Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Reset |
Sejarah Tentang Sulap dan Sulap Gospel |
||
Baris 1:
{{Bakpasir}}
<!-- SULAP GOSPEL -->
Sebelum manusia mampu menciptakan pesawat terbang, orang berkhayal untuk bisa terbang. Bulan yang terlihat kecil dari bumi disembah karena tampak berada di ketinggian, jauh dari bumi. Dahulu orang berpikir bahwa jika ingin mengetahui sesuatu dari jarak jauh harus menggunakan telepati atau ilmu sihir melihat jarak jauh. Semua tampak begitu mustahil. Tetapi dengan adanya teknologi, orang dapat terbang ke bulan tanpa ilmu mecah raga atau teleportasi, bahkan dapat melihat bagian belahan dunia/daerah yang lain tanpa telepati melainkan dengan televisi. Begitu pula “keajaiban” cermin-cermin yang besar dapat membuat orang tersesat dalam rumah kaca, sampai kecanggihan teknologi yang menggantikan fungsi tombol analog/manual dan segala sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh sihir. Segala sesuatu pada zaman dahulu yang tampaknya mustahil kini dapat dicapai dengan kemajuan teknologi.
Rahasia sulap telah diberikan oleh para pesulap sejak zaman prasejarah. Diajarkan turun temurun dari generasi satu ke generasi yang lain sampai sekarang. Sayang sekali, dari perjalanan sejarah tentang sulap telah dinodai oleh para pemuja setan yang menggunakan sihir. Begitu juga dengan hypnosis yang mempunyai sejarah panjang yang dulunya dipakai para pemimpin agama kuno untuk menyembuhkan dan memikat pengikutnya hingga Franz Anton Mesmer (1735-1815) menelitinya secara ilmiah dan Milton H. Erickson (1901-1980) pada zaman modern meneliti tentang hypnosis untuk hypnoterapi.
Walau di zaman modern telah diketahui adanya perbedaan antara hypnosis dengan magnetisme, tetapi karena sejarah panjang yang awalnya dipakai oleh para penyihir membuat orang awam mempunyai pandangan negatif, baik itu pada hypnosis maupun pada sulap. Karena perbuatan penyihir itu, banyak orang meng-anggap suatu kejadian yang tampaknya ajaib itu selalu berhubungan dengan kuasa supranatural yang jahat. Iblis jelek yang selalu salah itu dituduh berada di balik “keajaiban” yang terjadi dalam sulap. Seharusnya kita dapat membedakan yang mana mujizat asli dengan mujizat palsu, membedakan yang mana ilusi sihir dengan permainan.
Patut diketahui bahwa ada trik sulap yang dipraktekkan oleh para pesulap di Mesir yang sama dengan kisah tongkat Harun yang berubah menjadi ular. Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini dijelaskan mengenai “Mujizat” orang-orang pintar Firaun yang mengubah tongkat menjadi ular. Dilihat dari kacamata seorang pesulap, bisa saja ini yang dipraktekkan oleh orang-orang berilmu di Mesir untuk membuat “tongkat” menjadi ular. Harun tidak berbuat seperti yang mereka lakukan karena tongkat miliknya adalah tongkat asli dan keajaiban tongkat Harun pun adalah keajaiban yang asli. Ini baru bisa dikatakan benar-benar bukan sulap bukan sihir
Pada zaman kuno, sekitar 4000 tahun silam, trik sulap memenggal kepala dan menyatukan kembali itu telah dimainkan. Seorang arkheolog bernama Henry Westcar pada tahun 1823 menemukan papirus di Mesir yang menuliskan peristiwa tersebut. Papirus Westcar mengisahkan tentang seorang pesulap bernama Dedi dari kerajaan Mesir abad pertengahan pemerintahan Firaun bernama Khufu / Raja Cheops. Selain itu ada juga catatan lain berupa hieroglyph pada dinding candi Beni Hasan yang mencatat tentang sulap dan sihir pada tahun 2500 SM.
Pada tahun 600 SM penulis Zoroaster menciptakan konsep magic dan okultisme. Saat itu merupakan zaman pembuangan bangsa Yahudi dibawah kekuasaan bangsa Persia. Para imam-imam dari agama Zoroaster ini sering melakukan perbuatan-perbuatan ajaib yang merupakan campuran sihir dan sulap. Kata Magic itu sendiri berasal dari bahasa Persia kuno “Magu” yaitu kata imam dari agama Zoroaster di Persia kuno.
