Albertus Soegijapranata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
mengurangi pranala merah
perbaiki
Baris 11:
| caption = Soegijapranata, pada tahun 1947
| church =
| archdiocese = [[Roman Catholic Archdiocese of Semarang|Semarang]]
| province = Semarang
| metropolis = Semarang
Baris 60:
| other =
}}
[[Mgr.]] '''Albertus Soegijapranata''', [[Society of JesusYesuit|SJ]] ([[EYD|Ejaan Yang Disempurnakan]]: '''Albertus Sugiyapranata''', juga dikenal dengan tulisan gaya [[bahasa Jawa|Jawa]] '''Albertus Sugiyopranoto'''; 25 November 1896 – 22 Juli 1963), lebih dikenal dengan nama lahir '''Soegija''', merupakan Vikar Apostolik [[Semarang]], lalu [[uskup agung]]. Dia merupakan [[uskup]] [[pribumi]] Indonesia pertama dan dikenang untuk pendiriannya yang pro-nasionalis, yang sering disebut "100% Katolik, 100% Indonesia".
 
Soegija dilahirkan di [[Surakarta]], [[Hindia Belanda]], oleh seorang ''abdi dalem'' dan istrinya. Keluarga Muslim itu lalu pindah ke kota [[Yogyakarta]] saat Soegija masih kecil, dan di kota itulah dia mulai pendidikannya. Karena diakui sebagai anak yang cerdas, pada tahun 1909 Soegija diminta oleh Pr. [[Frans van Lith]] untuk bergabung dengan Kolese Xaverius, suatu sekolah [[Yesuit]] di [[Muntilan]]. Di Xaverius Soegija menjadi tertarik dengan agama Katolik, dan dibaptis pada tanggal 24 Desember 1910; keputusan ini akhirnya direstui keluarga Soegija, yang juga bisa mendukung pilihannya untuk menjadi seorang romo. Setelah lulus dari Xaverius pada tahun 1915 dan menjadi seorang guru di sana selama satu tahun, Soegija menghabiskan dua tahun belajar di [[seminari]] di Muntilan sebelum berangkat ke [[Belanda]] pada tahun 1919. Dia menjadi novisiat dengan Serikat Yesus selama dua tahun di [[Grave]]; dia juga menyelesaikan yuniorat di Grave pada tahun. Setelah tiga tahun belajar filsafat di Kolese Berchmann di [[Oudenbosch]], dia dikirimkan kembali ke Muntilan sebagai guru; dia bekerja di sana selama dua tahun. Pada tahun 1928 di kembali ke Belanda untuk belajar teologi di [[Maastricht]]; di Maastricht dia [[penahbisan|ditahbiskan]] oleh Uskup [[Roermond]], Laurentius Schrijnen, pada tanggal 15 Agustus 1931. Setelah ini Soegija menambahkan kata "pranata" di belakang namanya. Pada tahun 1933 Soegijapranata dikirim kembali ke Hindia Belanda untuk menjadi pastor.