Orang Minangkabau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) k ←Suntingan Jayrangkoto (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Rahmatdenas |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 40:
|region12 = {{nbsp|7}}[[Negeri Sembilan]]
|pop12 = '''548.000'''
|ref12 = <ref>{{cite web|url=http://www.statistics.gov.my/ccount12/click.php?id=2127|title=Laporan Kiraan Permulaan 2010|publisher=Jabatan Perangkaan Malaysia|
|langs=[[Bahasa Minang]], [[Bahasa Indonesia]], dan [[Bahasa Melayu]]
|rels=[[Islam]]
Baris 47:
'''Minangkabau''' atau yang biasa disingkat '''Minang''' adalah [[kelompok etnis]] [[Nusantara]] yang [[bahasa Minang|berbahasa]] dan menjunjung [[adat Minangkabau]]. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi [[Sumatera Barat]], separuh daratan [[Riau]], bagian utara [[Bengkulu]], bagian barat [[Jambi]], pantai barat [[Sumatera Utara]], barat daya [[Aceh]], dan juga [[Negeri Sembilan]] di [[Malaysia]].<ref name="De Jong">{{cite book|last=De Jong|first=P.E de Josselin|authorlink=|coauthors=|title=Minangkabau and Negeri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia|publisher=Bhartara|year=1960|location=Jakarta|url=|doi=|isbn=}}</ref> Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu [[kota Padang]]. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan ''urang awak'', yang bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.<ref>{{cite book|last=Kingsbury|first=D.|last2=Aveling|first2=H.|year=2003|title=Autonomy and Disintegration in Indonesia|publisher=Routledge|ISBN=0-415-29737-0|ref=Kingsbury}}</ref>
Menurut [[A.A. Navis]], Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun [[Melayu]] yang tumbuh dan besar karena sistem monarki,<ref name="Navis-1">{{cite book|last=Navis|first=A.A.|authorlink=A.A. Navis|year=1984|title=Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau|publisher=Grafiti Pers|location=Jakarta}}</ref> serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau [[matrilineal]],<ref name="Datuk">{{cite book|last=Batuah|first=A. Dt.|last2=Madjoindo|first2=A. Dt.|year=1959|title=Tambo Minangkabau dan Adatnya|publisher=Balai Pustaka|location=Jakarta}}</ref> walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama [[Islam]], sedangkan [[Thomas Stamford Raffles]], setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukan [[Kerajaan Pagaruyung]], menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal [[bangsa Melayu]], yang kemudian penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur.<ref name="MalayIdentity2001">{{cite journal|last=Reid|first=Anthony|journal=Journal of Southeast Asian Studies|title=Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities|volume=32|issue=3|year=2001|pages=295–313|url=|doi=10.1017/S0022463401000157}}</ref>
Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia.<ref>{{cite book|last=Evers|first=Hans Dieter|last2=Korff|first2=Rüdiger|year=2000|title=Southeast Asian Urbanism|publisher=Ed.2nd|location=LIT Verlag Münster|pages=188|ISBN=3-8258-4021-2|ref=Evers}}</ref><ref>{{cite book|last=Ong|first=Aihwa|last2=Peletz|first2=Michael G.|year=1995|title=Bewitching Women, Pious Men: Gender and Body Politics in Southeast Asia|publisher=University of California Press|pages=51|ISBN=0-520-08861-1|ref=Ong}}</ref> Selain itu, etnis ini juga telah menerapkan sistem proto-[[demokrasi]] sejak masa pra-[[Hindu]] dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan ''Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah'' (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan [[Al-Qur'an]]) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.<ref>{{cite book|last=Jones|first=Gavin W.|last2=Chee|first2=Heng Leng|last3=Mohamad|first3=Maznah|year=2009|title=Muslim-Non-Muslim Marriage: Political and Cultural Contestations in Southeast Asia|chapter=Not Muslim, Not Minangkabau, Interreligious Marriage and its Culture Impact in Minangkabau Society by Mina Elvira|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|pages=51|ISBN=978-981-230-874-0|ref=Jones}}</ref>
Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua [[Kerajaan Melayu]] dan [[Sriwijaya]] yang gemar berdagang dan dinamis.<ref name="Graves_p1">{{cite book|last=Graves|first=Elizabeth E.|title=The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule Nineteenth Century|publisher=Cornell Modern Indonesia Project #60|year=1981|location=Itacha, New York|url=|doi=|isbn=|page=1}}</ref> Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti [[Jakarta]], [[Bandung]], [[Pekanbaru]], [[Medan]], [[Batam]], [[Palembang]], dan [[Surabaya]]. Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang banyak terdapat di [[Kuala Lumpur]], [[Seremban]], [[Singapura]], [[Jeddah]], [[Sydney]],<ref>
Masyarakat Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan [[masakan Padang]], dan sangat digemari di [[Indonesia]] bahkan sampai mancanegara.<ref>{{cite book|last=Ramli|first=Andriati|year=2008|title=Masakan Padang: Populer & Lezat|publisher=Niaga Swadaya|ISBN=978-979-1477-09-3|ref=Ramli}}</ref>
Baris 59:
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, ''minang'' dan ''kabau''. Nama itu dikaitkan dengan suatu [[legenda]] khas Minang yang dikenal di dalam [[Tambo Minangkabau|tambo]]. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai [[Majapahit]]) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama ''Minangkabau'',<ref name="Djamaris">{{cite book|last=Djamaris|first=Edwar|year=1991|title=Tambo Minangkabau|publisher=Balai Pustaka|location=Jakarta|pages=220-221|ISBN=978-979-1477-09-3}}</ref> yang berasal dari ucapan "''Manang kabau''" (artinya menang kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'' dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama ''Periaman'' ([[Pariaman]]) menggunakan nama tersebut.<ref>{{cite book|last=Hill|first=A.H.|year=1960|title=Hikayat Raja-raja Pasai|publisher=Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland|location=London|ref=Pasai}}</ref> Selanjutnya penggunaan nama ''Minangkabau'' juga digunakan untuk menyebut sebuah [[nagari]], yaitu Nagari [[Minangkabau, Sungayang, Tanah Datar|Minangkabau]], yang terletak di kecamatan [[Sungayang, Tanah Datar|Sungayang]], kabupaten [[Tanah Datar]], provinsi [[Sumatera Barat]].
Dalam catatan sejarah kerajaan [[Majapahit]], [[Nagarakretagama]]<ref>{{cite book|last=Brandes|first=J.L.A.|year=1902|title=Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op Koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, Naar Het Eenige Daarvan Bekende Handschrift, Aangetroffen in de Puri te Tjakranagara op Lombok|ref=Brandes}}</ref> bertarikh 1365, juga telah menyebutkan nama '''Minangkabwa''' sebagai salah satu dari negeri [[Melayu]] yang ditaklukannya. Di sisi lain, nama "Minang" ([[kerajaan Minanga]]) itu sendiri juga telah disebutkan dalam [[Prasasti Kedukan Bukit]] tahun
[[Berkas:Flag of Minang.svg|thumb|Bendera atau ''marawa'' yang digunakan suku-suku Minangkabau.]]
Baris 68:
Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat ''Deutro Melayu'' (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau [[Sumatera]] sekitar 2.500–2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran [[sungai Kampar]] sampai ke dataran tinggi yang disebut ''darek'' dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau.<ref>Graves (1981). hlm. 4.</ref> Beberapa kawasan ''darek'' ini kemudian membentuk semacam [[konfederasi]] yang dikenal dengan nama ''[[luhak]]'', yang selanjutnya disebut juga dengan nama ''Luhak Nan Tigo'', yang terdiri dari ''[[Luhak Limo Puluah]]'', ''[[Luhak Agam]]'', dan ''[[Luhak Tanah Data]]''.<ref name="Datuk"/> Pada masa pemerintahan [[Hindia-Belanda]], kawasan ''luhak'' tersebut menjadi daerah teritorial pemerintahan yang disebut ''[[afdeling]]'', dikepalai oleh seorang residen yang oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan nama ''Tuan Luhak''.<ref name="Navis-1"/>
Sementara seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk, masyarakat Minangkabau menyebar ke kawasan darek yang lain serta membentuk beberapa kawasan tertentu menjadi kawasan ''[[rantau]]''. Konsep
Pada awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad ke-19, penyebutan Minang dan [[Melayu]] mulai dibedakan melihat budaya [[matrilineal]] yang tetap bertahan berbanding [[patrilineal]] yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya.<ref>{{cite book|last=Andaya|first=L.Y.|year=2008|title=Leaves of the Same Tree: Trade and Ethnicity in the Straits of Melaka|publisher=University of Hawaii Press|ISBN=0-8248-3189-6|ref=Andaya}}</ref> Kemudian pengelompokan ini terus berlangsung demi kepentingan [[sensus]] penduduk maupun [[politik]].