Bangsa Yahudi dan non Yahudi sama-sama mempercayai tahayul sehingga Paulus menasihati Timotius agar mengajarkan kepada gereja Tuhan untuk menjauhi tahayul. Sejak awal berdirinya kota Roma, orang Romawi suka menujum dan meramal. Orakel (kuil ramal) sudah membudaya di antara orang Yunani. Pembuangan ke Babilonia telah membuat orang-orang Yahudi lebih mengenal pengetahuan gaib orang Timur dan membuat mereka menjadi dukun dan ahli nujum. Kemudian ilmu kebatinan mengalir dari dunia Timur ke Barat. Ilmu ramal perbintangan mencapai puncaknya dibawah pemerintahan Tiberius. Pada zaman itu, ilmu-ilmu gaib tersebut semuanya merupakan jawaban dari hukum-hukum alam yang tidak diketahui. Sampai pada zaman itu, sulap masih merupakan bayang yang tidak jelas keberadaannya.
Sihir, ilmu filsafat, matematika dan obat-obatan yang ada saat itu membuat orang-orang semakin tidak percaya sulap sebagai seni. Ditambah dengan orang-orang kafir yang menggabungkan sihir dengan nama Kristus menambah stigma bagi pesulap sehingga disamakan dengan penyihir. Keberadaan para pesulap sejak zaman itu disamakan dengan murid-murid sihir hitam dan dianggap hina.
Disekitar abad-abad awal sesudah Masehi, disaat kekristenan semakin menyebar, orang-orang mencoba mencari jawaban setiap masalah yang dihadapi. Kehadiran para penyihir dan penyulap merupakan dilema. Akar okultisme yang begitu kental membuat prakek-praktek sulap dianggap sebagai pemujaan setan. Ini terbukti pada saat Paus Alexader IV melarang segala bentuk sulap. Setiap orang yang mempraktekkannya akan dihukum karena dianggap sebagai murid setan sihir ilmu hitam. Ini membuat sulap semakin terpuruk.
Selama abad pertengahan, para pesulap mempertontonkan atraksinya di hadapan orang banyak di jalanan seperti saat Marco Polo melihat sulap di Cina tahun 1350. Di awal abad XIV, kembali orang memainkan sulap dengan memakai trik koin, kartu, tali, pemotongan dan penyambungan tubuh manusia.
Istilah “There is power in mystery” merupakan prinsip para pesulap. Itulah sebabnya para pesulap tidak ingin membeberkan rahasianya kepada orang banyak. Trik sulap yang telah diketahui orang tidak mempunyai efek ajaib lagi. Sikap tertutup pesulap juga membuat banyak orang salah paham. Oleh sebab itu Reginal Scott menulis buku tentang sulap yang pertama “The Discoverie of Witchcraft” pada tahun 1584. Ia menulis dalam buku sulap itu dengan mengekspos sulap sedetail mungkin beserta penjelasannya. Dengan terbongkarnya rahasia sulap ini, Scott telah berhasil memisahkan (Magic) dengan sihir (Sorcery / Black or White Magic). Sebelum rahasia trik-trik sulap dibukakan, batas antara sihir dengan sulap tampak begitu abu-abu.
Berawal dari terbukanya wawasan baru mengenai pemahaman sulap yang benar membuat sulap mulai diterima oleh umum. Di awal abad XVII, Isaac Fawkes membuat suatu pertunjukan di London. Ia merupakan pesulap pertama yang mengadakan pertunjukkan sulap dengan menarik uang tiket masuk bagi kelas atas. Fawkes dan pesulap-pesulap lainnya berhasil mengangkat sulap ke dalam suatu pertunjukkan seni. Para pesulap melakukan pertunjukkan keliling atau bermain di pasar-pasar malam.
Sulap modern di atas panggung menjadi populer di tahun 1770an. Tahun 1798 di Paris dipertunjukkan “The Phantasmagoria”. Trik itu diciptakan Etienne Gaspard Robertson, seorang ahli Fisika Belgia. Efek yang mereka mainkan adalah mendatangkan arwah orang yang sudah mati dengan menggunakan “gimmick” berupa alat kaca dan cermin. Permainan yang sebenarnya telah dimainkan sejak abad permulaan di Roma, sama tuanya dengan trik mangkok dan bola.
