Suku Kutai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
|related=[[suku Melayu|Melayu]], [[Dayak]] ([[Rumpun Ot Danum]]: [[suku Dayak Tunjung]], [[Suku Dayak Benuaq|Benuaq]]}, [[suku Banjar|Banjar]], [[suku Bugis|Bugis]] }}
 
'''Suku Kutai''' atau Suku Dayak Kutai adalah suku asli yang mendiami wilayah [[Kalimantan Timur]] yang mayoritas saat ini beragama Islam dan hidup di tepi sungai. [[Suku Kutai]] merupakan bagian dari rumpun [[Suku Dayak]], khususnya dayak rumpun [[ot- danum]] ( Ada teori dan tradisi lisan orangtua beberapa Suku Kutai yang mengatakan [[Suku Dayak Lawangan]] yang kemudian berdiam di Kalimantan Timur melahirkan [[Suku Dayak Tunjung]] dan [[Suku Dayak Benuaq]], kemudian dengan masuknya budaya muslim di abad 13 M melahirkan terbentuknya masyarakat [[Suku Kutai]] yang berbeda budaya dengan [[Suku Dayak]]). Pada awalnya [[Kutai]] merupakan nama suatu teritori tempat bermukimnya masyarakat asli [[Kalimantan]] atau [[Dayak]]. [[Suku Kutai]] berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku melayu tua sebagaimana [[Suku Dayak]] di Kalimantan Timur. Oleh karena itu secara fisik [[Suku Kutai]] mirip dengan [[Suku Dayak]] rumpun [[ot- danum]]. Hubungan Kekerabatan [[Suku Kutai]] dengan [[Suku Dayak]] diceritakan juga dalam tradisi lisan [[Suku Dayak]] dengan berbagai versi di beberapa sub suku rumpun [[ot danomdanum]] ( Karena masing - masing sub suku memiliki sejarah tersendiri ). Adat-istiadat lama [[Suku Kutai]] banyak kesamaan dengan adat-istiadat [[Suku Dayak]] rumpun [[ot- danum]] (khususnya tunjung-benuaq) misalnya; erau (upacara adat yang paling meriah), belian (upacara tarian penyembuhan penyakit), memang, dan mantra-mantra serta ilmu gaib seperti; parang maya, panah terong, polong, racun gangsa, perakut, peloros, dan lain-lain. Dimana adat-adat tersebut dimiliki oleh [[Suku Kutai]] dan [[Suku Dayak]]. Bahkan hingga saat ini masih ada [[Suku Kutai]] di Desa Kedang Ipil, Kutai Kartanegara yang menganut kepercayaan kaharingan sama halnya dengan [[Suku Dayak]].
 
 
Baris 15:
== Etimologi ==
 
Pada awalnya [[Kutai]] bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan tempat ditemukannya prasasti Yupa oleh peneliti Belanda. Kemudian lambat laun '[[Kutai]] menjadi nama suku. Sama halnya dengan [[dayak]] yang bukan merupakan nama suku dulunya karena istilah [[dayak]] merupakan nama pemberian peneliti Belanda. Menurut tradisi lisan masyarakat kutai, Nama Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa dan letaknya di tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang. Dalam berita CampaChampa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar. Ada pendapat lain, bahwa Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa Kerajaan Kartanegara.
 
 
Baris 53:
'''<big>Puak Pantun</big>'''
 
Puak Pantun adalah suku tertua di [[Kalimantan Timur]], dan merupakan suku atau Puak yang paling Tua di antara 5 Suku atau Puak Kutai lainya, mereka adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Raja pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada masa dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya. Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa pemerintahannya. Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.