Baris 75:
== Agama ==
Masyarakat Minang saat ini merupakan pemeluk agama [[Islam]], jika ada masyarakatnya keluar dari agama islam (''murtad''), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang sepanjang [[adat]]". Agama Islam diperkirakan masuk melalui kawasan pesisir timur, walaupun ada anggapan dari pesisir barat, terutama pada kawasan [[Pariaman]], namun kawasan ''Arcat'' (Aru dan Rokan) serta Inderagiri yang berada pada pesisir timur juga telah menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau, dan [[Sungai Kampar]] maupun [[Batang Kuantan]] berhulu pada kawasan pedalaman Minangkabau. Sebagaimana pepatah yang ada di masyarakat, ''Adat manurun,
Sebelum [[Islam]] diterima secara luas, masyarakat ini dari beberapa bukti arkeologis menunjukan pernah memeluk agama [[Buddha]] terutama pada masa kerajaan [[Sriwijaya]], [[Dharmasraya]], sampai pada masa-masa pemerintahan [[Adityawarman]] dan anaknya [[Ananggawarman]]. Kemudian perubahan struktur kerajaan dengan munculnya [[Kerajaan Pagaruyung]] yang telah mengadopsi [[Islam]] dalam sistem pemerintahannya, walau sampai abad ke-16, ''[[Suma Oriental]]'' masih menyebutkan dari
Kedatangan ''Haji Miskin'', ''Haji Sumanik'' dan ''Haji Piobang'' dari [[Mekkah]] sekitar tahun 1803,<ref>{{cite book|last=Azra|first=Azyumardi|authorlink=Azyumardi Azra|year=2004|title=The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern "Ulamā" in the Seventeenth and Eighteenth Centuries|publisher=University of Hawaii Press|ISBN=0-8248-2848-8|ref=Azra}}</ref> memainkan peranan penting dalam penegakan [[hukum]] Islam di pedalaman Minangkabau. Walau di saat bersamaan muncul tantangan dari masyarakat setempat yang masih terbiasa dalam tradisi adat, dan puncak dari konflik ini muncul [[Perang Padri]] sebelum akhirnya muncul kesadaran bersama bahwa ''Adat
[[Berkas:Randai Padang Panjang.jpg|thumb|[[Randai]], sebuah pertunjukan kesenian yang dimainkan secara berkelompok.]]
Baris 95:
Kaum perempuan di Minangkabau memiliki kedudukan yang istimewa sehingga dijuluki dengan ''[[Bundo Kanduang]]'', memainkan peranan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan keputusan-keputusan yang dibuat oleh kaum lelaki dalam posisi mereka sebagai ''mamak'' (paman atau saudara dari pihak ibu), dan [[penghulu]] (kepala suku). Pengaruh yang besar tersebut menjadikan perempuan Minang disimbolkan sebagai ''Limpapeh Rumah Nan Gadang'' (pilar utama rumah).<ref>{{cite book|last=Koning|first=Juliette|title=Women and Households in Indonesia: Cultural Notions and Social Practices|publisher=Routledge|year=2000|ISBN=0-7007-1156-2|ref=Westenenk}}</ref> Walau kekuasaan sangat dipengaruhi oleh penguasaan terhadap aset ekonomi namun kaum lelaki dari keluarga pihak perempuan tersebut masih tetap memegang otoritas atau memiliki legitimasi kekuasaan pada komunitasnya.
