Suryadarma telah berpengalaman sejak Perang Dunia II. Ia merupakan satu dari enamempat puluh bumiputera yang diterima di Akademi Militer Belanda (KMA) di Breda, Belanda, sebelum PD II pada era Hindia Belanda. Ia diterima sebagai navigator tetapi Suryadarma konon berbakat sebagai penerbang namun tidak diizinkan karena ia pribumi. Suryadarma punya segudang pengalaman dengan terlibat dalam operasi-operasi udara AU Belanda, terutama ketika Belanda terdesak oleh invasi Jepang pada awal 1940-an. Ia terkenal akan keberaniannya sebagai navigator (sebagai letnan penerbang intai) dengan tiga pesawat pembom Glenn Martin B-10, yang mengebom armada Jepang di Tarakan tanpa disertai ''fighter escort'' pada tanggal 13 Februari 1942. Mereka berhasil mengebom kapal penjelajah (cruiser) Jepang, namun kemudian mereka diserang oleh pesawat-pesawat Zero, sehingga hanya bomber yang dipiloti Suryadarma yang berhasil kembali meskipun dalam keadaan rusak. Karena jasanya, Pemerintah Belanda menganugerahi ''Medals for Distinguished Service During Combat'' untu Jan Lukkien yang menjadi Komandan Skawadron sungguhpun sebetulnya peran Suryadarma sanga besar dalam mengambil keputusan bersama Kapten Lukkien, Maret 1942.