Sisingamangaraja XII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 2 perubahan teks terakhir (oleh 202.152.205.89 dan 180.241.198.198) dan mengembalikan revisi 6061249 oleh 139.78.127.81
Tag: menghilangkan referensi [ * ]
Baris 49:
== Kontroversi Agama Sisingamangaraja XII ==
[[Berkas:Si Singamangaraja Seal.jpg|thumb|250px|Cap Mohor Sisingamangaraja XII]]
Agama yang dianut oleh Sisingamangaraja XII adalah agama asli Batak, yakni Parbaringin. Namun, sudah sejak zaman Belanda terdengar isu bahwa menjelang tahun 1880an Sisingamangaraja memeluk agama [[Islam]]. Yang pertama menyebarkan desas-desus bahwa Singamangaraja XII telah menjadi seorang Muslim adalah para penginjil RMG (Rheinische Missions-Gesellschaft). Mereka tiba pada kesimpulan tersebut karena pada saat itu Singamangaraja XII mulai menyalinmenjalin kerjasamakerja sama dengan pihak Aceh. Hal itu dilakukannya karena ia mencari sekutu melawan para penginjil RMG yang pengaruhnya di Silindung menjadi semakin terasa dan yang menjalin hubungan erat dengan pemerintah dan tentara Belanda. Namun alasan utama maka para misionaris RMG menyebarkan isu bahwa Singamangaraja telah menjadi seorang Muslim adalah untuk meyakinkan pemerintah Belanda untuk menganeksasi Tanah Batak. Atas permintaan penginjil RMG, terutama [[Ludwig Ingwer Nommensen]], tentara kolonial Belanda akhirnya menyerang markas Singamangaraja XII di [[Bangkara]]Bakkara dan memasukkan [[Toba]] dan [[Silindung]] ke dalam wilayah jajahan Belanda.
Kontroversi perihal agama Singamangaraja hingga kini tidak pernah reda. Juga sesudah wilayah Batak menjadi bagian dari Hindia Belanda desas-desus bahwa Singamangaraja XII memeluk agama Islam tidak pernah berhenti sampai ada yang menulis bahwa ''Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam zijn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op zijn omgeving uit om zich te bekeeren'' (menurut laporan dari penduduk maka sang raja sekitar lima tahun yang lalu memeluk agama Islam, namun ia tidak menjadi seorang Islam fanatis dan tidak berusaha untuk meyakinkan rakyat supaya turut menggatikan agamanya). Kemudian dalam sebuah surat rahasia kepada ''Departement van Oorlog'' (Departemen Pertahanan), maka Letnan L. van Vuuren dan Berenschot pada tanggal [[19 Juli]] [[1907]] menyatakan, ''Dat het vaststaat dat de oude S.S.M. met zijn zoons tot den Islam waren overgegaan, al zullen zij wel niet Mohamedanen in merg en been geworden zijn'' (Bahwa sudah pasti S. S. M. yang tua dengan putra-putranya telah beralih memeluk agama Islam, walaupun keislaman mereka tidak seberapa meresap dalam sanubarinya).
 
Selain laporan oleh para misionaris Jerman dan oleh koran-koran Belanda, petunjuk lainnya bahwa Singamangaraja XII beralih agama ke agama Islam termasuk: 1. Singamangaraja XII tidak makan babi; 2. pengaruh Islam terlihat pada bendera perang Singamangaraja dalam gambar kelewang, matahari dan bulan; dan 3. Sisingamangaraja XII memiliki cap yang bertuliskan [[huruf Jawi]] (tulisan Arab-Melayu).
Kontroversi perihal agama Singamangaraja hingga kini tidak pernah reda. Juga sesudah wilayah Batak menjadi bagian dari Hindia Belanda desas-desus bahwa Singamangaraja XII memeluk agama Islam tidak pernah berhenti sampai ada yang menulis bahwa ''Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam zijn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op zijn omgeving uit om zich te bekeeren'' (menurut laporan dari penduduk maka sang raja sekitar lima tahun yang lalu memeluk agama Islam, namun ia tidak menjadi seorang Islam fanatis dan tidak berusaha untuk meyakinkan rakyat supaya turut menggatikan agamanya). Kemudian dalam sebuah surat rahasia kepada ''Departement van Oorlog'' (Departemen Pertahanan), maka Letnan L. van Vuuren dan Berenschot pada tanggal [[19 Juli]] [[1907]] menyatakan, ''Dat het vaststaat dat de oude S.S.M. met zijn zoons tot den Islam waren overgegaan, al zullen zij wel niet Mohamedanen in merg en been geworden zijn'' (Bahwa sudah pasti S. S. M. yang tua dengan putra-putranya telah beralih memeluk agama Islam, walaupun keislaman mereka tidak seberapa meresap dalam sanubarinya).