Matrilineal tetap dipertahankan masyarakat Minangkabau sampai sekarang walau hanya diajarkan secara turun temurun dan tidak ada [[sanksi]] adat yang diberikan kepada yang tidak menjalankan sistem kekerabatan tersebut. Pada setiap individu Minang misalnya, memiliki kecenderungan untuk menyerahkan harta pusaka—yang seharusnya dibagi kepada setiap anak menurut hukum faraidh dalam [[Islam]]—hanya kepada anak perempuannya. Anak perempuan itu nanti menyerahkan pula kepada anak perempuannya pula
=== Bahasa ===
Baris 101:
{{utama|Bahasa Minangkabau}}
Bahasa Minangkabau
Pengaruh bahasa lain yang diserap ke dalam [[Bahasa Minang]] umumnya dari [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]], [[Bahasa Arab|Arab]], [[Bahasa Tamil|Tamil]], dan [[Bahasa Persia|Persia]]. Kemudian kosakata Sanskerta dan Tamil yang dijumpai pada beberapa [[prasasti]] di Minangkabau telah ditulis menggunakan bermacam aksara di antaranya [[Aksara Dewanagari|Dewanagari]], [[Aksara Pallawa|Pallawa]], dan [[Aksara Kawi|Kawi]]. Menguatnya [[Islam]] yang diterima secara luas juga mendorong masyarakatnya menggunakan [[Abjad Jawi]] dalam penulisan sebelum berganti dengan [[Alfabet Latin]].
Baris 116:
''[[Silek]]'' atau [[Silat Minangkabau]] merupakan suatu seni bela diri tradisional khas suku ini yang sudah berkembang sejak lama. Selain itu, adapula tarian yang bercampur dengan ''silek'' yang disebut dengan ''[[randai]]''. Randai biasa diiringi dengan nyanyian atau disebut juga dengan ''[[sijobang]]'',<ref>{{cite book|title=Sijobang: Sung Narrative Poetry of West Sumatra|last=Phillips|first=Nigel|year=1981|publisher=Cambridge University Press|ISBN=978-0-521-23737-6|ref=Phillips}}</ref> dalam randai ini juga terdapat seni peran (''acting'') berdasarkan [[skenario]].<ref>{{cite book|title=Theater and Martial Arts in West Sumatra: Randai and Silek of the Minangkabau|last=Pauka|first=K.|year=1998|publisher=Ohio University Press|ISBN=978-0-89680-205-6|ref=Pauka}}</ref>
Selain itu, Minangkabau juga menonjol dalam seni berkata-kata. Terdapat tiga genre seni berkata-kata, yaitu ''[[pasambahan]]'' (persembahan), indang, dan salawat dulang. Seni berkata-kata atau bersilat lidah, lebih mengedepankan kata sindiran, kiasan, ibarat, [[alegori]], [[metafora]], dan [[aforisme]]. Dalam seni berkata-kata seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri, tanpa menggunakan senjata dan kontak fisik.<ref>{{cite book|title=Masa Depan Seni Bersilat Lidah Minangkabau|last=Suryadi|first=|year=2010|publisher=[[Padang Ekspres]]|ref=Suryadi}}</ref>
=== Olahraga ===
Baris 139:
[[Berkas:Rendang daging sapi asli Padang.JPG|thumb|220px|right|[[Rendang]] daging sapi yang tengah dihidangkan dengan [[ketupat]].]]
