Azwar Anas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 41:
== Latar belakang ==
Azwar Anas dilahirkan di kota Padang, pada tanggal 2 Agustus 1931, dari ayah seorang ahli teknik dan ibu yang hanya tamatan SD. Beliau tumbuh di tengah-tengah keluarga yang agamis dengan didikan ayah yang berwatak keras dan disiplin, dan ibu yang senantiasa mengayomi dan memberikan nasehat akan pentingnya agama dan tanggung jawab. Sejak kecil, ibunda beliau selalu bercerita tentang orang-orang besar, kisah perjuangan Rasulullah SAW dan menanamkan pentingnya Al Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai pedoman hidup bagi anak-anaknya. “Memasuki usia sekolah, selain bersekolah, Bapak dan saudara-saudara yang lain sudah mendapat tugas dari kedua orang tua. Bapak bertugas menyapu dan membersihkan halaman. Selain itu, bersama adik beliau
membeli ikan di Gaung [[Padang]]
dan menjualnya ke langganan-langganan.
Semua itu sebagai latihan kemandirian,” kenang beliau, seraya berpesan kepada generasi muda “jangan pernah malu untuk berbuat sesuatu selama hal itu halal dan diridhoi Allah”. Selain balajar di sekolah formal, Azwar kecil juga menimba ilmu agama di sebuah sekolah agama di daerah tempat tinggalnya, yang saat itu bernama Sekolah Islam Mata Air (SIMA). Sama halnya seperti kebanyakan anak-anak lainnya, sewaktu kecil Pak Azwar juga senang bermain, dan permainan yang paling disukainya adalah sepak bola dan bermain perang- perangan. Beliau juga berkata; “Sewaktu kecil, dikala malam saya
sering memandang ke arah bukit indarung yang berkilauan dengan warna- warni lampunya (pabrik Semen Padang) dari rumah saya di daerah Mata Air, dan saya ingin sekali berada disana…”. Selain itu, berkat cerita- cerita yang selalu diceritakan ibu, beliau juga bercita-cita menjadi seorang seorang pemimpin di masa datang. Dalam hidup ini, beliau mempunyai motto: “Jangan pernah ragu dalam melangkah, tetapkan tujuan
hidup, berdoalah kepada Allah SWT dan berusaha keraslah untuk mencapainya. Jika terbentur pada suatu masalah, jangan lari! Tapi, selesaikanlah masalah itu dengan sabar dan tuntas.” Dengan bekal ilmu dunia dan ilmu agama yang dimilikinya, Azwar Anas
tumbuh dan mampu menyelesaikan pendidikan SMA nya di SMA Permindo (saat ini bernama SMA 1 Padang). Walaupun sempat berpindah ke daerah Kayu Tanam dan Bukittinggi, belajar di SMP 3 Atas Ngarai, melanjutkan ke SMA di Birugo, Bukittinggi, sampai kelas 1 SMA, sebelum akhirnya berpindah lagi ke Padang dan menyelesaikannya di SMA Permindo.
*****
Perjalanan karir Pak Azwar dimulai dengan menjadi Pegawai di Balai Penyelidikan Kimia Bogor pada tahun 1951. Pada usia 26 tahun, tepatnya pada tanggal 12 Juli 1957 di Padang, beliau resmi mempersunting seorang gadis minang bernama Jusmeini. Dari
pernikahannya ini, beliau dianugerahi 3 orang putra dan 2 orang putri. Sejak saat itu, karir Pak Azwar terus menanjak, pada tahun 1958 beliau diangkat menjadi Asisten Luar Biasa di Institut Teknologi Bandung, setahun kemudian diangkat menjadi Dosen Luar Biasa. Akibat adanya kebijakan politik Presiden Soekarno pada waktu itu, beliau
bersama-sama sahabatnya Ir. Mathias Aruf (sekarang Prof. Dr. Ir. Mathias Aruf, dan mengajar di ITB Bandung), utusan dari ITB untuk mengikuti wajib militer dalam rangka pembebasan Irian Barat. Beliau lulus dengan pangkat Letnan Satu (Lettu) Cadangan Militer (WAMIL) pada tahun 1960.
