Syarifah Nawawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Baris 14:
Setelah kedua orangtuanya meninggal, pada tahun 1937 Syarifah kembali ke Batavia. Ia menyekolahkan anak-anaknya di Koning Willem III Batavia. Aktivitasnyapun berlanjut dengan memimpin Sekolah Kemajuan Istri di Meester Cornelis.
 
Ia mengundurkan diri dari sekolah tersebut sewaktu [[Jepang]] masuk dan menguasai Indonesia. Namun ia tetap berjuang memajukan pendidikan wanita dan anak-anak dan masuk ke Fujinkai, suatu organisasi wanita binaan Jepang. Pada tahun 1945 ia bersama teman-temannya kemudian mendirikan Perwari,Yayasan Panti Wanita Trisula PERWARI. PERWARI adalah sebuah organisasi wanita pejuang Indonesia. Syarifah tak pernah berhenti mengabdi pada masyarakat melalui pendidikan dan memberikan pengajaran kepada anak-anak perempuan serta wanita muda yang tidak mampu, bahkan ia merelakan rumahnya dijadikan tempat sekolah.
Pengabdian Syarifah Nawawi untuk pendidikan dan pencerdasan wanita di Indonesia tentu akan selalu dikenang oleh bangsanya. Ia menerima piagam penghargaan atas sumbangsihnya yang tulus dan tak kenal lelah demi terangkatnya anak-anak perempuan miskin ke derajat yang lebih tinggi. Sampai sekarang potret wajahnya masih tergantung di gedung Panti Trisula Perwari sebagai pengakuan atas pengabdian dan sumbangsihnya yang tulus itu.