Sambelia, Sambelia, Lombok Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Agak sulit menemukan nenek moyang atau siapa sebenarnya penduduk asli Sambelia. Kalaupun hendak ditelusuri, kemungkinan yang didapat juga mereka yang termasuk pendatang dari wilayah sekitar atau luar daerah. Ambil contoh penduduk Dusun Gubuk Daya dan Gubuk Lauk yang tinggal di pusat Desa Sambelia atau Dusun Dasan Bagik, cikal bakalnya kebanyakan dari Pringgabaya dan Apitaik, sebagian kecil dari Mamben, Aikmel, Masbagik dan sekitarnya, termasuk dari Bayan [[Lombok Utara]] juga ada. Penduduk Dusun Senanggalih, kebanyakan dari wilayah [[Sakra]], dan sebagian kecil dari sekitar Lombok Tengah. Kemudian Dusun Labuan Pandan, selain dihuni oleh para pendatang dari wilayah sekitar, disana juga diketahui ada kelompok masyarakat Bugis [[Makasar]] yang sudah tinggal lebih awal, dan kebanyakan berprofesi nelayan.
Di era tahun 1960-1970an, komposisi pendatang di Sambelia terus bertambah. Tercatat dari kelompok Transmigrasi Angkatan Darat (Transad) di dekat perbatasan bagian selatan atau pintu masuk wilayah kecamatan, program pemerintah untuk distribusi Guru Sekolah Dasar, polisi, pertanian, kehutanan, perkebunan, perpajakan, dsb. Mereka umumnya tinggal dan menjadi penduduk tetap di Sambelia.
Pada awal tahun 1980-an, rombongan Guru SLTP juga berdatangan. Disamping itu tentu melalui dunia bisnis transportasi dan perdagangan. Perkembangan pasar terbukti telah menarik minat pendatang baru seperti dari Apitaik, Masbagik, dan sekitarnya untuk berdagang dan berusaha. Kondisi penduduk di desa-desa sekitarsekitarnya juga hampir samamirip, sebut saja seperti Obel-Obel dan Belanting, yang kebanyakan penduduknya juga berasal dari seputar wilayah Bayan, Apitaik, Mamben, Pringgasela dan sekitarnya. UntukSebenarnya untuk mengetahui dari daerah mana asalmereka penduduknya ituberasal sangatlah mudah, terutama yaitu dari dialek bahasa yang digunakannya sehari-hari (WG).