Tomoyuki Yamashita: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Di tahun +Pada tahun) |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 5:
|placeofdeath= [[Los Baños, Laguna]], [[Filipina]]
|image=[[Berkas:Yamashita.jpg|150px]]
|caption=
|nickname='''Harimau dari Malaya'''
|allegiance=[[Kekaisaran Jepang]]
|branch=[[Berkas:War flag of the Imperial Japanese Army.svg|22x20px|border]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]]
|serviceyears=1905–1945
|rank=[[
|commands=IJA 4th Division, IJA 25th Army, IJA 1st Army, IJA 14th Area Army
|unit=
Baris 18:
|laterwork=
}}
'''
== Biografi ==
Baris 28:
Setelah selesai bertugas sebagai atase militer di Eropa, Yamashita dipromosikan menjadi kolonel dan menempati posisi sebagai Komandan Resimen ke-3 AD Jepang. Dua tahun berselang, pada 1932 ia ditugaskan pada Kementerian Perang Kekaisaran Jepang (Imperial Japanese War Ministry) sebagai Kepala Seksi Urusan Angkatan Darat pada Biro Urusan Kemiliteran. Jabatan Kepala Seksi Riset Militer pada Biro Riset Kemiliteran di kementerian yang sama pun dapat ditempati oleh Yamashita tiga tahun kemudian. Kariernya semakin bersinar dan mendapat promosi menjadi mayor jenderal pada 1936.
Pada tahun yang sama terjadi puncak pergolakan di tubuh AD Jepang. Di satu sisi faksi Kodoha (Jalan Kekaisaran) pimpinan seorang jenderal bintang empat, Sadao Araki yang dikenal sebagai seorang pemikir di kalangan AD Jepang juga sebagai anggota Lembaga Penasehat Perang Tertinggi. Jenderal Araki juga mendapat dukungan dari seniornya, Jenderal Jinzaburo Masaki. Sementara seterunya adalah faksi Toseiha pimpinan Jenderal Kazushige Uzaki yang didukung perwira tinggi seperti Letnan Jenderal Hajime Sugiyama dan Hideki Tojo. Faksi Kodoha berhalauan ultranasionalis dan cenderung radikal sementara Toseiha dikenal lebih konservatif. Pasca insiden 26 Februari 1936 yang dimotori pendukung Kodoha dan mengakibatkan tewasnya tiga pejabat tinggi maka Kaisar Hirohito segera memerintahkan AD dan AL Jepang untuk bersama-sama menumpas para pemberontak. Akhirnya 19 orang berhasil dieksekusi dan lebih dari 70 lainnya dipenjara. Terdapat pula dua perwira yang menolak menyerah dan mereka memutuskan untuk melakukan [[seppuku]].
Mayor Jenderal Yamashita luput dari hukuman namun “dibuang” ke Korea untuk memimpin Brigade Infanteri ke-40. Setahun berselang, pangkatnya naik menjadi letnan jenderal dan ditugaskan menjadi pengamat masalah Korea Utara. Dua tahun kemudian Mayor jenderal Yamashita bertugas sebagai Kepala Staf AD Jepang Wilayah Cina Utara. Jabatan Panglima Divisi ke-4 di Manchuria pun pernah dijabatnya dari 1939-1940 sekaligus memperoleh promosi menjadi letnan jenderal.
Baris 35:
Ketika berkobar pertempuran di Front Pasifik, maka Letnan Jenderal Yamashita dipromosikan untuk memimpin Tentara AD Jepang ke-25 (25th Imperial Japanese Army). Pasukan ini bertugas untuk merebut Semenanjung Malaya dari pasukan Inggris dan sekutunya. Secara keseluruhan, Jepang mengerahkan 70.000 personel, sementara lawan mereka berkekuatan dua kali lipat lebih besar. Yamashita kemudian menyusun strategi untuk melakukan invasi dari tiga titik di bagian utara pantai timur Semenanjung Malaya. Dua titik pendaratan berada di wilayah Thailand Selatan, yaitu Singora (sekarang Songkhla) dan Pattani, sementara satu titik lagi adalah Kota Bharu.
Pasukan yang mendarat di Singora dan Pattani adalah elemen dari Divisi Infanteri ke-5 dan ke-18 AD Jepang dan didukung Divisi Pengawal Kekaisaran (Imperial Guard Division) serta empat resimen tank (dengan dilengkapi tank tipe M-95 dan M-97) dalam Grup Lapis Baja (Tank) ke-3 yang bergerak dari Thailand. Selanjutnya mereka diperintahkan bergerak ke selatan menyusuri pantai barat Semenanjung Malaya sementara pasukan yang mendarat di Kota Bharu akan bergerak menyusuri pantai timur. Invasi serentak ini berlangsung hanya 70 menit sebelum serangan Jepang terhadap Pearl Harbor. Sehari sebelumnya, pada 7 Desember 1941 sebuah pesawat Catalina milik AU Inggris ditembak jatuh oleh pesawat Jepang ketika sedang melakukan tugas pengintaian terhadap
Invasi besar-besaran untuk merebut Kota Bharu menggunakan tiga kapal angkut personel, masing-masing Awajisan Maru, Ayatosan Maru dan Sakura Maru yang mengangkut lebih dari 5.000 personel AD Jepang dari Divisi Infanteri ke-18 di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hiroshi Takumi yang berada di kapal Awajisan Maru. Kapal-kapal ini dikawal oleh gugus tugas AL Jepang dengan pimpinan Laksamana Shintaro Hashimoto yang terdiri dari satu kapal penjelajah ringan Sendai, empat buah kapal perusak (Ayanami, Isonami, Shikinami dan Uranami), dua buah kapal penyapu ranjau dan satu kapal jenis sub-chaser. Kebanyakan dari personel AD tadi adalah veteran yang terlatih bertempur di medan pegunungan, hutan, sungai dan pantai.
Baris 80:
|NAME = Yamashita, Tomoyuki
|ALTERNATIVE NAMES = 山下 奉文 (Japanese); Harimau dari Malaya (julukan)
|SHORT DESCRIPTION =
|DATE OF BIRTH = 8 November 1885
|PLACE OF BIRTH = Osugi village, [[Kōchi prefecture]], [[Shikoku]], [[Japan]]
|