Sahwa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{inuse|7 Desember 2012}} '''Sahwa''' adalah peristiwa dalam sejarah Korea yang merujuk kepada kejatuhan seonbi dan rangkaian pembersihan bersifat politik pada akh...'
 
Cun Cun (bicara | kontrib)
Baris 12:
==Pembersihan Literati Kedua tahun 1504==
Pembersihan Literati Kedua tahun 1504 atau Gapja Sahwa terjadi ketika Yeonsangun akhirnya mengetahui bahwa ibu kandungnya bukanlah Ratu Junghyeon namun Permaisuri Yun (yang dieksekusi pada tahun 1482 karena meracuni salah satu selir Seongjong dan mencakar wajah raja). Ketika Yeonsangun mengetahui secara rinci kematian ibunya dan diperlihatkan kepadanya sepotong pakaian yang kena bercak darah setelah ia diberi minum racun, ia membunuh 2 orang selir Seongjong yang bertanggung jawab atas kematian ibunya dan memerintahkan eksekusi para pejabat yang menginginkan Permaisuri Yun mati. Kejadian ini ikut mengejutkan faksi Hungu dan Sarim, termasuk orang-orang yang bertanggung jawab pada peristiwa pembersihan literati pertama. Sebanyak 36 orang pejabat disuruh minum racun dan 8 jenazah mereka yang sudah meninggal dibongkar dan dimutilasi. Total kematian lebih besar karena keluarga para korban juga dihukum. Anggota keluarga yang laki-laki dieksekusi dan wanita dijadikan budak. Pada akhirnya, ada sebanyak 239 pejabat yang menjadi korban eksekusi, pengasingan, atau dicopot dari jabatan. Yeonsangun akhirnya disingkirkan oleh sisa-sisa faksi Hungu dan adiknya yang lain ibu naik tahta jadi Raja Jungjong pada tahun 1506.
 
==Pembersihan Literati Ketiga tahun 1519==
Pembersihan Literati Ketiga yang tahun 1519 disebut juga dengan Gimyo Sahwa adalah pembersihan literati yang paling banyak dibicarakan dalam sejarah Joseon. Pada saat ini Faksi Sarim sudah berhasil mendapatkan kekuatan politik dan sedang dalam proses kebangkitan.
 
Jungjong berusaha menyingkirkan para pendukung Yeonsangun dan mengembalikan kedamaian seperti masa Seongjong, namun kekuatannya terbatas dikarenakan munculnya tokoh-tokoh pemberontak Yeonsangun yang mendukungnya naik tahta. Baru ketika 3 orang di antara mereka meninggal karena usia lanjut atau sakit, Jungjong mulai memperkuat kedudukan dan mencari cara untuk menjatuhkan kekuatan Faksi Hungu. Ia kemudian bertemu dengan Jo Gwang-jo, pemimpin muda Sarim yang kemudian menjadi sahabat kepercayaannya. Jungjong sangat percaya kepadanya sehingga Jungjong membatalkan rencana perang meskipun Jo adalah satu-satunya penentang keputusan itu. Dengan dukungan Jungjong, Jo dijadikan Inspektur Jendral hanya setelah 4 tahun memasuki dunia politik dalam sebuah kenaikan jabatan yang tak dikira-kira. Hal ini membuat banyak para sarjana Sarim dari daerah pergi ke ibukota. Di bawah kepemimpinannya, Faksi Sarim melaksanakan banyak pembaharuan dengan mendirikan sistem pemerintahan lokal sendiri bernama Hyangyak. Mereka juga membuat reformasi tanah dengan mendistribusikan lahan secara adil dan membatasi kepemilikan lahan oleh orang kaya. Selain itu, mereka juga menyebarluaskan pendidikan Konfusianisme dengan tulisan yang mudah dipahami dan mengurangi jumlah orang yang diperbudak. Jo Gwang-jo percaya bahwa orang-orang yang berpotensi termasuk budak berhak menjadi pejabat. Suatu saat Jo bertemu dengan tukang daging yang tak bernama atau tukang samak dari kelas rendah, mereka sama-sama berdiskusi tentang masalah negara. Rakyat jelata ini mendukung keputusan dan tindakan Jo. Berdasarkan Babad Dinasti Joseon, tak seorang pun pejabat yang berani menerima suap atau menguras harta rakyat pada masa ini dikarenakan peraturan yang diberlakukan oleh Kantor Inspektur Jendral. Ia dikagumi oleh rakyat jelata. Ketika ia muncul di jalan, orang-orang berkumpul dan menyambutnya “tuan kita sudah datang”, menurut sarjana [[Yi I]].
 
