Waruga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Humboldt (bicara | kontrib)
Sejarah: pranala
Humboldt (bicara | kontrib)
Baris 7:
Kemudian di tahun [[1870]], Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti waruga, karena waktu itu mulai berjangkit berbagai [[penyakit]], di antaranya penyakit [[tipus]] dan [[kolera]]. Dikhawatirkan, si meninggal menularkan [[bibit penyakit]] tipus dan kolera melalui celah yang terdapat di antara badan waruga dan cungkup waruga. Bersamaan dengan itu pula, agama [[Kristen]] mengharuskan mayat dikubur di dalam [[tanah]] mulai menyebar di [[Minahasa]]. Waruga yang memiliki ukiran dan [[relief]] umumnya terdapat di [[Tonsea]]. Ukiran dan relief tersebut menggambarkan berapa jasad yang tersimpan di waruga yang bersangkutan sekaligus menggambarkan mata pencarian atau pekerjaan orang tersebut semasa hidup.
 
Di Minahasa bagian utara, pada awalnya waruga-waruga yang ada sekitar 370 unitbuah tersebut, tersebar pada hampir semua desa di Minahasa Utara yang akhirnya dikumpulkan ke beberapa tempat seperti Kelurahankelurahan [[Rap-Rap, Airmadidi, Minahasa Utara|Rap-Rap]] sekitar 15 unitbuah, kelurahan [[Airmadidi Bawah, Airmadidi, Minahasa Utara|Airmadidi Bawah]] 211 unitbuah dan Desa Sawangan 144 unitbuah. Kini lokasi waruga-waruga di tempat-tempat tersebut menjadi salah satu tujuan [[wisata]] sejarah di [[Sulawesi Utara]].
 
Tempat ini pun telah dicalonkan untuk menjadi salah satu [[Situs Warisan Dunia UNESCO]] sejak tahun 1995.