Vitalisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aryokusumo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Aryokusumo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 21:
Menurut catatan perkembangan mikroskop di Belanda pada awal abad ke-17, teori kuman dan penyakit menantang 4 ilmu dasar di kedokteran barat, dimana komposisi sel organ dari anatomi manusia dan analisis molekuler tentang pemeliharaan kesehatan hidup secara perlahan-lahan menjadi semakin dimengerti. Pendapat itu mulai mengurangi kebutuhan akan penjelasan tentang “vital force”.
Meskipun demikian, konsep quasi-vitalist yang bermacam-macam masih digunakan oleh para ilmuwan untuk menjelaskan berbagai kejadian di kehidupan, perkembangan, dan pemikiran manusia. Jons Jakob Berzelius, salah satu dari bapak kimia modern di awal abad ke-19, walaupun dia menolak penjelasan mistik tentang kehidupan, dia berpendapat bahwa regulative force harus ada di dalam makhluk hidup untuk menjaga fungsi tubuhnya. Carl Reichenbach mengembangkan teori Odic Force, sebuah bentuk energi kehidupan yang dapat menyerap benda hidup yang lain. Konsep ini tidak mendapatkan dukungan jika bukan karena wibawa yang dimiliki Reinchenbach. Ketika fisiologi mulai dimengerti yang berkaitan dengan mekanisme fisik. Penjelasan penting mengenai fungsi tubuh mulai ditemukan satu demi satu. Penemuan terakhir yang ditemukan adalah tentang ginjal, tapi penemuan ini gagal diakui setelah percobaan mengesankan oleh Homer Smith pada tahun 1930 yang memperagakan dengan jelas mekanisme filtrasi dan sekresi pada ginjal. Vitalisme sekarang ini menjadi istilah kuno dalam keilmuan dan sering digunakan sebagai istilah yang buruk. Ernst Mayr, asisten penemu filosofi sintesis evolusi dan kritikus vitalisme dan reductionism, menulis pada tahun 2002 setelah perkembangan matematis tentang teori perilaku dan menyatakan:
Landasan dalam Kimia
Konsep vitalisme pada ilmu kimia dapat dilihat kembali pada Jons Jacob Berzelius yang menyebutkan bahwa pada pembagian organik dan anorganik, vital force hanya ada pada ikatan organik.
Baris 43:
Sejumlah fisikawan mulai menganjurkan vitalisme. Niels Bohr adalah salah satu yang pertama yang menunjukkan bahwa hukum khusus tidak ditemukan dalam benda mati dapat beroperasi dalam organisme. Dia memikirkan bahwa undang-undang sejalan dengan hukum fisika kecuali untuk yang terbatas pada organisme. Erwin Schrodinger mendukung dengan ide yang mirip, seperti milik Walter M. Elsasser and Eugene Wigner.
John Scott Haldane mengaodpsi sebuah pendekatan anti-mekanis kepada biologi dan filosofi idealisme pada awal karirnya. Haldane melihat pekerjaannya sebagai indikasi dari kepercayaannya bahwa teleologi merupakan konsep yang penting dalam biologi. Sudut pandangnya dikenal luas bersamaan dengan buku pertamanya
Mulai tahun 1930, vitalisme banyak dijatuhkan oleh banyak biologis. Pada 1931 John Scott Haldane menyatakan :
“Biologis memiliki hampi semua vitalisme yang diabaikan sebagai pengetahuan yang diyakini”
|