{{utama|Masakan Padang}}
Masyarakat Minang juga dikenal akan aneka masakannya. Dengan citarasanya yang pedas, membuat masakan ini populer di kalangan masyarakat [[Indonesia]], sehingga dapat ditemukan di hampir seluruh [[Nusantara]].<ref name="Rice93">{{cite book|last=Owen|first=Sri|title=The Rice Book|publisher=Doubleday|year=1993|isbn=0-7112-2260-6}}</ref> Di [[Malaysia]] dan [[Singapura]], masakan ini juga sangat digemari, begitu pula dengan negara-negara lainnya. Bahkan, seni memasak yang dimiliki masyarakat Minang juga berkembang di kawasan-kawasan lain seperti [[Riau]], [[Jambi]], dan [[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]]. Salah satu masakan tradisional Minang yang terkenal adalah [[Rendang]], yang mendapat pengakuan dari seluruh dunia sebagai hidangan terlezat.<ref>{{cite book|first=Sri|last=Owen|title=Indonesian Regional Food and Cookery Doubleday|location=London dan Sydney|year=1994|publisher=Frances Lincoln Ltd|ISBN=978-1862056787}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.cnngo.com/explorations/eat/readers-choice-worlds-50-most-delicious-foods-012321|title=
Masakan Minang mengandung bumbu [[rempah-rempah]] yang kaya, seperti [[cabai]], [[serai]], [[lengkuas]], [[kunyit]], [[jahe]], [[bawang putih]], dan [[bawang merah]]. Beberapa di antaranya diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat, sehingga tidak mengherankan jika ada masakan Minang yang dapat bertahan lama.<ref>{{cite web|url=http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/41871/BULETIN|first=Winiati|last=Pudji Rahayu|title=Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Tradisional Hasil Olahan Industri Terhadap Bakteri Patogen Perusak}}</ref>
Masakan ini lebih dikenal dengan sebutan ''[[Masakan Padang]]'', begitu pula dengan restoran atau rumah makan yang khusus menyajikannya disebut ''[[Restoran Padang]]''. Padahal dalam masyarakat Minang itu sendiri, memiliki karakteristik berbeda dalam pemilihan bahan dan proses memasak, bergantung kepada daerahnya masing-masing.
Baris 148:
=== Persukuan ===
{{utama|Daftar suku Minangkabau}}
Suku dalam tatanan Masyarakat Minangkabau merupakan basis dari organisasi sosial, sekaligus tempat pertarungan kekuasaan yang fundamental. Pengertian awal kata ''suku'' dalam [[Bahasa Minangkabau|Bahasa Minang]] dapat bermaksud ''satu
Selain sebagai basis politik, suku juga merupakan basis dari unit-unit ekonomi. Kekayaan ditentukan oleh kepemilikan tanah keluarga, harta, dan sumber-sumber pemasukan lainnya yang semuanya itu dikenal sebagai harta pusaka. Harta pusaka merupakan harta milik bersama dari seluruh anggota kaum-keluarga. Harta pusaka tidak dapat diperjualbelikan dan tidak dapat menjadi milik pribadi. Harta pusaka semacam dana jaminan bersama untuk melindungi anggota kaum-keluarga dari kemiskinan. Jika ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan atau tertimpa musibah, maka harta pusaka dapat digadaikan.
Baris 174:
[[Berkas:Pagaruyung.jpg|thumb|220px|left|[[Istana Pagaruyung]] sebuah legitimasi institusi kerajaan Minangkabau.]]
{{utama|Kerajaan Melayu|Dharmasraya|Kerajaan Pagaruyung}}
Dalam laporan [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|
Sistem kerajaan ini masih dijumpai di [[Negeri Sembilan]], salah satu kawasan dengan komunitas masyarakat Minang yang cukup signifikan. Pada awalnya masyarakat Minang di negeri ini menjemput seorang putra ''[[Raja Alam|Raja Alam Minangkabau]]'' untuk menjadi [[raja]] mereka, sebagaimana tradisi masyarakat Minang sebelumnya, seperti yang diceritakan dalam [[Sulalatus Salatin]].