Namun, reformasi radikal ini menimbulkan penolakan dari Faksi Hungu. Jo yang menghukum orang-orang yang dianggapnya menjadi “pahlawan” dalam pembersihan tahun 1506, menyebabkan lebih banyak orang yang menentang dan menjadi musuhnya. Mereka yang mengaku ikut berpartisipasi dalam pembersihan 1506 sebenarnya hanya ikut-ikutan. Hak-hak khusus yang mereka nikmati seperti keringanan pajak dan komisi yang cukup besar akhirnya dihapuskan oleh Jo. Pada awal tahun 1519, terungkap beberapa rencana pembunuhan Jo yang disusun oleh Faksi Hungu.
 
Karakter Jo Gwang-jo yang tegas dan permintaanya yang terlalu sering agar raja mendukung program radikalnya, lama kelamaan mengganggu sang raja. Lebih lanjut, Permaisuri Gyeong dari klan Park dan Permaisuri Hui dari klan Hong (putri Kepala Faksi Hungu, Hong Gyeong-ju) bersuara lantang memprotes Jungjong dan Jo Gwang-jo dengan mempertanyakan benarkah Jo setia kepada raja sementara dukungan populer tidak lagi didapat sang raja. Atas permintaan Hong Gyeong-ju, Menteri Upacara Nam Gon, Sim Jung, beserta tokoh Hungu lain memberitahukan kepada raja bahwa sebenarnya rakyat di luar sana mengatakan Jo Gwang-jo lah yang memimpin negara dan memintanya menjadi raja. “Walau ia setia, ia tidak akan dapat menghentikan para pendukungnya”, kata mereka kepada Jungjong.
 
Berdasarkan Babad Dinasti Joseon, Nam Gon kemudian menulis sindiran untuk Jo “ Ju Cho akan menjadi raja” dengan daun mulberi yang dilumuri madu dan air gula agar ulat-ulat datang. Ketika hanja ju dan cho disambung, akan membentuk huruf “jo” yang merupakan marga Jo Gwang-jo. Permaisuri Gyeong dan Hui menunjukkan sindiran ini kepada raja dan mempengaruhinya bahwa ini adalah peringatan Tuhan bahwa Jo akan merebut tahta setelah mengeliminasi Faksi Hungu. Raja Jungjong yang juga naik tahta karena pembalikan kekuasaan raja terdahulu, mulai terpengaruh cerita tersebut dan kehilangan kepercayaan terhadap Jo Gwang-jo. Kepercayaan seperti ini populer pada awal pembentukan Joseon ketika Goryeo jatuh. Ketika itu ada ungkapan “putra kayu akan memenangkan negara”. Ketika dua hanja yang bermakna kayu dan putra dikombinasikan, mereka membentuk huruf yi, yang merupakan marga Yi Seong-gye. Ia menyingkirkan raja Goryeo yang terakhir dan menggalang dukungan dengan mempergunakan ungkapan ini sebagai perintah dari Tuhan.
 
Merasa yakin bahwa Jungjong tidak percaya lagi kepada Jo Gwang-jo, Hong Gyeong-ju memasuki istana untuk mewanti-wanti raja bahwa istana akan dipenuhi para pendukung Jo dan tak seorangpun yang bisa menentangnya secara terbuka. Ketika Jo membuat petisi kepada raja agar memotong hak-hak khusus orang-orang berkontribusi palsu dalam pembersihan 1506, kecurigaan Jungjong semakin besar. Jungjong mengirim surat rahasia kepada Hong, mengungkapkan ketakutannya bahwa Jo Gwang-jo selanjutnya akan meligitimasi kekuasaan lewat kudeta dan berbalik melawannya.
 
[[Kategori:Sejarah Korea]]