Tenggelamnya Kapal Van der Wijck: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sulakbar (bicara | kontrib)
lagi
Sulakbar (bicara | kontrib)
lagi
Baris 22:
| followed_by =
}}
'''''Tenggelamnja Kapal van der Wijck''''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''''Tenggelamnya Kapal van der Wijck''''') adalah [[novel]] sekaligus salah satu karya [[sastra Indonesia]] klasik yang ditulis oleh Hamka, nama pena [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah]]. Novel ini diterbitkan pada tahun 1938. Ceritanya berkisah tentang percintaan antara Zainuddin, laki-laki berayah [[Minang]] beribu [[Bugis]], dan Hayati, perempuan berketurunanyang murni keturunan [[Orang Minang|Minang]] seutuhnya.
 
Dalam novel ini, Hamka menyatakan ketidaksetujuan terhadap beberapa tradisi dalam [[Adat Minangkabau|adat Minang]], terutama mengenai diskriminasi terhadap orang keturunan campuran yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu. Awalnya ''Tenggelamnya Kapal van der Wijck'' dirilis sebagai cerita bersambung dalam sebuah majalah, kemudian diterbitkan sebagai novel setelah penerimaan masyarakat yang mengembirakan. Kritikus sastra Indonesia, [[Bakri Siregar]] menyebutnya sebagai karya terbaik Hamka.
 
== Latar belakang ==
[[Hamka|Haji Abdul Malik Karim Amrullah]], lebih dikenal dengan singkatan Hamka, adalah muslimMuslim asal [[Minangkabau]] yang dibesarkan dalam kalangan keluarga yang taat beragama. Ia memandang tradisi yang ada dalam masyarakat di sekitarnya sebagai penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, [[Abdul Karim Amrullah]].{{sfn|Siregar|1964|p=60}}{{sfn|Teeuw|1980|p=104}} Setelah melakukan perjalanan ke [[Jawa]] dan [[Mekkah]] sejak berusia 16 tahun untuk menimba ilmu, ia mulai bekerja sebagai guru agama di [[Deli]], [[Sumatera Utara]] sekarang, lalu di [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]].{{sfn|Siregar|1964|p=61}} Dalam perjalanan ini, terutama saat di [[Timur Tengah]], Hamka banyak membaca karya dari ahli dan penulis Islam, termasuk karya penulis asal Mesir [[Mustafa Lutfi al-Manfaluti]]{{sfn|Jassin|1985|p=46}} hingga karya sastrawan Eropa yang telah diterjemahkan ke dalam [[bahasa Arab]].{{sfn|Jassin|1985|p=47}} Pada tahun 1935, Hamka meninggalkan Makassar untuk pergi ke [[Medan]], [[Sumatera Utara]]. Di Medan, Hamka menerima permintaan untuk menjadi pemimpin majalah Islam mingguan ''Pedoman Masjarakat'', dalam majalah tersebut untuk pertama kalinya nama pena Hamka diperkenalkan.{{sfn|Teeuw|1980|p=104}} Di Medan, Hamka juga menulis ''Van der Wijck''; karya yang diilhami sebagian dari tenggelamnya suatu kapal pada tahun 1936.{{sfn|Tempo 2008, Hamka Menggebrak Tradisi}}
 
== Plot ==
Baris 39:
 
== Tema ==
Seperti novel Hamka sebelumnya, ''[[Di Bawah Lindungan Ka'bah (novel)|Di Bawah Lindungan Ka'bah]]'', ''Van der Wijck'' ditulis untuk mengkritik beberapa tradisi dalam adat Minang yang berlaku saat itu, seperti perlakuan terhadap orang berketurunan blasteran dan peran perempuan dalam masyarakat; hal ini dimunculkan dengan usaha Hayati menjadi istri yang sempurna biarpun Aziz tidak menghargainya.{{sfn|Jassin|1985|p=63}}{{sfn|Mahayana|2007|p=169}} Hamka beranggapan bahwa beberapa tradisi adat tersebut tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun akal budi yang sehat.{{sfn|Jassin|1985|p=63}} Dalam karyanya yang lain, Hamka terus mengkritik adat.{{sfn|Jassin|1985|p=64}}
 
== Rilis dan penerimaan ==
''Van der Wijck'' pertama kali diterbitkan sebagai cerita bersambung dalam majalah Islam mingguan Hamka di [[Medan]], ''Pedoman Masjarakat'' di Medan pada tahun 1938.{{sfn|Mahayana|2007|p=168}} Menurut Yunan Nasution, yang bekerjasalah sebagaisatu karyawan majalah tersebut, ketika majalah itu dikirimkan ke [[Banda Aceh|Kutaraja]], [[Aceh]] (kini Banda Aceh), banyak pembaca sudahyang telah menunggu di stasiun kereta api agar bisa membaca bab berikutnya secepat mungkin. Hamka juga menerima surat dari beberapa pembaca, yang beranggapan bahwa novel itu mencerminkan kehidupan mereka. Namun, beberapa orang Muslim konservatif menolak ''Van der Wijck''; mereka menyatakan bahwa seorang [[ulama]] harusnya tidak mengarang cerita cintatentang percintaan.{{sfn|Tempo 2008, Hamka Menggebrak Tradisi}}
 
Setelah mendapat sambutan yang cukup hangat itu, Hamka memutuskan untuk menerbitkan ''Van der Wijck'' sebagai novel dengan usaha penerbitan milik temannya, M. Syarkawi; dengan menggunakan penerbit swasta diaHamka tidak dikenakan sensor seperti yang adaberlaku di [[Balai Pustaka]]. Cetakan kedua juga dengan penerbit Syarkawi. Lima cetakan berikutnya, mulai pada tahun 1951, dengan Balai Pustaka. Cetakan kedelapan, pada tahun 1961, diterbitkan oleh Penerbit Nusantara di [[Jakarta]]; cetakan setelah itu ditanganiditerbitkan oleh Bulan Bintang.{{sfn|Mahayana|2007|p=168}}{{sfn|Siregar|1964|p=123}} Novel Hamka ini juga pernah diterbitkan di [[Malaysia]] beberapa kali.{{sfn|Tempo 2008, Hamka Menggebrak Tradisi}}
 
Kritikus sastra Indonesia beraliran sosialis, [[Bakri Siregar]] menyebut ''Van der Wijck'' sebagai karya Hamka yang terbaik Hamka.{{sfn|Siregar|1964|p=61}} Kritikus lain, [[Maman S. Mahayana]], berpendapat bahwa novel ini mempunyai karakterisasi yang baik dan penuh ketegangan; diaMaman beranggapan bahwa ini mungkin karena novel ini awalnya diterbitkan sebagai serialcerita bersambug.{{sfn|Mahayana|2007|p=170}}
 
== Tuduhan plagiat ==