Baris 229:
[[Merantau]] pada etnis Minang telah berlangsung cukup lama. Sejarah mencatat [[migrasi]] pertama terjadi pada abad ke-7, di mana banyak pedagang-pedagang emas yang berasal dari pedalaman Minangkabau melakukan perdagangan di muara [[Kota Jambi|Jambi]], dan terlibat dalam pembentukan [[Kerajaan Malayu]].<ref>{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|authorlink=|coauthors=|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|publisher=|year=2006|location=|url=|doi=|isbn=|pages=|ref=Munoz}}</ref> Migrasi besar-besaran terjadi pada abad ke-14, dimana banyak keluarga Minang yang berpindah ke pesisir timur Sumatera. Mereka mendirikan koloni-koloni dagang di [[Kabupaten Batubara|Batubara]], [[Kabupaten Pelalawan|Pelalawan]], hingga melintasi selat ke [[Penang]] dan [[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]]. Bersamaan dengan gelombang migrasi ke arah timur, juga terjadi perpindahan masyarakat Minang ke pesisir barat Sumatera. Di sepanjang pesisir ini perantau Minang banyak bermukim di [[Meulaboh]], [[Aceh]] tempat keturunan Minang dikenal dengan sebutan [[Aneuk Jamee]]; [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], [[Sibolga, Tapanuli Tengah|Sibolga]], [[Natal, Mandailing Natal|Natal]], hingga [[Bengkulu]].<ref>{{cite book|last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784–1847|ref=Dobbin}}</ref> Setelah [[Kesultanan Malaka]] jatuh ke tangan [[Portugis]] pada tahun 1511, banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke [[Sulawesi Selatan]]. Mereka menjadi pendukung [[kerajaan Gowa]], sebagai pedagang dan administratur kerajaan. Datuk Makotta bersama istrinya Tuan Sitti, sebagai cikal bakal keluarga Minangkabau di Sulawesi.<ref>{{cite web|url=http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=YURIL3c%3D=|title=Melayu-Bugis-Melayu dalam Arus Balik Sejarah|publisher=www.rajaalihaji.com|date=2008-12-24|accessdate=2011-07-22}}</ref> Gelombang migrasi berikutnya terjadi pada abad ke-18, yaitu ketika Minangkabau mendapatkan hak istimewa untuk mendiami kawasan [[Kerajaan Siak]].
Pada masa penjajahan Hindia-Belanda, migrasi besar-besaran kembali terjadi pada tahun [[1920]], ketika perkebunan [[tembakau]] di [[Deli Serdang]], [[Sumatera Timur]] mulai dibuka. Pada masa [[Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan]], Minang perantauan banyak mendiami kota-kota besar di [[Jawa]], pada tahun [[1961]] jumlah perantau Minang terutama di kota Jakarta meningkat 18,7 kali dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk kota itu yang hanya 3,7 kali,<ref>{{cite book|title=Religion, Politics, and Economic Behaviour in Java: The Kudus Cigarette Industry|last=Castles|first=Lance|authorlink=|coauthors=|year=1967|publisher=Yale University|location=|isbn=|pages=|url=|accessdate=|ref=Castles}}</ref> dan pada tahun [[1971]] etnis ini diperkirakan telah berjumlah sekitar 10% dari jumlah penduduk Jakarta waktu itu.<ref name="Syam"/> Kini Minang perantauan hampir tersebar di seluruh dunia.
[[Berkas:Tuo Kayu Jao Mosque.jpg|thumb|right|200px|[[Masjid Tuo Kayu Jao]] di kecamatan [[Gunung Talang, Solok|Gunung Talang]], [[kabupaten Solok]] yang didirikan sekitar abad ke-16.]]
Baris 243:
Para perantau yang pulang ke kampung halaman, biasanya akan menceritakan pengalaman merantau kepada anak-anak kampung. Daya tarik kehidupan para perantau inilah yang sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Minangkabau sedari kecil. Siapa pun yang tidak pernah mencoba pergi merantau, maka ia akan selalu diperolok-olok oleh teman-temannya.<ref>{{cite book|last=Radjab|first=Muhammad|authorlink=|coauthors=|title=Semasa Ketjil di Kampung (1913-1928): Autobiografi Seorang Anak Minangkabau|publisher=Balai Pustaka|year=1950|location=Jakarta|url=|doi=|isbn=|page=|ref=Radjab}}</ref> Hal inilah yang menyebabkan kaum pria Minang memilih untuk merantau. Kini wanita Minangkabau pun sudah lazim merantau. Tidak hanya karena alasan ikut suami, tapi juga karena ingin berdagang, meniti karier dan melanjutkan pendidikan.
Menurut [[Rudolf Mrazek]], sosiolog [[Belanda]], dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan anti-parokialisme melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas, hal ini menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat Minangkabau.<ref>{{cite web|url=http://www.antara-sumbar.com/id/index.php?sumbar=perspektif&j=&id=1|title=Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Ma'arif, Satu Nomor Contoh Produk Tradisi Merantau|publisher=
[[Berkas:Bamboofabric.gif|thumb|right|200px|Salah satu motif tenun [[songket]] Minangkabau khas nagari [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]].]]
