Kabupaten Cianjur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 51:
== Filosofi ==
Cianjur memiliki filosofi yang sangat bagus, yakni '''''NGAOS''''', '''''MAMAOS''''' dan '''''MAEN PO''''' yang mengingatkan pada kita semua tentang 3 (tiga) aspek keparipurnaan hidup.
# '''NGAOS''' adalah tradisi mengaji yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur dengan masyarakat yang dilekati dengan keberagamaan. [[Citra]] sebagai daerah agamis ini konon sudah terintis sejak Cianjur lahir sekitar tahun 1677 dimana wilayah Cianjur ini dibangun oleh para [[ulama]] dan [[santri]] tempo dulu yang gencar mengembangkan syiar Islam. Itulah sebabnya Cianjur juga sempat mendapat julukan gudang santri dan [[kyai]] sehingga mendapat julukan '''KOTA SANTRI'''. Bila di tengok sekilas sejarah perjuangan di tatar Cianjur jauh sebelum masa [[perang kemerdekaan]], bahwa kekuatan-kekuatan perjuangan kemerdekaan pada masa itu tumbuh dan bergolak pula di pondok-pondok [[pesantren]]. Banyak pejuang-pejuang yang meminta restu para kyai sebelum berangkat ke medan perang. Mereka baru merasakan lengkap dan percaya diri berangkat ke medan juang setelah mendapat restu para kyai.
# '''MAMAOS''' adalah [[seni budaya]] yang menggambarkan kehalusan [[budi]] dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata [[pergaulan]] hidup. Seni mamaos [[tembang]] [[sunda]] [[Cianjuran]] lahir dari hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur R. Aria Adipati Kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti. Ia menjadi pupuhu ([[pemimpin]]) tatar Cianjur sekitar tahun 1834-1862. Seni mamaos ini terdiri dari alat kecapi indung (Kecapi besar dan Kecapi rincik (kecapi kecil) serta sebuah suling yang mengiringi panembanan atau juru. Pada umumnya syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan dengan segala hasil ciptaan-Nya.
# Sedangkan '''MAEN PO''' adalah seni [[bela diri]] [[pencak silat]] yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan. Pencipta dan penyebar maen po ini adalah R. Djadjaperbata atau dikenal dengan nama R. H. Ibrahim, aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan. Dalam maenpo dikenal ilmu Liliwatan (penghindaran) dan Peupeuhan (pukulan).