Erwin Rommel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Erwin Rommel, Sang Jenderal Gemilang
 
k {{rapikan}}
Baris 1:
{{rapikan}}
Dari semua Jenderal Jerman yang ada pada perang dunia kedua, mungkin nama inilah yang paling terkenal, paling disegani, baik oleh lawan maupun kawan. Tak heran, Winston Churchill sang perdana menteri Inggris_yang waktu itu adalah musuh bebuyutan Jerman_bahkan pernah terang-terangan memberikan salut kepada Jenderal jenius ini di Parlemen. Pada akhir hayatnya ketika ditanya mengapa dia memuji musuh, Churchil mengatakan "Saya tidak menyesal memuji Rommel"
Field Marschall Erwin Rommel atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Sang Rubah Padang Pasir" (The Dessert Fox) adalah pemimpin pasukan Werchmact (A.B. Jerman pada perang dunia kedua) di medan perang Afrika (The Afrika Korps). Pada tahun 1941, baru beberapa minggu setelah menginjakkan kakinya di Libya, kelihaian dan kejeniusan Jenderal Jerman ini langsung terlihat. Beberapa pertempuran melawan sekutu (Inggris) berhasil dimenanginya, sehingga pasukan Jerman saat itu sempat meraih hasil gemilang dengan merebut kota-kota penting di Afrika Utara yang tadinya dikuasai Ingris, kota-kota itu diantaranya Tobruk dan El Alamein. \
Semua ini berkat kecangihan teknologi mesin perang Jerman, dengan pasukan pansernya yang ditakuti, plus dengan kedisiplinan dan kegagahan pasukan Jerman yang chauvinis dan mengklaim dirinya sebagai manusia terunggul. Tapi itu semua tentu saja belum sempurna tanpa kepemimpinan yang baik oleh Rommel.
Sayang, kejeniusan Rommel ternyata tidak terlalu ditanggapi oleh Hitler sendiri, sehingga Afrika Korps waktu itu termasuk salah satu front yang dianaktirikan oleh Sang Fuhrer. Inilah penyebab kekalahan Rommel pada akhirnya di medan teater Afrika.
Dalam perang yang berkepanjangan seperti perang dunia kedua, faktor logistik seperti amunisi, bensin, dan bala bantuan adalah vital. Bagaimanapun unggulnya suatu angkatan perang, apabila dukungan logistiknya lemah, maka kehancuran pasukan perang itu hanya tinggal menunggu waktu.
Dan inilah yang disepelekan oleh Hitler terhadap Rommel.
Afrika Utara jauh dari Jerman, namun pengiriman bala bantuan begitu sedikit hingga tak sebanding dengan jumlah kehilangan yang dialami di medan pertempuran, belum lagi blokade angkatan laut Inggris yang mengancam setiap kapal yang memberikan suply logistik kepada Rommel.
Akibatnya, Afrika Korps pun berangsur-angsur melemah dan akhirnya pada tahun 1943 praktis mengalami kekalahan. Karena dirasa tak mampu lagi memimpin Afrika Korps, Rommel kemudian ditarik kembali ke Eropa, untuk menangani Benteng Atlantik (The Atlantic Wall), yaitu benteng untuk menangkal serbuan sekutu di Perancis, yang pada akhirnya terbukti gagal karena dalam serangan di Pantai Normandi 6 Juni 1944, benteng ini berhasil dijebol sekutu.
Lepas dari kegemilangannya di medan perang, Rommel secara pribadi sebenarnya adalah seorang Jendral yang anti Nazi, dan dia pun pernah berusaha mengkudeta Hitler pada tahun 1945. Sialnya, usaha ini gagal, sebagai akibatnya Rommel dijatuhi hukuman oleh tuannya, dia dipaksa menelan kapsul racun sianida pas beberapa bulan sebelum Jerman menyerah kepada sekutu.
Racun inilah yang akhrnya mengakhiri hidup Sang Bintang, Rubah Padang Pasir, Seorang Pemimpin Hebat, tetapi sayangnya : Hamba dari seorang Tuan Yang Zalim.
Setelah perang usai , walaupun nama Nazi Jerman dikutuk seumur hidup oleh semua manusia beradab di dunia, nama Erwin Rommel tetap dikenal. Beberapa tahun setelah perang dunia kedua usai, sebuah perusahaan produser film Inggris membuat film mengenai dirinya yang berjudul : The Desert Fox.
 
