Masjid Agung Nurul Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 33:
 
== Sejarah ==
Pertumbuhan infrastruktur di [[Kota Sawahlunto]] yang dipicu oleh aktivitas pertambangan [[batu bara]] mengalami perkembangan pesat pada akhir abad ke-19. Sejalan dengan itu, untuk dapat menggerakkan berbagai mesin listrik pemerintah [[Hindia-Belanda]] membangun [[pembangkit listrik tenaga uap|pusat pembangkit listrik bertenaga uap]] (PLTU) padadengan tahunmemanfaatkan 1894aliran [[Batang Lunto]] di [[Kubang Sirakuak Utara, Lembah Segar, Sawahlunto|Kubang Sirakuak]] yangpada memanfaatkan alirantahun [[Batang Lunto]]1894.{{sfn|Asoka|2005}}{{sfn|PadangKini.com|2008}} Namun mengingat debit air sungai yang berada di pinggir PLTU tersebut kian berkurang, pemerintah Hindia-Belanda kemudian membangun PLTU pengganti di [[Salak, Talawi, Sawahlunto|Salak]], [[Talawi, Sawahlunto|Talawi]] pada tahun 1924 denganyang memanfaatkan aliran [[Batang Ombilin]].{{sfn|Sumut Pos|2011}}
 
Bangunan PLTU di Kubang Sirakuak yang sudah tidak berfungsi lagi sempat dijadikan sebagai tempat perlindungan dan perakitan senjata oleh para pejuang kemerdekaan di Sawahlunto selama masa[[Sejarah Indonesia (1945-1949)|revolusi kemerdekaanIndonesia]] sebelum akhirnya berubah menjadi [[masjid]] sejak tahun 1952, sementara bangunan cerobong asap setinggi lebih dari 75 meter kemudian dijadikan sebagai menara masjid dengan menambahtambahan [[kubah]] setinggi 10 meter.{{sfn|PadangKini.com|2008}}
 
== Rujukan ==