref name="Bambang"/>
Pandangan historis menganggap Wahyu sebagai nubuat untuk rentang waktu dari abad pertama hingga kedatangan [[Yesus]] yang kedua.<ref name="Bambang"/> Secara politis, simbol-simbol dalam kitab ini dimaknai sebagai nubuat mengenai perpecahan tahap demi tahap dan kejatuhan kekaisaran [[Romawi]], timbulnya perpecahan di [[Eropa]] [[Barat]] dan bangkitnya kerajaan [[Islam]] di [[Timur]].<ref name="Bambang"/> Secara gerejawi [[Wahyu]] dipahami`sebagai nubuat mengenai perluasan [[gereja]], bahwa setelah penganiayaan yang dialami, gereja terus berkembang hingga menaklukkan seluruh dunia.<ref name="Bambang"/>
 
=== Pandangan Spiritualistis ===
Pandangan ini menekankan makna spiritual di balik pewartaan Kitab [[Wahyu]].<ref name="Bambang"/> Penglihatan-penglihatan yang dipaparkan dalam kitab ini dipahami sebagai ungkapan kebenaran rohani yang kekal, yang selalu dinyatakan di sepanjang sejarah.<ref name="Bambang"/> Dalam pandangan ini, pewartaan kitab [[Wahyu]] selalu dimaknai secara [[alegori|alegoris]]s.<ref name="Bambang"/> Gambaran-gambaran yang ada di dalamnya dianggap sebagai alegori peristiwa-peristiwa di akhir zaman.<ref name="Bambang"/>
 
=== Pandangan Historis Kritis ===
Baris 66:
== Muatan Teologi ==
=== Eskatologi ===
Pemahaman [[eskatologi|eskatologis]]s kitab ini terdapat dalam {{Alkitab|Wahyu 1:7}}, di sana digambarkan mengenai peristiwa kedatangan [[Kristus]] yang kedua kalinya.<ref name="Donald">{{id}}Donald Guthrie. 1992. ''Teologi Perjanjian Baru 3''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 156-157</ref> Selain itu, eshkatologi kitab ini juga bukan lagi peristiwa masa depan yang dinantikan, melainkan peristiwa masa kini yang mendemonstrasikan kuasa [[Allah]], karena [[Yesus]] berkata "Aku datang segera".<ref name="Bambang"/> Selain itu, tema kerajaan [[Allah]] dalam kitab [[Wahyu]] dipengaruhi oleh pengertian kerajaan seribu tahun.<ref name="Donald"/> Sebelum adanya kerajaan seribu tahun, pasti akan ada kesusahan yang besar, namun kesusahan tersebut akan hilang ketika [[Kristus]] mengalahkan sumber kesusahan.<ref name="Donald"/>
 
=== Etika ===