Tahun 1845 Jean Eugene Robert Houdin menampilkan ilusi “Eternal Suspension”, yaitu trik mengambang di udara. Robert Houdin menjadi bapa sulap modern karena ia menggabungkan iptek, mesin, listrik dan optical illutions yang kemudian dikembangkan oleh pesulap-pesulap lain pada tahun-tahun setelah kejayaannya. Misalnya tahun 1921 dimainkan “Sawing a Woman in Half” (membelah wanita menjadi dua) di kembangkan oleh David Copperfield dengan membelah badannya menjadi dua dengan gimmick kaki robot.
Levitation trick diciptakan tahun 1867 oleh John Nevil Maskelyne dan disempurnakan oleh anaknya (tahun 1894) dengan menambah Hoop. Rober Habin (1909-1978) menciptakan “Zig-Zag Illution” (membagi wanita menjadi tiga potong dalam lemari).
Tahun - tahun setelah itu muncullah sederetan pesulap yang menjadi terkenal seperti Harry Houdini (escape trick), Howard Trhruston (Floating Ladies), Amendo Vacca (Comedy magician), Jarrow (Growing Paper), Philip Foxwell, Mark Wilson (pesulap TV), Harry Kellar, Dog Henning (Levitation), Siegfried & Roy (sulap menggunakan binatang buas) sampai pada David Copperfield.
David Copperfield merupakan pesulap profesional. Beberapa orang awam memberikan pandangan yang keliru mengenai David. Mereka mengatakan pada saya bahwa David memakai sihir. Kebanyakan mereka selalu memberi stigma bahwa apa yang David lakukan adalah sihir. Ini merupakan pandangan yang selalu diberikan oleh setiap orang yang tidak tahu bagaimana kehidupan sulap maupun bagaimana rahasia kesuksesan sulapnya.
Bagi David, sulap bukan sekedar melakukan trik, melainkan tentang membawa penonton ke suatu tempat lain (Another planet), suatu tempat yang istimewa, sehingga mereka bisa benar-benar mencabut ketidakpercayaan mereka.
David besar di New Jersey. Sebelum umur 10 tahun ia berpikir bahwa menjadi seorang ventriloquist adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Ia pun menjelajahi tempat yang menjual perlengkapan ventriloquist dan juga toko sulap. Ia melakukan beberapa pertunjukkan kecil di kota asalnya.
Ketika ia berusia 18 tahun, ia dapat bagian dalam pertunjukan musikal “The Magic Man”. Ia melakukan ilusi sendiri dan menyanyi. Kian lama pertunjukkan yang ia mainkan, makin banyak ilusi yang ia sajikan. Metode pertunjukkan sulap dengan menyanyi ia hentikan karena banyak orang ingin ia lebih bermain sulap dari pada bernyanyi.
Setelah pertunjukkan sulap tutup, David menganggur setahun. David lalu menciptakan sulap di apartemennya dan menemukan musik yang pas kemudian melakukan latihan. Ia mengetuk banyak pintu dan mengirim banyak video sulapnya. Suatu hari David mendapat telepon untuk membintangi pertunjukan TV. Saat itu ia baru berusia 19 tahun. Kini ia menjadi pesulap terkenal di abad 20 ini.
Di Indonesia ada Marijoen VM (Ventriloqoist Magician), Mr. Robin, Mr. Magic dan sampai saat ini berturut-turut muncul pesulap-pesulap baru seperti Deddy Corbuzier, Rommy Rafael dan lainnya. Semuanya adalah pesulap di bidang Entertain. Sangat disayangkan beberapa pesulap di Indonesia itu mempunyai kostum dan make up yang menyeramkan. Walau dengan tujuan untuk trade mark mereka dan memberi kesan msterius tapi orang lain bisa saja salah kaprah.