Baris 279:
Pada periode 1920–1960, banyak politisi Indonesia berpengaruh lahir dari ranah Minangkabau. Menjadi salah satu motor perjuangan kemerdekaan Asia, pada tahun 1923 [[Tan Malaka]] terpilih menjadi wakil [[Komunis Internasional]] untuk wilayah Asia Tenggara. Politisi Minang lainnya [[Muhammad Yamin]], menjadi pelopor [[Sumpah Pemuda]] yang mempersatukan seluruh rakyat [[Hindia-Belanda]]. Di dalam [[Volksraad]], politisi asal Minang-lah yang paling vokal. Mereka antara lain [[Jahja Datoek Kajo]], [[Agus Salim]], dan Abdul Muis. Tokoh Minang lainnya [[Mohammad Hatta]], menjadi ko-proklamator kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan, empat orang Minangkabau duduk sebagai perdana menteri ([[Sutan Syahrir]], Mohammad Hatta, [[Abdul Halim]], [[Muhammad Natsir]]), seorang sebagai presiden ([[Assaat]]), seorang sebagai wakil presiden (Mohammad Hatta), seorang menjadi pimpinan parlemen ([[Chaerul Saleh]]), dan puluhan yang menjadi menteri, di antara yang cukup terkenal ialah [[Azwar Anas]], [[Fahmi Idris]], dan [[Emil Salim]]. Emil bahkan menjadi orang Indonesia terlama yang duduk di kementerian RI. Minangkabau, salah satu dari dua etnis selain etnis [[Suku Jawa|Jawa]], yang selalu memiliki wakil dalam setiap kabinet pemerintahan Indonesia. Selain di pemerintahan, pada masa [[Demokrasi liberal]] parlemen Indonesia didominasi oleh politisi Minang. Mereka tergabung kedalam aneka macam partai dan ideologi, islamis, nasionalis, komunis, dan sosialis.
Beberapa partai politik Indonesia didirikan oleh politisi Minang. PARI dan [[Partai Murba|Murba]] didirikan oleh Tan Malaka, [[Partai Sosialis Indonesia]] oleh Sutan Sjahrir, PNI Baru oleh Mohammad Hatta, [[Masyumi]] oleh Mohammad Natsir, [[Perti]] oleh [[Syekh Sulaiman ar-Rasully|Sulaiman ar-Rasuli]], dan [[Persatuan Muslim Indonesia|Permi]] oleh [[Rasuna Said]]. Selain mendirikan partai politik, politisi Minang juga banyak menghasilkan buku-buku yang menjadi bacaan wajib para aktivis pergerakan.
Penulis Minang banyak memengaruhi perkembangan bahasa dan [[sastra Indonesia]]. Mereka mengembangkan bahasa melalui berbagai macam karya tulis dan keahlian. [[Marah Rusli]], [[Abdul Muis]], [[Idrus]], [[Hamka]], dan [[A.A Navis]] berkarya melalui penulisan novel. [[Nur Sutan Iskandar]] novelis Minang lainnya, tercatat sebagai penulis novel Indonesia yang paling produktif. [[Chairil Anwar]] dan [[Taufik Ismail]] berkarya lewat penulisan puisi. Serta [[Sutan Takdir Alisjahbana]], novelis sekaligus ahli tata bahasa, melakukan modernisasi bahasa Indonesia sehingga bisa menjadi bahasa persatuan nasional. Novel-novel karya sastrawan Minang seperti ''[[Sitti Nurbaya]]'', ''[[Salah Asuhan]]'', ''[[Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck]]'', ''[[Layar Terkembang]]'', dan ''[[Robohnya Surau Kami]]'' telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.
Selain melalui karya sastra, pengembangan bahasa Indonesia banyak pula dilakukan oleh jurnalis Minang. Mereka antara lain [[Adinegoro|Djamaluddin Adinegoro]], [[Rosihan Anwar]], dan [[Ani Idrus]].
