Sirajuddin Abbas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 8:
== Kehidupan ==
==== Masa kecil ====
Sirajuddin Abbas merupakan anak sulung dari Syekh Haji Abbas Qadli atau yang lebih dikenal Syekh Abbas bin Abdi Wahab bin Abdul Hakim Ladang Lawas, dengan Ibu bernama Ramalat binti Jai Bengkawas.
Ia pertama kali mempelajari ilmu [[agama]] dari ayahnya, kemudian meneruskan belajar kepada ulama-ulama lain yang ada di wilayah [[Minangkabau]].
==== Merantau ====
Masih belum puas juga dengan ilmu yang didapatkan dari ulama-ulama yang ada di [[Minangkabau]], ia memperdalam ilmunya dengan pergi merantau ke kota [[Mekkah]].
Selama enam tahun ia belajar di [[Mekkah]], sekaligus menunaikan ibadah [[haji]] setiap tahunnya (7 kali) di sela-sela waktu belajarnya. Pada tahun 1930 ia diangkat menjadi staf sekretariat pada konsultan Belanda di [[Arab Saudi]]. Selain itu ia juga banyak berkenalan dengan para pelajar dari kalangan [[melayu]] maupun dari belahan dunia lainnya.<!--Ia berteman dengan Syekh Muhammad As'ad (ulama Bone), Haji Abdurrahman Sjihab (tokoh Al Wasliyah) dan lain-lain yang kala itu bersama-sama belajar di Mekah, di bawah asuhan ulama-ulama terkenal baik dari kalangan al-Jawi (Melayu) maupun dari kawasan lain.-->
==== Kembali ke kampung halaman ====
Setelah pulang dari menuntut ilmu di [[Mekkah]] pada tahun 1933, ia pulang ke kampung halamannya di [[Minangkabau]] untuk meneruskan perjuangan ayahnya, mengajar di pesantren-pesantren yang ada di Minangkabau, walau kemudian ia lebih melebarkan sayapnya berkiprah di dunia yang lebih luas, yakni dunia pendidikan, keagamaan, juga dunia [[politik]].
Baris 41:
Ia pertama kali mempelajari [[agama]] kepada ayahandanya sendiri, kemudian meneruskan mengaji kepada ulama-ulama lain yang ada di wilayah [[Minangkabau]]. Sejak umur 7 hingga 9 tahun (1912-1924) ia menjelajahi beberapa [[pondok pesantren]] atau ''[[surau]]'' yang ada untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Masih belum puas juga dengan ilmu yang didapatkan dari ulama-ulama tersebut, ia memperdalam ilmunya dengan pergi merantau ke kota [[Mekkah]]. Selama enam tahun ia belajar di Mekkah (1927-1933), sekaligus menunaikan ibadah [[haji]] setiap tahunnya (7 kali) di sela-sela belajarnya. Di sana ia banyak berkenalan dengan para pelajar dari kalangan [[melayu]] maupun dari belahan dunia lainnya. Ia berteman dengan Syekh Muhammad As'ad (ulama Bone), Haji Abdurrahman Sjihab (tokoh Al Wasliyah) dan lain-lain yang kala itu bersama-sama belajar di Mekah, di bawah asuhan ulama-ulama terkenal baik dari kalangan al-Jawi (Melayu) maupun dari kawasan lain.-->
Di antara karya ilmiah Sirajuddin Abbas yang banyak dibaca orang adalah "I'tiqad Ahlussunnah wal Jama'ah" yang mengupas tentang firqah-firqah paham dalam bidang [[akidah]] keislaman yang 73 aliran. Begitu pula halnya dengan buku "40 Masalah Agama" yang banyak mengupas persoalan-persoalan [[fikih]] yang dibahasnya secara argumentatif menurut faham [[mazhab Syafi'i]]. Buku ini banyak dipergunakan, baik di kalangan intelektual maupun orang awam.
Baris 56:
* Thabaqatus Syafi'iyah, yang berisi untaian ulama-ulama Syafi'iyah dari waktu ke waktu.
Ia menghembuskan napas terkahirnya di usia 75 tahun pada tanggal [[5 Agustus]] [[1980]] setelah beberapa hari dirawat di [[Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo|rumah sakit Cipto Mangunkusumo]] akibat serangan jantung yang ia derita. Saat pemakaman tampak perhatian warga Tarbiyah yang begitu besar. Jasadnya dimakamkan dipemakman [[Tanah Kusir]] [[Jakarta Selatan]], yang dihadiri wakil presiden Republik Indonesia [[Adam Malik]]. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak; Sofyan (almarhum) dan Fuadi.
|