Islam di Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Sumatra Barat +Sumatera Barat)
Rahman Priadi (bicara | kontrib)
Wikilink, article is on its way
Baris 12:
Sejak [[abad ke-16]], agama Islam telah dianut oleh seluruh masyarakat [[Minangkabau]] baik yang menetap di Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat. Jika ada masyarakatnya keluar dari agama Islam atau [[murtad]], secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat Minangkabau. Namun hingga akhir abad ke-17, sebagian dari mereka terutama yang ada di lingkungan kerajaan, belum sepenuhnya menjalankan [[syariat Islam]] dengan sempurna dan bahkan masih melakukan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Mengetahui hal tersebut, [[ulama|ulama-ulama]] Minangkabau yang saat itu disebut [[Kaum Padri]] dalam suatu perundingan mengajak masyarakat di sekitar kerajaan Pagaruyung terutama [[Raja Pagaruyung]] untuk kembali ke ajaran Islam. Namun perundingan tersebut pada tahun [[1803]] berujung kepada konflik yang dikenal sebagai [[Perang Padri]].
 
Perang Padri melibatkan sesama masyarakat Minang, yaitu antara [[Kaum Padri]] dan [[Kaum Adat]]. Setelah 20 tahun konflik belangsung, pada tahun [[1833]] terjadi penyesalan di Kaum Adat<ref>{{cite journal|last=Abdullah|first=Taufik|journal=|title=Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau|volume=2|issue=2|year=1966|pages=1–24|doi=10.2307/3350753|ref=Abdullah}}</ref> karena telah mengundang [[Belanda]] 12 tahun sebelumnya,<ref name="Rusli Amran">Amran,{{cite book|first=Rusli|last=Amran|authorlink=Rusli (Amran|year=1981). ''|title=Sumatera Barat Hinggahingga Plakat Panjang''. |publisher=Penerbit Sinar Harapan.}}</ref> yang selain mengakibatkan kerugian harta dan mengorbankan jiwa raga, juga meruntuhkan kekuasaan Pagaruyung. Saat itu, Kaum Padri yang dipimpin oleh [[Tuanku Imam Bonjol]] mulai merangkul Kaum Adat, dan terjadilah suatu kesepakatan di antara kedua pihak untuk bersatu melawan Belanda. Tidak hanya itu, Kaum Adat dan Kaum Padri juga mewujudkan konsesus bersama, yaitu "''Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah''" (Adat berlandaskan ajaran Islam, ajaran Islam berlandaskan [[Al-Qur'an]]).<ref>{{cite book|last=Jones|first=Gavin W.|last2=Chee|first2=Heng Leng|last3=Mohamad|first3=Maznah|year=2009|title=Muslim-Non-Muslim Marriage: Political and Cultural Contestations in Southeast Asia|chapter=Not Muslim, Not Minangkabau, Interreligious Marriage and its Culture Impact in Minangkabau Society by Mina Elvira|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|pages=51|ISBN=978-981-230-874-0|ref=Jones}}</ref>
 
== Demografi ==