Anindya Bakrie: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Erplan support (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Botrie (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-bea siswa +beasiswa)
Baris 19:
== Kegiatan Filantropi ==
 
Di luar bisnis Anindya adalah seorang filantropis. Kepekaan sosialnya yang tinggi membuatnya dipercaya pula memimpin Yayasan Bakrie Untuk Negeri (BUN) yang menangani masalah kesehatan, olahraga upaya penanggulangan bencana, dan yang terpenting pendidikan. Anin juga menjadi patron dari Universitas Bakrie. Di perguruan tinggi ini 50 persen mahasiswanya memperoleh bea siswabeasiswa. Mereka adalah mahasiswa cerdas dari berbagai wilayah di Indonesia, namun kekurangan biaya.
 
Peranan dan aktivitasnya di berbagai kegiatan sosial ini merupakan wujud dari amanah pendiri Kelompok Usaha Bakrie yang sangat dipegang teguh oleh keluarga besar. Almarhum Haji Achmad Bakrie pria asal Kalianda, Lampung ini berpesan, "agar setiap rupiah yang dihasilkan Bakrie, harus bermanfaat untuk orang di sekitarnya."
Baris 35:
== Pemberian Bea Siswa ==
 
Bakrie Chair adalah bagian kegiatan dari Bakrie Center Foundation ([[BCF]]). Di bawah BCF ada program bantuan bea siswabeasiswa untuk program pasca sarjana bernama Bakrie Graduate Fellowship (BGF). Program ini memberi bantuan untuk mahasiswa program magister/post graduate dengan bekerjasama sejumlah perguruan tinggi terkemuka di dalam dan luar negeri.
 
Di Indonesia kerjasama telah terjalin dengan Universitas Indonesia ([[UI]]), Institut Pertanian Bogor ([[IPB]]), Institut Teknologi Bandung ([[ITB]]) dan Universitas Gajah Mada ([[UGM]]). Sementara di luar negeri kerjasama terjalin dengan Stanford University (AS) dan Nanyang Technological University ([[NTU]])(Singapura). Khusus untuk NTU, sebanyak empat bea siswabeasiswa yang diberikan, dua di antaranya untuk mahasiswa Indonesia, dan dua lainnya untuk mahasiswa dari negara anggota Asean. Di Indonesia, BCF sedang menjajaki kerjasama dengan lima perguruan tinggi lainnya di luar Jawa. Sementara di luar negeri BCF mengincar perguruan tinggi prestisius lainnya di AS, Eropa dan Australia.
 
"Sebuah bangsa hanya bisa maju jika tingkat pendidikannya tinggi. Saya melihat setiap tahun ada sekitar 2.5 juta lulusan SLTA. Yang bisa meneruskan ke bangku perguruan tinggi hanya sekitar 10 persen. Sementara lulusan perguruan tinggi yang meneruskan ke jenjang magister lebih kecil lagi. Setiap tahun Indonesia hanya menghasilkan 20.000 orang lulusan program S2. Bandingkan dengan Cina yang menghasilkan 800.000 orang dan India 750.000 orang magister." tegasnya.
Baris 43:
Dengan program beasiswa baik di luar negeri maupun di Indonesia, BCF menargetkan akan mencetak 1.000 orang lulusan program magister dalam waktu 10 tahun. Apa yang dilakukan BCF juga diharapkan bisa membantu memperkuat Indonesia khususnya dan ASEAN pada umumnya di dunia internasional.
 
Bea siswa yang diberikan oleh BCF meliputi biaya perkuliahan, biaya hidup dan biaya penelitian. Di luar perkuliahan formal, mereka juga akan mendapat pelatihan kepemimpinan.Secara berkala akan dilaksanakan seminar internasional bekerjasama dengan lembaga partner di dalam dan luar negeri. Satu hal penting lainnya, para penerima bea siswabeasiswa akan diberi wawasan kewirausahaan. Beberapa di antara mereka diharapkan bakal menjadi pebisnis/wirausahawan yang handal.
Anin juga melihat pentingnya ketersedian tenaga trampil. Karena itu melalui BCF, ia berencana membantu/membangun sejumlah sekolah kejuruan. Lulusannya diharapkan menjadi tenaga trampil yang siap masuk ke pasar kerja.