Injil Barnabas: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 65:
== Tema-tema keagamaan ==
Injil Barnabas tidak banyak dikenal di luar kalangan akademik hingga belakangan ini, ketika sejumlah orang Muslim menerbitkannya untuk berargumen dengan konsepsi Kristen ortodoks tentang Yesus. Pada umumnya karya ini lebih menggemakan pandangan-pandangan Muslim yang ada daripada pandangan [[Kristen]]: karya ini meramalkan kedatangan Muhammad dengan menyebutkan namanya; bukannya menggambarkan penyaliban Yesus, kitab ini menggambarkan bahwa ia diangkat ke surga, serupa dengan gambaran tentang [[Elia]] dalam [[Kitab 2 Raja-raja|2 Raja-raja]], pasal 2; dan kitab ini menyebut Yesus seorang "nabi" yang misinya dibatasi hanya pada "bani [[Israel]]". Namun demikian, karya ini juga berbeda dengan konsepsi Islam dalam sekurang-kurangnya dua hal penting; karya ini melaporkan bahwa Muhammad, dan bukan Yesus, yang disebut [[Mesias]], sementara
Karya ini memuat sebuah polemik yang panjang melawan doktrin [[predestinasi]] (pasal 164), dan mendukung ajaran [[pembenaran oleh iman]]; bahwa tujuan kekal jiwa ke [[surga]] atau [[neraka]] tidak ditetapkan sebelumnya oleh [[karunia ilahi|karunia]] Allah (seperti dalam [[Calvinisme]]), ataupun penghakiman Allah, dalam belas kasih-Nya, terhadap iman orang-orang percaya di muka bumi (seperti dalam Islam ortodoks). Sebaliknya dinyatakan bahwa mereka yang dihukum pada [[penghakiman terakhir]], tetapi yang kemudian menjawab dalam iman, yang memeprlihatkan penyesalan yang sungguh-sungguh, dan yang membuat pilihan bebas untuk diberkati, pada akhirnya akan memperoleh perdamaian (pasal 137). Hanya mereka yang tetap sombong akan terhalang dari pertobatan yang sungguh-sungguh dan karenanya akan tetap tinggal di dalam neraka.
Termasuk dalam pasal 145 adalah "Buku kecil [[Elia]]"; yang memberikan pengajaran tentang kehidupan yang benar berupa spiritualitas [[Asetisisme|asketik]] dan [[pertapa]]. Dalam 47 pasal berikutnya, Yesus dicatat mengembangkan sebuah tema bahwa para [[nabi]] dari zaman purbakala, khususnya [[Obaja]], [[Hagai]] dan [[Hosea]], adalah para pertapa suci yang mengikuti aturan-aturan keagamaan ini; dan mengkontraskan para pengikut mereka – yang disebut sebagai "orang-orang Farisi sejati" – dengan "[[Farisi|Farisi-Farisi]] palsu" yang hidup di dunia, dan yang merupakan lawan-lawan utamanya.. Para "Farisi sejati" ini dilaporkan berkumpul di [[Gunung Karmel]]. Hal ini cocok dengan ajaran [[Ordo Karmelit]] abad pertengahan, yang hidup sebagai kongregasi pertama di gunung Karmel pada [[abad ke-13]]; tetapi yang mengklaim (tanpa bukti) sebagai keturunan langsung Elia dan para nabi [[Perjanjian Lama]]. Pada [[1291]] bangsa [[Mamluk]] masuk ke [[Suriah]] memaksa para biarawan di Karmel untuk meninggalkan biara mereka, tetapi ketika menyebar di seluruh Eropa Barat mereka mendirikan kongregasi Karmelit Barat – khususnya di Italia – dan telah meninggalkan kehidupan pertapa dan idealisme asketik, dan sebaliknya mengambil kehidupan biara dan misi dari para [[Ordo Mendikan]] lainnya. Sebagian peneliti menganggap bahwa kontroversi-kontroversi yang muncul pada abad ke-14 hingga ke-16 dapat ditemukan tercermin dalam teks Injil Barnabas.
|