John H. McGlynn: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
WL24yanti (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
WL24yanti (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 41:
{{cite web |url= http://wordswithoutborders.org/contributor/john-h.-mcglynn |title= John H. McGlynn, Contributors:Translator |first= |last= |author= |authorlink= |coauthors= |date= |month= |year= |work= |publisher=Words Without Borders |location= |page= |pages= |at= |language=Inggris |trans_title= |format= |arxiv= |asin= |bibcode= |doi= |doibroken= |isbn= |issn= |jfm= |jstor= |lccn= |mr= |oclc= |ol= |osti= |pmc = |pmid= |rfc= |ssrn= |zbl= |id= |archiveurl= |archivedate= |deadurl= |accessdate=19 Juni 2012 |quote= |ref= |separator= |postscript=}}</ref> Ia menggunakan nama samaran Willem Samuels. <ref name="Words"/>
 
John dilahirkan pada tahun 1952 dari keluarga besar petani yang erat <ref name="JPost">{{cite news |title=McGlynn has no regrets in life |first=Tantri | last=Yuliandini | newspaperwork=The Jakarta Post | date= Oct 28, 2002 |page = 20 | accessdate= |languange=Inggris}}</ref> di Cazenovia, Milwaukee, USA <ref name="Dewi">{{cite news | title=John H. McGlynn : Melontar Budaya Indonesia ke Mancanegara | first=Ign. | last=Haryanto | url= | newspaperwork=Majalah Dewi | date=Desember 1994|pages= 158-160| accessdate=}}</ref>, kota kecil berpenduduk 300 orang, sebagai anak keenam dari sepuluh bersaudara <ref name="JJ">{{cite news | title=John Hubert McGlynn : Wayang | first= | last= | url= | newspaperwork=Jakarta Jakarta | date=19 Maret 1989|pages= | accessdate=}}</ref>. Cita-cita masa kecilnya bervariasi, mulai dari menjadi petugas pemadam kebakaran sampai menjadi arsitek bahkan menjadi dalang. <ref name="JPost2">{{cite news | title=John McGlynn: Taking literature far and beyond | first= Stevie| last= Emilia | url=http://www.thejakartapost.com/news/2008/04/21/john-mcglynn-taking-literature-far-and-beyond.html | newspaperwork=The Jakarta Post |date=22 April 2008|page= 24 |accessdate=19 Juni 2012|language=Inggris}}</ref>. Orangtuanya sangat menghargai pendidikan dan menginginkan anak-anak mereka mendapat pendidikan yang baik.<ref name="JPost"/>
 
Awal mula ketertarikannya terhadap seni dan budaya Indonesia adalah melalui wayang kulit yang diperkenalkan oleh seorang guru desainnya ketika ia menuntut ilmu di Universitas Wisconsin, Madison, Amerika Serikat (jurusan seni) pada awal tahun 1970-an.<ref name="FarEast">
{{cite news |title=Keeping Their Words : Translator gathers and preserves a young nation’s cultural heritage |author= |first=Vaudine |last=England |url= |newspaperwork=The Far Eastern Economic Review |publisher= |date= May 30, 1996|page=62|pages= |at= |accessdate= |language=Inggris}}</ref>
Pada saat itu ia mencoba merancang wayang kulit ala negara asalnya, dengan mengambil tokoh-tokoh dari Kitab Suci dan dari dongeng Barat. Tetapi bagaimana cara memainkan wayang kulit tersebut merupakan misteri baginya. <ref name="Dewi"/> Setelah pertemuannya dengan seorang dalang yang mengajar di Seattle, ia memutuskan untuk mengunjungi Indonesia, negara asal wayang kulit tersebut. <ref name="Dewi"/>
 
