Suput, Haruai, Tabalong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
+foto |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 11:
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
Desa Suput adalah gabungan dari beberapa desa, yang dipimpin oleh seorang pambakal atau kepala desa, mata pencaharian penduduknya adalah Manurih (menyadap karet), Bahuma
(bertani), Manyadap (membuat gula aren) dan berdagang. Desa Suput terletak kurang lebih 6 Km dari pusat kecamatan Haruai dan kurang lebih 25 km dari pusat kabupaten di Tanjung Tabalong, dimana desa tersebut terbagi menjadi beberapa desa lagi yaitu :
· Desa Agung terletak di ujung Desa Suput berbatasan langsung dengan Desa Nawin perbatasannya yaitu Mungkur* Gabi dan jembatan dibawah Mungkur Agung. Desa ini terdiri dari 2 karyah, yaitu karyah Mesjid dan karyah Langgar atau Balai.
· Desa Suput, perbatasannya yaitu jembatan bawah Mungkur Agung dan karyah Langgar atau Balai Batu Ramai. Desa ini juga terdiri dari dua karyah, yaitu karyah Mesjid Suput dan karyah Balai Suput.
· Desa Halong, desa ini berada dipedalaman Desa Agung dan Desa Suput, yang mana letaknya persis dipinggir sungai tabalong. Desa ini adalah perkampungan lama, sebagian penduduknya sudah pindah ke Desa Agung dan Desa Suput karena seiring perubahan zaman. Bukti bahwa desa ini dalah perkampungan lama adalah banyaknya ditemukan bekas rumah dan kuburan lama, serta masih berdiri kokoh Masjid lama. Konon menurut cerita datu (orang tua nenek saya) yang diceritakan pada ibu saya, dulu ada seseorang pejuang yang dihukum mati pada dini hari oleh belanda didekat Mesjid tua tersebut, sebelum dihukum pejuang tersebut di seret tanpa pakaian dan ketika dieksekusi masih sempat berteriak “Allahuakbar…Allahuakbar..”, yang kedengaran seluruh kampung, tak ada yang berani keluar rumah.
· Desa Jungku atau Desa Batu Ramai, berbatasan dengan karyah Mesjid Suput dan Jembatan Bunuan atau Desa Mahe, yang mana dulunya desa ini terletak dipinggir Sungai Tabalong seperti Desa Halong, karena pada zaman dahulu hanya sungai sebagai sarana transportasi, hal tersebut diperkuat dengan pernyataan salah satu orang tua di kampung saya, “urang bahari ka Tanjung tu bakatinting ai !” (orang pada zaman dahulu kalau mau ke Tanjung pakai perahu), di dalam hutan kampung ini ada dua tempat yang bersejarah yaitu Gunung Tulang, dimana pada zaman dulu berserakan tulang manusia, tempat ini adalah dulunya persembunyian pejuang dan Kuburan Jaksa, yaitu kuburan raksasa Tujuh kilan dada, yaitu kuburan kuno orang pada zaman dulu. Desa ini terdiri dari 3 desa lagi yang mana tiap-tiap desa terdiri dari 3 karyah balai, desa tersebut ialah :
Ø Karyah Balai Guntung, berbatasan dengan karyah Mesjid Suput dan Karyah Balai Kubur.
Ø Karyah Balai Palingkungan atau Kubur, disebut Palingkungan karena di dekat balai ada tikungan atau menurut bahasa orang sana adalah palingkungan dan juga disebut Kubur karena dibelakang balai ada Kuburan. Desa ini berbatasan dengan karyah Balai Guntung dan karyah Balai Bunuan.
Ø Karyah Balai Bunuan, disebut Bunuan karena dikampung tersebut dahulu sering terjadi pembunuhan (Bunuan berasal dari kata bunuhan), kata salah satu penduduk disana, konon dibawah Jembatan Bunuan adalah tempat dari pembantaian di zaman PKI.
Nah, begitulah sekilas tentang keadaan desa yang menjadi tempat kelahiran saya, semoga tulisan ini bermanfaat bagi anda sekalian. (Arly)
{{Haruai, Tabalong}}
|