Sentimen anti-Malaysia di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Ariyanto (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 175.136.215.205) dan mengembalikan revisi 4941747 oleh Albertus Aditya
Baris 17:
 
=== Latar belakang ===
Semenjak kebijakan pemerintahan [[Soeharto]] membantu Malaysia maka terjadi gelombang besar pengiriman orang Indonesia ke Malaysia guna membantu meningkatkan [[populasi]] warga [[Melayu]] yang di mulai sekitar tahun 1980-an yang kemudian pada tahun 2007 berubah menjadi 90% dari seluruh pekerja asing di negara tersebut, <ref> Claudia Theophilus. [http://english.aljazeera.net/news/asia-pacific/2007/10/200852519134853688.html Maids in a Malaysian dilemma.] Al Jazeera Daring. Edisi 11-10-2007.</ref> atau mencapai 1,5 juta orang,<ref name="karate">[http://news.asiaone.com/News/AsiaOne+News/Asia/Story/A1Story20070830-23577.html Hundreds in anti-M'sia protests in Indonesia]. Asiaone.com</ref> timbul pandangan di kalangan generasi baru Malaysia yang merendahkan orang Indonesia.<ref name="BI">[http://www.beritaindonesia.co.id/cms/component/content/article/228.html Antara Indon dan Malingsia]. Berita Indonesia daring. Edisi 26 Oktober 2007. </ref> Salah satu penyebabnya adalah berbagai pemberitaan pers Malaysia dan pembiaran pemerintah Malaysia yang secara terbuka menyebutkan orang Indonesia sebagai "[[indon]]" sebagai pelaku berbagai tindakan kriminal. Akibatnya, tumbuh konotasi negatif atas penggunaan kata tersebut, yang dianggap sebagai penghinaan.<ref name="BI"/> Di Malaysia kemudian tumbuh anggapan stereotipik bahwa orang Indonesia adalah sumber keonaran dan perilaku "kurang beradab", yang kemudian terekspresi dalam perlakuan orang Malaysia terhadap orang Indonesia. Masalah ini juga terkait dengan banyaknya [[pekerja ilegal]] dari Indonesia yang dipakai sebagai pekerja kasar di [[pabrik]]-pabrik dan berbagai [[perkebunan]].Indon banyak menjadi perampok,perogol,penculik anak kecil dijadikan pelacur di lombok,pecah rumah,penyeludup kretek,dadah dan membunuh polisi negara malaysia.
 
Keadaan tidak membaik dengan keluarnya keputusan [[Mahkamah Internasional]] yang memberikan kedaulatan atas [[Pulau Sipadan]] dan [[Pulau Ligitan]] kepada [[Malaysia]] pada tanggal 17 Desember 2002. Hal ini menimbulkan kekecewaan di pihak Indonesia, <ref name="Harvard">Schofield C dan Dr Ian Storey I. 2005. [http://www.asiaquarterly.com/content/view/160/1/ Energy Security and Southeast Asia: The Impact on Maritime Boundary and Territorial Disputes] Harvard Asia Quarterly Vol. IX, No. 4. Fall 2005.</ref> bahkan dinyatakan oleh beberapa anggota [[DPR]]. Rasa ketidaksukaan ini kemudian meningkat pesat setelah terjadi rentetan peristiwa yang dipandang Indonesia sebagai tindakan arogan sepihak oleh Malaysia, seperti kasus perselisihan di blok [[Ambalat]] yang memaksa Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] meminta [[TNI]] untuk "menjaga kedaulatan wilayah Indonesia" (2005),<ref name="Harvard">Eliswan Azly. [http://www.antara.co.id/en/arc/2008/10/24/malaysian-territorial-violations-in-ambalat-draw-strong-criticism/ Malaysian territorial violations in Ambalat draw strong criticism] Antara daring. Edisi 24-10-2008.</ref> penggunaan lagu "Rasa Sayange" pada kampanye promosi pariwisata Malaysia (2007), pemukulan atlet karate Indonesia oleh petugas keamanan Malaysia (Agustus 2007),<ref name="karate"/> dan klaim [[reog Ponorogo]] (disebut sebagai "barongan") sebagai kesenian asli Malaysia (2008).