Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kocenghijau (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
== Pengembangan Geopark Pertama di Indonesia ==
Desa mekar jaya adalah desa yang indah dan damai penduduknya ramah dan sangat sopan.namun desa tersebut memiliki beberapa dusun salah satunya Dusun PAYAKASIH Yang di pimpin oleh ACAM kepala dusun di desa itu dan yag selalu mencoba untuk terus mengembangkan dusunya dusun tersebuta merupakan dusun penghasil Karet Dan Klapa sawit Dll.
jenis jenis Olah raga yang ada di dusun PAYAKASIH Bola Poli Sepak Takraw Bola Kaki Bulu Tangkis
Jenis Janis Hewan ternak yg di pelihara di Dusun tersebut Lembu Kambing Ayam Babi
 
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN GEOPARK DI INDONESIA
Konsep geopark di dunia pertama kali muncul di Eropa yang disampaikan pada pertemuan puncak UNCED ''(United Nation Conference on Environment and Development) Summit'' tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. UNCED menyetujui konsep geopark karena semangatnya selaras dengan Agenda 21 Konvensi Bumi, yaitu meningkatkan peran sains dalam pengambangan lingkungan untuk masyarakat. Tahap selanjutnya, konsep geopark diperkuat lagi pada ''‘World Summit on Sustainable Development'' tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak saat itu konsep geopark diadopsi UNESCO dan dijadikan sebagai metoda untuk mempromosikan peningkatan fungsi geosains dalam konservasi alam sekaligus memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi warisan geologi ke seluruh dunia.
Konferensi internasional Geopark yang pertama tahun 2004 diadakan di Beijing, China, kedua tahun 2006 di Belfast, Irlandia Utara, ketiga tahun 2008 diadakan di Osnaburk, Jerman, keempat tahun 2010 di Langkawi, Malaysia, dan terakhir atau kelima tahun 2012 dilaksanakan di Unzen, Jepang. Sampai saat ini jumlah Geopark yang telah masuk dalam GGN berjumlah 77 Geopark yang tersebar di 25 negara.
Berikut beberapa definisi tentang geopark: Ibrahim Komoo (1993) mendefinisikan, geopark merupakan konsep pengembangan kawasaan dimana beberapa geoheritage yang terletak berdekatan di wilayah yang telah dibangun dikelola dengan cara mengintegrasikan prinsif-prinsif konservasi dan rencana tata ruang eksisting pemerintah yang disusun atas masukan dan partisipasi masyarakat.
Berdasarkan situs www.geopark.org Geopark didefinisikan sebagai sebuah ‘scenic spot’ warisan geologi yang memiliki ciri geologi signifikan yang jarang dijumpai dengan nilai-nilai keindahan ornamen alam dalam skala dan distribusi tertentu, serta mengintegrasikan juga bentuk-bentuk pemandangan alam lainnya dan keberadaan budaya dalam keunikan wilayah.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dirumuskan: ‘Geopark merupakan suatu konsep manajemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan, yang memadu-serasikan tiga keragaman alam, yaitu keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity), dengan tujuan untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi) terhadap ketiga keragaman tersebut.
Pembahasan geopark di Indonesia secara umum dimulai tahun 2006 melalui tulisan Dr.Fauzie Hasibuan, M.Sc., pada majalah Mineral dan Energi dengan judul “Mungkinkah Indonesia turut menjadi anggota World Geopark’, kemudian Dr. Ir. Yunus Kusumahbrata, M.Sc., juga menulis tentang geopark setelah mengunjungi beberapa geopark yang telah masuk dalam GGN (Geopark Global Network). Selanjutnya secara bertahap telah dilakukan upaya sebagai berikut:
a. Pada PIT IAGI ke-36 di Bali, PP IAGI menunjuk salah satu anggota IAGI Pengda Nusa Tenggara, Heryadi Rachmat (NPA.0784) sebagai Ahli Kehormatan Bidang Geowisata yang bertugas sebagai anggota Dewan
sertifikasi untuk Geowisata.
b. Pada tahun 2008 di Jalan Diponegoro 57 Bandung, diadakan pertemuan yang dihadiri 12 pemerhati geowisata untuk membentuk MAPEGI (Masyarakat Pemerhati Geowisata) yang berada di bawah naungan PP IAGI. Pada
pertemuan tersebut terpilih Dr. Ir. Yunus Kusumahbrata, M.Sc. sebagai ketua, dan sekaligus ditetapkan G. Rinjani sebagai lokasi yang akan diusulkan menjadi geopark pertama ke UNESCO.
c. Pada tahun 2008 secara berurutan dilakukan kegiatan mulai dari koordinasi dengan IAGI Pengda Nusra untuk membiayai kegiatan survei lapangan, konsultasi dengan pemangku kepentingan, sampai acara Diskusi
Nasional Geopark pada 28 Oktober 2008 di Mataram Nusa Tenggara Barat.
d. Pada tahun 2009, konsep Pengembangan Geopark G. Rinjani dipresentasikan pada pertemuan GEOSEA di Kualalumpur oleh salah satu anggota IAGI Pengda Nusra (Heryadi Rachmat) bersama Ketua (Prof. Dr. Lambok
Hutasoit) dan Sekjen PP IAGI (Ir. H. Syaeful, M.Sc).
e. Pada Tahun 2010, LGPN LIPI berinisiatif mengadakan Worshop Geopark di Bandung yang diikuti oleh berbagai Departemen, Lembaga dan perguruan Tinggi terkait, dengan pembicara Ketua LGPN LIPI, Dr. Eko dari
UGM, Dr. Yunus Kusumahbrata dari Badan Geologi, dan Heryadi Rachmat dari IAGI Pengda Nusa Tenggara.
f. Pada Tahun 2011, atas kerjasama Kementrian ESDM, Parekraf, dan Diknas telah diselenggarakan Workshop Geopark Nasional yang diikuti oleh berbagai instasi terkait dan Pemda yang daerahnya akan diajukan
sebagai geopark ke UNESCO, yaitu G. Batur, Pacitan, G. Rinjani, Danau Toba, Merangin Jambi, dan Raja Ampat.
Dari sejumlah calon Geopark yang telah diproses dan dikirim dokumennya ke UNESCO adalah Geopark Batur dan Geopark Pacitan, sisanya masih dalam proses penyelesaian.
 
Demikian informasi singkat tentang Perkembangan Geopark di Indonesia
PENERBIT
Salah seorang penggagas Geopark pertama di Indonesia,
 
Heryadi Rachmat (Museum Geologi, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementrian ESDM)
Surya Budiawan Harahap