▲Selain melalui karya sastra, pengembangan bahasa Indonesia banyak pula dilakukan oleh jurnalis Minang. Mereka antara lain [[Adinegoro|Djamaluddin Adinegoro]], [[Rosihan Anwar]], dan [[Ani Idrus]]. Di samping [[Abdul Rivai]] yang dijuluki sebagai Perintis Pers Indonesia, [[Rohana Kudus]] yang menerbitakan ''Sunting Melayu'', menjadi wartawan sekaligus pemilik koran wanita pertama di Indonesia.
[[Berkas:Sultan Malaysia I.jpg|thumb|left|150px|[[Tuanku Abdul Rahman]], salah seorang tokoh Minang yang berpengaruh di kawasan rantau.]]
Di Indonesia dan Malaysia,
Banyak pula orang Minang yang sukses di dunia hiburan, baik sebagai sutradara, produser, penyanyi, maupun artis. Sebagai sutradara dan produser ada [[Usmar Ismail]], [[Asrul Sani]], [[Djamaludin Malik]], dan [[Arizal]]. Arizal bahkan menjadi sutradara dan produser film yang paling banyak menghasilkan karya. Sekurang-kurangnya 52 film dan 8 sinetron dalam 1.196 episode telah dihasilkannya. Pemeran dan penyanyi Minang yang terkenal beberapa di antaranya adalah [[Afgan Syah Reza]], [[Aznil Nawawi]], [[Dorce Gamalama]], [[Marshanda]], [[Eva Arnaz]], dan [[Nirina Zubir]]. Pekerja seni lainnya, ratu kuis [[Ani Sumadi]], menjadi pelopor dunia perkuisan di Indonesia. Selain mereka, [[Soekarno M. Noer]] beserta putranya [[Rano Karno]], mungkin menjadi pekerja hiburan paling sukses di Indonesia, baik sebagai aktor maupun sutradara film. Pada tahun 1993, ''Karno's Film'' perusahaan film milik keluarga Soekarno, memproduksi film seri dengan peringkat tertinggi sepanjang sejarah [[perfilman Indonesia]], ''[[Si Doel Anak Sekolahan]]''.
Di Malaysia dan Singapura, kontribusi orang Minangkabau juga cukup besar. Pada tahun 1723, [[Abdul Jalil Rahmad Syah I dari Siak|Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I]], duduk sebagai [[sultan Johor]] sebelum akhirnya mendirikan [[Kerajaan Siak]] di daratan Riau.<ref>{{cite
Beberapa tokoh Minang juga memiliki reputasi internasional. Di antaranya, [[Roestam Effendi]] yang mewakili Partai Komunis Belanda, dan menjadi orang Hindia pertama yang duduk sebagai anggota parlemen Belanda.<ref>{{cite web|url=http://www.tempointeraktif.com/hg/caping/1979/06/02/mbm.19790602.CTP54667.id.html|title=Mengenang Sastrawan Rustam Effendi|work=[[Tempointeraktif|Tempo Interaktif]]|date=1979-06-02|accessdate=2011-07-22|ref=Tempo Interaktif}}</ref> Di [[Arab Saudi]], [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], menjadi satu-satunya orang non-[[Suku Arab|Arab]] yang pernah menjabat imam besar [[Masjidil Haram]], [[Mekkah]]. Mohammad Natsir, salah seorang tokoh Islam terkemuka, pernah menduduki posisi presiden Liga Muslim se-Dunia (''World Moslem Congress'') dan ketua Dewan Masjid se-Dunia. Sementara itu [[Azyumardi Azra]], menjadi orang pertama di luar warga negara [[Negara-Negara Persemakmuran|Persemakmuran]] yang mendapat gelar ''[[Sir]]'' dari [[Inggris|Kerajaan Inggris]].<ref>{{cite web|url=http://news.okezone.com/read/2010/10/08/58/380387/sir-azra-dan-islam-indonesia|title=Sir Azra dan Islam Indonesia|work=[[Okezone.com]]|ref=Okezone.com}}</ref>
==
{{reflist|2}}
Baris 307 ⟶ 308:
== Lihat pula ==
* [[Yang
== Pranala luar ==
|