Simbur Cahaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k +patroli using AWB
Kanzunqalam (bicara | kontrib)
Baris 319:
uurnya anak itu pulang di dusun bapaknya lantas ahlinya hendak bayar pada umak
dan bapak kualon 8 ringgit pengen dongan namanya.
 
=== Bab IV (Aturan Kaum) ===
==== Pasal 01 ====
Di dalam dusun pasirah ditetapkan satu Lebai Penghulu yang kuasa hakim, maka
Lebai Penghulu itu jadi kepala segala kaum di dalam marganya dan kaum-kaum
hendaklah turut perintah Lebai Penghulu.
==== Pasal 2 ====
Di dalam dusun pasirah ditetapkan satu atau dua Khatib akan tulung atas
pekerjaan Lebai Penghulu.
==== Pasal 3 ====
Di dalam satu-satu dusun pengandang ditetapkan satu atau dua Khatib yang tiada
boleh kuasa hukum.
==== Pasal 4 ====
Pasirah hendak pilih siapa yajg petut jadi kaum di dalam marganya dan bawa pada
yang kuasa di dalam batanghari supaya dikirim menghadap seri paduka tuan besar
di Palembang serta minta surat cap dari pada paduka Pangeran Penghulu Nata
Agama di Palembang.
==== Pasal 5 ====
Mu’azin, bilal dan marbot tiada boleh dipakai di huluan.
==== Pasal 6 ====
Hendak Lebai Penghulu serta Khatib-khatib tulung atas pekerjaan pasirah proatin,
maka dia orang hendak pelihara buku jiwa di dalam satu-satu dusun dan tulis
orang yang kawin dan mati dan perhitungan pajak.
==== Pasal 7 ====
Seboleh-seboleh hendak pasirah cahari orang yang tahu menyurat bakal jadi
kaum.
==== Pasal 8 ====
Kaum-kaum tiada boleh nikahkan orang, jika tiada dengan izin kepala dusun.
==== Pasal 9 ====
Tiap-tiap tahun hendak Khatib-khatib kasih salinan buku orang kawin atau mati
pada Lebai Penghulunya, maka Lebai Penghulu hendak tiap-tiap tahun kasih
salinan buku orang kawin dan mati di dalam marganya pada paduka Pangeran
Penghulu Nata Agama di Palembang.
==== Pasal 10 ====
Dari hari selikur sampai hari-hari tigapuluh bulan puasa, boleh kaum-kaum minta
fitrah, jika orang suka kasih satu gantang fitrah satu jiwa, di dalam itu Lebai
Penghulu hantar satu gantang di dalam satu rumah pada paduka Pangeran
Penghulu Nata Agama, yang lain jadi pemakan kaum-kaum di dalam marga.
==== Pasal 11 ====
Jika orang suka kasih zakat, boleh kaum-kaum pungut sepuluh gantang di dalam
seratus gantang padi, maka dibahagi bagaimana tersebut di bawah ini:
- 10 gantang di dalam 100 dihantar di Palembang pada paduk Pangeran
Penghulu menjadi pemakan orang miskin.
- 30 gantang di dalam 100 pulang pada Lebai Penghulu
- 30 gantang di dalam 100 pulang pada khatib-khatib di dusun
pengandang
- 30 gantang di dalarn 100 menjadi pemakan orang yang pelihara masjid dan
langgar.
==== Pasal 12 ====
Kaum-kaum hendak pelihara masjid, langgar, padasan dan keramat-keramat.
==== Pasal 13 ====
Orang yang kawin hendak bayar batu kawin satu orangnya setengah rupiah
kepada kaum yang nikahkannya.
==== Pasal 14 ====
Kaum-kaum hendak mandi dan sembahyangkan orang mati, tiada boleh minta
pernbayaran melainkan sesuka orang kasih.
==== Pasal 15 ====
Hendak kaum-kaum mengajar anak-anak di dalam dusun mengaji dan menyurat,
tiada dengan pembayaran, melainkan sesuka orang kasih.
==== Pasal 16 ====
Pasirah dengan Lebai Penghulu hendak pelihara anak yatim piatu di dalam
marganya serta pegang terikatnya sampai anak itu umur 14 tahun.
==== Pasal 17 ====
Jika Lebai Penghulu hendak mengantar fitrah atau zakat di Palembang, hendak
pasirah kasih perpat dua orang mata pajak.
==== Pasal 18 ====
Lebai Penghulu dan Khatib lepas dari aturan pajak dan bebeban dan dari segala
pekerjaan marga dan dusun ialah kemit hantar dan berkuli.
==== Pasal 19 ====
Dari fitrah dan zakat di dalam marga hendak Lebai Penghulu kumpulkan di dalam
tangannya dan tentukan gilir dari kaum yang, hantar fitrah atau zakat ke
Palembang, tiada boleh kaum dari dusun pengandang milir membawa bahagian
dusun melainkan pungutan di dalam marga dihantar oleh suruhan Lebai Penghulu.
 
== Rujukan ==
* Undang-Undang Simbur Cahaya tulisan Arab Melayu dalam buku Berg, Mr.L.W.C. van de., Rechtsbronnen van Zuid Sumatra, BK1 43, 1894.