Untuk mengerti lebih jauh mengenai wayang <ref name="FarEast"/>
dan mempersiapkan diri untuk kunjungannya ke Indonesia, ia mulai belajar bahasa Indonesia dengan mengambil Studi Asia Tenggara di universitasnya <ref name="JGlobe">
{{cite news |title=Lontar's John McGlynn Translates a Love of Literature |author= |first= Katrin|last=Figge |url=http://www.thejakartaglobe.com/home/lontars-john-mcglynn-translates-a-love-of-literature/359650 |newspaperwork=The Jakarta Globe |publisher= |location= |isbn= |issn= |oclc= |pmid= |pmd= |bibcode= |doi= |id= |date= |page= |pages= |at= |accessdate=19 Juni 2012 |language=Inggris }}</ref>
pada tahun 1973.<ref name="JPost"/>
Dari salah seorang pengajarnya, Tunggul Siagian, ia mulai mengenal kesusastraan Indonesia. <ref name="JPost"/> Setelah lulus pada tahun 1976, ia mendapatkan beasiswa dari U.S. Department of Education dan berangkat ke Malang, Jawa Timur dan tinggal di sana selama tiga bulan, <ref name="Kayon">{{cite news |title=Translating Indonesia's Soul|first= |last= |url= |newspaperwork=The Kayon:The American Women's Association of Indonesia |date=Holiday 2011 |accessdate= | pages=28–29}}</ref> lalu pindah ke Jakarta untuk belajar Bahasa dan Sastra Indonesia pada Universitas Indonesia.<ref name="JPost"/> Pada tahun 1979 ia kembali ke Amerika <ref name="Dewi"/> untuk menyelesaikan gelar Master di bidang Sastra Indonesia pada Universitas Michigan, Ann Arbor<ref name="Kayon"/> dan kembali lagi ke Indonesia pada tahun 1981.<ref name="Dewi"/>
 
Melalui keterlibatannya dengan sastra dan aktivitasnya menonton pertunjukan budaya di Taman Ismail Marzuki <ref name="JGlobe"/> , ia mulai bergaul dengan para penulis dan seniman Indonesia seperti penyair Sapardi Djoko Damono dan penulis Goenawan Mohamad. <ref name="JPost"/>
Baris 61:
 
Sapardi Djoko Damono, salah satu pendiri Lontar dan penyair ternama Indonesia, menyatakan bahwa terjemahan bukunya, “Before Dawn” yang berisi karya puisinya dalam periode tahun 1961-2001 (40 tahun) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh McGlynn, adalah buku terjemahan terbaik yang pernah ia ketahui. Sapardi mengakui bahwa puisi-puisinya diterjemahkan hampir tanpa mengalami perubahan makna. <ref name="Tempo">
{{cite news |title=Menafsir Sapardi |author= |first= Indra|last=Darmawan |url= |newspaperwork=Tempo |publisher= |location= |isbn= |issn= |oclc= |pmid= |pmd= |bibcode= |doi= |id= |date=7 Agustus 2005 |page= |pages= |at= |accessdate= |language= }}</ref>
 
Goenawan Mohamad, salah satu pendiri Lontar, penyair dan esais ternama, mengakui karya McGlynn sebagai hasil karya cinta, bahwa McGlynn sangat fokus pada cita-cita mereka untuk memperkenalkan sastra Indonesia kepada dunia. <ref name="FarEast"/>
 
Selain sebagai Ketua Lontar<ref name="Kompas">
{{cite news |title=Karya Sastra Sulit Tembus Luar Negeri |author= |first= |last= |url= |newspaperwork=Kompas |publisher= |location= |isbn= |issn= |oclc= |pmid= |pmd= |bibcode= |doi= |id= |date=8 Desember 2011 |page=12 |pages= |at= |accessdate= |language= }}</ref>, ia juga menjadi editor Indonesia untuk Manoa, jurnal kesusastraan dari University of Hawai , sekaligus menjadi editor tamu Words Without Borders.<ref name="Words"/> Ia adalah anggota Komisi Internasional dari IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), PEN International-New York, dan The Association of Asian Studies. <ref name="Words"/>
 
==References==