Field Marschall Erwin Rommel atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Sang Rubah Padang Pasir" (The Dessert Fox) adalah pemimpin pasukan Werchmact (A.B. Jerman pada perang dunia kedua) di medan perang Afrika (The Afrika Korps). Pada tahun 1941, baru beberapa minggu setelah menginjakkan kakinya di Libya, kelihaian dan kejeniusan Jenderal Jerman ini langsung terlihat. Beberapa pertempuran melawan sekutu (Inggris) berhasil dimenanginya, sehingga pasukan Jerman saat itu sempat meraih hasil gemilang dengan merebut kota-kota penting di Afrika Utara yang tadinya dikuasai Ingris, kota-kota itu diantaranya Tobruk dan El Alamein. \
 
- Rian Irawan Hariadi-
Semua ini berkat kecangihan teknologi mesin perang Jerman, dengan pasukan pansernya yang ditakuti, plus dengan kedisiplinan dan kegagahan pasukan Jerman yang chauvinis dan mengklaim dirinya sebagai manusia terunggul. Tapi itu semua tentu saja belum sempurna tanpa kepemimpinan yang baik oleh Rommel.
 
Sayang, kejeniusan Rommel ternyata tidak terlalu ditanggapi oleh Hitler sendiri, sehingga Afrika Korps waktu itu termasuk salah satu front yang dianaktirikan oleh Sang Fuhrer. Inilah penyebab kekalahan Rommel pada akhirnya di medan teater Afrika.
Dalam perang yang berkepanjangan seperti perang dunia kedua, faktor logistik seperti amunisi, bensin, dan bala bantuan adalah vital. Bagaimanapun unggulnya suatu angkatan perang, apabila dukungan logistiknya lemah, maka kehancuran pasukan perang itu hanya tinggal menunggu waktu.
 
Dan inilah yang disepelekan oleh Hitler terhadap Rommel.
Afrika Utara jauh dari Jerman, namun pengiriman bala bantuan begitu sedikit hingga tak sebanding dengan jumlah kehilangan yang dialami di medan pertempuran, belum lagi blokade angkatan laut Inggris yang mengancam setiap kapal yang memberikan suply logistik kepada Rommel.
 
Akibatnya, Afrika Korps pun berangsur-angsur melemah dan akhirnya pada tahun 1943 praktis mengalami kekalahan. Karena dirasa tak mampu lagi memimpin Afrika Korps, Rommel kemudian ditarik kembali ke Eropa, untuk menangani Benteng Atlantik (The Atlantic Wall), yaitu benteng untuk menangkal serbuan sekutu di Perancis, yang pada akhirnya terbukti gagal karena dalam serangan di Pantai Normandi 6 Juni 1944, benteng ini berhasil dijebol sekutu.
 
Lepas dari kegemilangannya di medan perang, Rommel secara pribadi sebenarnya adalah seorang Jendral yang anti Nazi, dan dia pun pernah berusaha mengkudeta Hitler pada tahun 1945. Sialnya, usaha ini gagal, sebagai akibatnya Rommel dijatuhi hukuman oleh tuannya, dia dipaksa menelan kapsul racun sianida pas beberapa bulan sebelum Jerman menyerah kepada sekutu.
 
Racun inilah yang akhrnya mengakhiri hidup Sang Bintang, Rubah Padang Pasir, Seorang Pemimpin Hebat, tetapi sayangnya : Hamba dari seorang Tuan Yang Zalim.
 
Setelah perang usai , walaupun nama Nazi Jerman dikutuk seumur hidup oleh semua manusia beradab di dunia, nama Erwin Rommel tetap dikenal. Beberapa tahun setelah perang dunia kedua usai, sebuah perusahaan produser film Inggris membuat film mengenai dirinya yang berjudul : The Desert Fox.