Berkat rahmat dan karunia Allah SWT, Pak Azwar semakin berkibar dan menjabat berbagai instansi dan organisasi, lebih dari 30 jabatan yang pernah beliau duduki. Dan, yang paling berkesan bagi beliaub adalah ketika beliau menjabat sebagai Direktur Utama PT. Semen Padang, disamping itu sekaligus menjadi Presiden Direktur di PT. Semen
Baturaja di Sumatera Selatan pada tahun 1970-1977, Dewan Komisaris PT. Semen Padang pada tahun 1978-1989, Anggota MPR Utusan Daerah selama 15 tahun (1972-1987), Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Barat pada tahun 1977-1987 (2 periode), Menteri Perhubungan Kabinet Pembangunan V pada tahun 1988-1993, mengakhiri karir militernya pada tahun 1993 dengan pangkat Letnan Jendral TNI (Purn), Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kabinet Pembangunan
VI pada tahun 1993-1998 dan Ketua Fraksi Bidang Ekonomi di DPA, disamping itu beliau juga menjabat selaku Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1992-2000. Karena itulah cita-cita yang didambakan beliau semenjak kecil.
Selain itu, ayah dari Ria Prima Pusparini (almarhumah), Ir. Irsyad Riady, MSc, Ir. Irza Faraby, MSc, Ir. Rony Pahlawan, dan Dra. Maya Devita ini sudah dianugerahi 18 buah bintang tanda jasa (dari dalam dan luar negri), 39 buah piagam penghargaan, dan sudah mengunjungi berbagai negara di Benua Asia, Eropa, Amerika dan Australia sepanjang
karirnya. Sebuah prestasi yang sangat mengagumkan.
*****
Saat ini, mengisi masa pensiunnya, Pak Azwar masih tetap aktif di berbagai kegiatan; mulai dari pengajian-pengajian (saat ini beliau menjadi Ketua Umum DPP Persatuan Tarbiyah Islamiyah), menghadiri undangan-undangan, dan sebagai sesepuh masyarakat minang, beliau selalu menjadi tempat bertanya bagi urang awak di perantauan.
Berbicara soal prinsip hidup, beliaupun berkata; “Yang terpenting dalam hidup ini adalah berbuatlah yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama secara ikhlas, berani memperbaiki kesalahan diri dan ikhlas menerima kritik. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 261, bagi mereka-mereka yang selalu ikhlas bekerja diibaratkan sebagai berikut; “Orang-orang yang menafkahkan hartanya, tenaganya, pikirannya, dan lain-lain di jalan Allah, ibarat menanam sebuah biji yang kemudian tumbuh menjadi tujuh tangkai, dan pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji, bahkan Allah melipatgandakan lagi bagi siapa yang dikehendakiNya, dan Allah luas
(karuniaNya), lagi Maha Mengetahui.”
Melihat fenomena remaja saat ini, beliau berpesan kepada generasi muda, selain mempunyai IQ yang bagus (profesional), kita juga harus mempunyai akhlak, budi pekerti, budaya yang baik dan mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi serta selalu bertawakal kepada Allah SWT. “Zikir dan shalat itu penting, karena dengan zikir dan shalat yang baik itu, InsyaAllah kita selalu terpelihara dari segala macam godaan nafsu dunia yang tidak baik” Dalam hal kepemimpinan, beliau mempunyai beberapa tahapan-tahapan langkah untuk dapat menjadi pemimpin yang baik di bidang apapun kita
ditugaskan;
1. Kuasai legalitas (peraturan perundang-undangan), karena seorang pemimpin harus menguasai peraturan-peraturan yang berlaku untuk tugas-tugas tersebut, yang merupakan rambu dalam melangkah dan mengambil keputusan yang tepat.
2. Pelajari secara empiris keberhasilan, hambatan, peluang dan kesempatan (SWOT / Strength, Weakness, Opurtunity, and Threat), karena seorang pemimpin harus mengenali kemampuan dirinya, dan pengalaman- pengalaman terdahulu hal keberhasilan serta membudayakan dan menumbuhkembangkan sistem punish and reward kepada bawahannya.
3. Letakkan sistem manajemen yang tepat, terbuka dan profesional.
4. Jiwa kebersamaan (Social behavior), karena sukses dan keberhasilan akan tercapai apabila semua elemen yang terkait dalam suatu sistem mampu bekerjasama dan saling mendukung.
Diakhir perbincangan, lagi-lagi Pak Azwar mengingatkan, “Apa saja yang akan kita lakukan,berpeganglah selalu pada Al Qur’an dan Sunnah Rasul serta teruslah membaca dan belajar, karena hanya itulah pedoman hidup yang hakiki di dunia ini”.
[[firman jayanua]]
== Pendidikan ==
* SD di Padang, 1944
|