Pesulap-pesulap Kristen yang bergerak di “cabang” sulap baru, yaitu “Gospel Magic” (Sulap Injil). Gembala Sidang dari East Baptist Church of Philadelphia, Pennsyvania, Amerika; Pendeta C. H. Woolston pada tahun 1910 menerbitkan buku sulap Injil “Seing Truth”. Woolston merupakan pesulap Injil pertama yang menggunakan sulap untuk ilustrasi dalam pelajaran Alkitab. Ia juga menyelenggarakan konvensi sulap Injil pertama pada tanggal 18 Januari 1917.
Selain Woolston, ada juga Philip Foxwell, ia adalah pesulap terkenal di tahun 1930-an dengan permainan yang mirip Harry Houdini dan Thruston. Pada tahun 1937 ia mendapatkan penghargaan International Brotherhood of Magician Convention. Jika disejajarkan dengan era 90-an, ia sama seperti David Copperfield karena telah menjadi pesulap terbaik di dunia.
Philip berbeda dengan David, jika David tetap pada eksistensinya sebagai (magician) pesulap sekuler, Philip menjadi Missionary Magician. Setelah pernikahannya dengan Jeane Alice (Mahasiswi Wheaton Bible College) pada tahun 1945, kehidupan sulapnya berubah. Ketika ia pergi ke Jepang tahun 1948, ia mendapat suatu metode yang unik untuk menginjil. Karena tujuan utama Philip adalah untuk menginjil, ia tidak membawa peralatan sulapnya, namun di negara itu ia menemukan bahwa sulap dapat dipakai dalam penginjilan.
Dengan sulap-sulapnya, banyak orang yang tertarik datang ke Sekolah Minggu atau di persekutuan kaum muda. Karena kemampuan bahasa Jepangnya yang terbatas sulap menjadi sarana yang efektif untuk menginjil lintas budaya dan bahasa. Tawaran-tawaran untuk melayani (berkhotbah dengan Gospel Magic) ia dapatkan dari berbagai pihak. Di Japanese Christian Teological Seminary, ia mengajar bahasa Yunani. Selama 30 tahun ia menjadi penginjil dan pensiun pada tahun 1979. Ia kembali ke Long Beach, California dan melayani di sana.
27 November 1953, di gereja Metodis St. Paul, San Fransisco dibentuk persatuan pesulap Kristen (Fellowship of Christian Magician). Lima tahun kemudian mereka melaksanakan konvensi. Tahun 60-an dunia sulap sekuler menerima Sulap Injil. Ide-ide seni permainan Sulap Injil yang kemudian dimuat di majalah Lingking Ring (majalah khusus anggota The International Brotherhood of Magician).
Di Indonesia, pesulap yang bergerak di bidang Gospel Magic belum sebanyak pesulap sekuler. Di Jakarta ada Brotherhood of Gospel Magician yang menyediakan pelayanan sulap Injil tanpa membedakan denominasi gereja. Seorang pesulap sekuler bernama Bing Rahardja (kelahiran Rembena 8 September 1960) juga memakai metode Sulap injil. Ia juga menulis buku yang memberikan gambaran yang benar mengenai seni sulap secara praktis dan juga aplikasinya dalam pelayanan, menyampaikan firman Tuhan melalui sulap.
Ada pesulap Kristen kelahiran Singapura yang bernama Lee Randolph Robertson. Pada tahun 1988 datang ke Indonesia sebagai missionaris dalam wadah Yayasan Tata Evangelisasi Lengkap. Dengan ketrampilannya bermain sulap, ia telah menyampaikan kebenaran firman Tuhan ke berbagai daerah di Indonesia. Ia juga telah menulis sebuah buku panduan sulap Injil untuk dipergunakan oleh anak-anak Tuhan.
Pesulap Gospel lain adalah Andre Kole dari LPMI. Ia menggunakan metode pengengajaran dengan sulap. Di bagian awal ia menunjukkan sulap umum. Sebelum masuk pada sesi berikutnya ia katakan kepada audience bahwa ia akan memainkan sulap Gospel. Audience diberi kesempatan untuk tidak menyaksikannya namun para audience tetap tidak beranjak dari tempat duduk dan menyaksikan Andre melakukan ilustrasi.
Penggunaan alat peraga adalah salah satu metode kreatif agar pendengar/murid dapat menyerap sebanyak mungkin dan bertahan lama (ini juga merupakan salah satu alasan mengapa guru-guru SM sering memakai alat peraga dalam pengajarannya.
|