Untuk butir 1 dapat dikatakan bahwa bukan hanya Singamangaraja XII yang tidak boleh makan babi, melainkan hal itu berlaku juga untuk semua Singamangaraja sebelumnya. Agama Si Singamangaraja adalah Parbaringin, yaitu agama asli Batak. Agama Parbaringin pantang makan daging babi. Demikian juga agama yang muncul kemudian di tanah Batak yang datang dari Mesir, yakni agama Parmalim, juga memantangkan makan daging babi. Hingga kini masih ada orang Batak yang memeluk agama Parbaringin dan Parmalim dan tidak makan daging babi. Oleh karena itu, pantangan makan daging babi dalam dinasti Si Singamangaraja tidak ada kaitannya dengan agama Islam, bahkan pantangan makan daging babi berlaku untuk para raja yang beragama Hindu waktu itu. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa agama asli Batak (parbaringin) sangat kuat pengaruh Hindu.
 
Untuk butir 2, kelewang, matahari, dan bulan dalam lambang dinasti Si Singamangaraja sudah ada jauh sebelum dinasti Kerajaan Batak itu menjalin kerja sama dengan Aceh yang Islam untuk bersekutu melawan penjajah Belanda. jadi, lambang itu bukan lambang eksklusif Islam dalam dinasti Kerajaan Batak. Selain daripada itu perlu diingatkan bahwa kerajaan Singamangaraja XII dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Islam sehingga tidak mengherankan kalau ia meminjamkan (memakai) lambang yang juga digunakan oleh para raja Melayu.
Selain laporan oleh para misionaris Jerman dan oleh koran-koran Belanda, petunjuk lainnya bahwa Singamangaraja XII beralih agama ke agama Islam termasuk: 1. Singamangaraja XII tidak makan babi; 2. pengaruh Islam terlihat pada bendera perang Singamangaraja dalam gambar kelewang, matahari dan bulan; dan 3. Sisingamangaraja XII memiliki cap yang bertuliskan [[huruf Jawi]] (tulisan Arab-Melayu).
Untuk butir 1 dapat dikatakan bahwa bukan hanya Singamangaraja XII yang tidak boleh makan babi, melainkan hal itu berlaku juga untuk semua Singamangaraja sebelumnya. Pantangan makan babi tidak ada kaitan dengan agama Islam melainkan juga berlaku untuk para raja yang beragama Hindu. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa agama asli Batak sangat kuat pengaruh Hindu. Untuk butir 2, kelewang, matahari, dan bulan bukan lambang yang eksklusif Islam. Selain daripada itu perlu diingatkan bahwa kerajaan Singamangaraja XII dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Islam sehingga tidak mengherankan kalau ia meminjamkan lambang yang juga digunakan oleh para raja Melayu. Khususnya untuk butir 3. cap Singamangaraja telah dianalisis oleh Prof. Uli Kozok <ref> [[Uli Kozok|Kozok, Uli2]], (2009), ''Surat Batak: sejarah perkembangan tulisan Batak: berikut pedoman menulis aksara Batak dan cap Si Singamangaraja XII'', École française d'Extrême-Orient, ISBN 979-910-153-0.</ref>. Selain sebuah teks yang memakai [[surat Batak]] (aksara Batak) terdapat pula sebuah teks berhuruf Jawi (Arab Melayu) yang berbunyi; ''Inilah cap maharaja di negeri Teba kampung Bakara nama kotanya hijrat nabi 1304 [?]'' sedangkan dalam [[aksara Batak]] pada cap itu tertulis ''Ahu ma sap tuan Si Singamangaraja tian Bangkara''Bakkara, artinya "Akulah cap Tuan Si Singamangaraja dari BangkaraBakkara". Berdasarkan analisis empat cap Singamangaraja maka Profesor Kozok tiba pada kesimpulan bahwa keempat cap Singamangaraja masih relatif baru, dan diilhami oleh cap para raja Melayu, terutama oleh kerajaan Barus. Pada abad ke-19 huruf Arab-Melayu (Jawi) umum dipakai oleh semua raja di SumatraSumatera sehingga sangat masuk akal bahwa Singamangaraja XII juga menggunakan huruf yang sama agar capnya dapat dibaca tidak hanya oleh orang Batak sendiri melainkan juga oleh orang luar.
