Ismail Suny: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
 
==Kehidupan==
Ismail Suny merupakan putra dari pasangan Haji Mohammad Suny dan Cut Nyak Sawani. Ayahnya merupakan seorang saudagar kaya dan ternama di kawasan Aceh Selatan. Ia anak ketiga dari 18 bersaudara. Ayahnya merupakan keturunan perantau [[Orang Minang|Minangkabau]] dan seorang saudagar kaya di kawasan Aceh Selatan, sedangkan ibunya berasal dari [[Suku Aceh|Aceh]].
 
Pada tahun 1948, ia hadir mewakili ayahnya menemui [[Soekarno|Bung Karno]] untuk menyerahkan uang dan perhiasan emas dari para saudagar Aceh. Emas yang dikumpulkan ini kemudian dibelikan pesawat [[Dakota RI-001 Seulawah|Seulawah]] oleh pemerintah Indonesia.
Baris 10:
Lulus dari Sekolah Menengah Islam di Aceh, ia melanjutkan studi di [[SMA Negeri 1 Jakarta|SMA Budi Utomo]], [[Jakarta]]. Setelah itu ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]] (1957). Tiga tahun kemudian ia memperoleh gelar ''Masters in Civil Law'' di [[McGill University]], [[Montreal]], [[Kanada]], serta gelar doktor dari [[Universitas Indonesia]] (1963)
 
Sepulang dari Kanada, ia mendirikan [[Universitas Cendrawasih]] di [[Jayapura]]. Tahun 1965, ia memperoleh gelar Guruguru Besarbesar dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sejak itu ia menjadi salah satu cendekiawan yang diperhitungkan. Ia menjadi anggota [[DPR|DPRGR]]/[[MPRS]] dari tahun 1967 hingga tahun 1969. Pada saat itu, ia ikut menolat pidato pertanggungjawaban Presiden Soekarno.
 
Pada tahun 1973 ia menjadi rektor [[Universitas Muhammadiyah Jakarta]].<ref>Arskal Salim, Azyumardi Azra (ed), Shari'a and Politics in Modern Indonesia, Institute of Southeast Asian Studies, 2003</ref> Tahun 1978 ia diberhentikan dari jabatannya, sekaligus dipenjara tanpa proses pengadilan terlebih dahulu. Kritiknya terhadap kekuasaan [[Soeharto]] yang cenderung diktator, membuatnya dijebloskan ke Rumah Tahanan Nirbaya, Jakarta.<ref>Majalah Tempo, Wawancara Ismail Suny: "Sekretariat Negara Pernah Maha Berkuasa", 6-12 September 1999</ref>