Herman Johannes: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Cucuganesha (bicara | kontrib) |
||
Baris 37:
== Karier ==
Herman Johannes adalah
Meski lebih banyak dikenal sebagai pendidik dan ilmuwan, Herman Johannes tercatat pernah berkarier di bidang [[militer]].<ref>[[Julius Pour]] 1993. ''Herman Johannes: Tokoh yang Konsisten dalam Sikap dan Perbuatan''. [[Gramedia]], Jakarta. [[Biografi]].</ref>. Tanggal 4 November 1946 Herman Johannes menerima Surat Perintah yang ditadatangani Kapten (Kavaleri) Soerjosoemarno (kemudian menjadi ayah dari [[Yapto Soerjosoemarno]]) yang mengatasnamakan Kepala Staf Umum Kementerian Keamanan Rakyat Letjen [[Urip Sumohardjo]], yang isinya agar segera hadir dan melapor ke [[Markas Tertinggi Tentara]] di Yogyakarta. Ternyata Herman Johannes diminta membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI, karena pemerintah Indonesia saat itu sedang mengalami krisis persenjataan. Permintaan ini diterimanya dengan satu syarat, yakni jika laboratorium itu sudah bisa berdiri dan berproduksi, maka penanganannya harus dilanjutkan orang lain sebab Herman Johannes ingin melanjutkan kariernya di bidang pendidikan. Di bawah pimpinan Herman Johannes, Laboratorium Persenjataan yang terletak di bangunan [[Sekolah Menengah Tinggi]] ([[SMT]]) [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] ini selama perang kemerdekaan berhasil memproduksi bemacam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan.
Baris 45:
Pengalamannya ber[[gerilya]] membuat Herman Johannes juga ikut serta dalam [[Serangan Umum 1 Maret 1949]] yang menyerbu kota Yogyakarta di pagi buta dan bisa menduduki ibukota Republik selama enam jam. Herman Johannes juga menjadi saksi sumbangan [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Letnan [[Soesilo Soedarman]] dan Letnan Djajadi, Mayor Johannes pernah bertugas ke [[Wedi, Klaten]], untuk melakukan koordinasi perjuangan. Mereka bertiga berangkat memakai seragam baru hadiah dari [[Sultan Hamengkubuwono IX|Sultan Yogya]]. Sultan pun memberi gaji seratus [[rupiah]] [[Oeang Republik Indonesia]] (ORI) setiap bulan kepada para taruna Akademi Militer.
Dalam sebuah makalahnya Herman Johannes pernah mengemukakan bahwa Sri Sultan dan [[Paku Alam VIII|Paku Alam]] bersama Komisi PBB menjemput para gerilyawan masuk kota Yogyakarta pada [[29 Juni]] [[1949]]. Pasukan Akademi Militer masuk kota dari arah [[Gondokusuman, Yogyakarta|Pengok]] dan dijemput langsung Paku Alam VIII, dan Herman Johannes kemudian harus berpisah dengan teman-teman seperjuangannya utuk kembali ke dunia pendidikan. Jasanya di dalam perang kemerdekaan membuat Herman Johannes dianugerahi [[Bintang Gerilya]] pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI. Almarhum Herman Johannes mendapat anugerah gelar [[Pahlawan Nasional]] dari Presiden Yudhoyono dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 2009.<ref>[http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/11/09/brk,20091109-207172,id.html Profesor Herman Johanes Mendapat Gelar Pahlawan]</ref> <ref>[http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2009/11/09/4853.html Penganugerahaan Gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan RI]</ref>
== Riwayat Hidup ==
|