 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa argumentasi bahwa Singamangaraja XII telah berpindah agama cukup lemah. Sekiranya Singamangaraja memang memeluk agama Islam maka pasti ia akan mengimbau agar rakyatnya juga memeluk agama Islam dan mendirikan mesjid di Tanah Batak. Laporan para penginjil seperti L.I. Nommensen bahwa Singamangaraja telah memeluk agama Islam terutama dimaksud untuk mendiskreditkan Singamangaraja di mata rakyat Batak, dan untuk menggambarkannyamenggambarkan sebagaibahwa Si Singamangaraja bukan lagi hanya musuh pemerintah Belanda. Olehmelainkan sebabjuga itumusuh makasemua kitaorang harusBatak karena telah meninggalkan agama Batak. Hendaknya semua orang bersikap sangat berhati-hati terhadap kesimpulan tentang Si Singamangaraja yang sulit dapat dipertahankan. Dan hendaknya pula semua orang sungguh berhati-hati menyimpulkan sesuatu tentang Si Singamangaraja karena kekuatan kharismatik dan kesaktiannya, menurut keyakinan berbagai pihak, masih dapat terjadi sebagai teguran terhadap orang atau pihak yang telah berlaku ceroboh terhadap kehormatan sang maharaja.
Untuk butir 1 dapat dikatakan bahwa bukan hanya Singamangaraja XII yang tidak boleh makan babi, melainkan hal itu berlaku juga untuk semua Singamangaraja sebelumnya. Pantangan makan babi tidak ada kaitan dengan agama Islam melainkan juga berlaku untuk para raja yang beragama Hindu. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa agama asli Batak sangat kuat pengaruh Hindu. Untuk butir 2, kelewang, matahari, dan bulan bukan lambang yang eksklusif Islam. Selain daripada itu perlu diingatkan bahwa kerajaan Singamangaraja XII dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Islam sehingga tidak mengherankan kalau ia meminjamkan lambang yang juga digunakan oleh para raja Melayu. Khususnya untuk butir 3. cap Singamangaraja telah dianalisis oleh Prof. Uli Kozok <ref> [[Uli Kozok|Kozok, Uli]], (2009), ''Surat Batak: sejarah perkembangan tulisan Batak: berikut pedoman menulis aksara Batak dan cap Si Singamangaraja XII'', École française d'Extrême-Orient, ISBN 979-910-153-0.</ref>. Selain sebuah teks yang memakai [[surat Batak]] (aksara Batak) terdapat pula sebuah teks berhuruf Jawi (Arab Melayu) yang berbunyi; ''Inilah cap maharaja di negeri Teba kampung Bakara nama kotanya hijrat nabi 1304 [?]'' sedangkan dalam [[aksara Batak]] pada cap itu tertulis ''Ahu ma sap tuan Si Singamangaraja tian Bangkara'', artinya "Akulah cap Tuan Si Singamangaraja dari Bangkara". Berdasarkan analisis empat cap Singamangaraja maka Profesor Kozok tiba pada kesimpulan bahwa keempat cap Singamangaraja masih relatif baru, dan diilhami oleh cap para raja Melayu, terutama oleh kerajaan Barus. Pada abad ke-19 huruf Arab-Melayu (Jawi) umum dipakai oleh semua raja di Sumatra sehingga sangat masuk akal bahwa Singamangaraja XII juga menggunakan huruf yang sama agar capnya dapat dibaca tidak hanya oleh orang Batak sendiri melainkan juga oleh orang luar.
 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa argumentasi bahwa Singamangaraja XII telah berpindah agama cukup lemah. Sekiranya Singamangaraja memang memeluk agama Islam maka pasti ia akan mengimbau agar rakyatnya juga memeluk agama Islam. Laporan para penginjil seperti L.I. Nommensen bahwa Singamangaraja telah memeluk agama Islam terutama dimaksud untuk mendiskreditkan Singamangaraja dan untuk menggambarkannya sebagai musuh pemerintah Belanda. Oleh sebab itu maka kita harus bersikap sangat berhati-hati terhadap kesimpulan yang sulit dapat dipertahankan.
 
== Makam ==