Gili lampu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 10:
==Perkembangan Fungsi==
Sekitar tahun 1970-80an, Gili atau Pulau Lampu hanya
Tetapi memasuki pertengahan tahun 1980-an, proyeksi pemanfaatan Pulau Lampu mengalami perkembangan. Tidak hanya sebatas aktivitas nelayan dan budidaya perikanan, tetapi lebih didorong ke arah pembangunan kepariwisataan. Masyarakat sekitarnya terutama dari Dusun Transad yang pada dasarnya tidak memiliki background nelayan mulai tertarik melakukan pengembangan, antara lain dengan membersihkan dan menata pantainya sedemikian rupa. Beberapa fasilitas meskipun bersifat alakadar (minimalis) disediakan, seperti tempat pedagang makanan dan minuman ringan, membuat sumur pembilasan, tempat ganti pakaian, dan toilet umum.
Dalam promosinya yang disebutkan memang "Pulau Lampu", tetapi sebenarnya yang lebih dominan adalah wisata pantainya. Memasuki tahun 1990-an selain menyediakan penginapan berupa bungalow-bungalow, kelompok pengelola setempat yang dimotori Mas Yanto dkk terus melakukan pembenahan, misalnya dengan menyediakan paket penyeberangan ke Gili yang pada waktu bekerjasama dengan agen tour ternama seperti "Perama".
==Wisatawan Yang Berkunjung==
Pada awalnya wisatawan yang datang sebatas masyarakat setempat, seperti dari dusun tetangga se-Desa Sambelia atau dari desa lain se-Kecamatan Sambelia. Inipun hanya pada waktu tertentu misalnya ketika piknik sehabis kenaikan sekolah, Lebaran Idul Fitri, Idul Adha, atau liburan tahun baru. Tetapi lambat laun pengunjung dari luar juga mulai berbondong-bondong, seperti dari Kecamatan Pringgabaya, Aikmel, Masbagik, Selong, dll. Bahkan seiring waktu dan digencarkannya promosi oleh tokoh pemuda bersama pemerintah setempat dan pihak swasta, alhasil jumlah kunjungan wisata ke Pulau Lampu meningkat dengan pesat.
==Daya Tarik Kepariwisataan==
Saat ini obyek wisata Pulau Lampu sudah cukup terkenal, khususnya sebagai salah satu destinasi wisata pantai di Pulau Lombok. Bagi wisatawan lokal, kebanyakan berkunjung kesana mungkin karena tertarik dengan nama "Pulau Lampu". Selain itu mereka juga bisa mandi dan berenang di pantainya. Sedangkan bagi wisatawan luar daerah atau mancanegara, yang menjadi magnet sebenarnya bukan sekedar nama itu, tetapi karena di Pulau Lampu mereka bisa melihat "sun rise". Jadi seperti di Pulau Bali ada Sanur untuk melihat sun rise dan Kuta untuk menikmati sun set, maka Pulau Lombok mempunyai Pulau Lampu untuk melihat sun rise dan Senggigi untuk menikmati sun set. Barangkali gambarannya seperti itu.
Nah, keberhasilan Masyarakat di Sambelia terutama para pemuda di Dusun Transad ini patut mendapatkan apresiasi. Sebuah karya anak bangsa, dan sudah sepantasnya para pihak terkait turut mendukung pengembangan wisata di Provinsi NTB, serta untuk peningkatan manfaat seluasnya bagi masyarakat sekitar, mulai saat ini hingga masa-masa selanjutnya (WG).
==Lihat pula==
|