Irwandi Yusuf: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
}}
 
'''Irwandi Yusuf''' atau lengkapnya '''drh. Irwandi Yusuf M.Sc.''' (lahir di [[Bireuen]], [[Nanggroe Aceh Darussalam]], [[2 Agustus]] [[1960]]) adalah [[Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam|Gubernur]] [[Nanggroe Aceh Darussalam]] sekarang ini. Bersama wakilnya, ia dilantik pada [[8 Februari]] [[2007 oleh]] [[Menteri Dalam Negeri (Indonesia)|Menteri Dalam Negeri]] [[Mohammad Ma'ruf]]. Jabatannyadi direncanakanhadapan berakhir67 padaanggota tahun[[Dewan 2012Perwakilan Rakyat Daerah|DPRD NAD]].
 
Hadir dalam pentikan itu adalah [Menteri Komunikasi dan Informatika]] [[Sofyan Djalil]] dan sejumlah anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat|DPR-RI]] seperti [[Ferry Mursidan Baldan]], [[Ahmad Farhan Hamid]], serta [[Nasir Djamil]]. Undangan dari luar negeri di antaranya [[Duta Besar Inggris untuk Indonesia|Duta Besar Inggris]], [[Duta Besar Kanada untuk Indonesia|Duta Besar Kanada]], [[Duta Besar Finlandia untuk Indonesia|Duta Besar Finlandia]], serta [[Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia|Wakil Duta Besar Amerika Serikat]]. Perwakilan sejumlah lembaga internasional, seperti [[Bank Dunia]] dan [[Uni Eropa]] juga hadir.
 
Setelah pelantilan, bersama wakil gubernur, Irwandi menghadiri pesta ''peusijuk'' atau tepungtawar yang dihadiri sekitar 5000 orang di [[Taman Ratu Safiatudin]] ([[Kota Banda Aceh]]). Tokoh-tokoh GAM dan [[Sentral Informasi Referendum Aceh]] (SIRA) dari berbagai daerah hadir dalam acara pelantikan. Tokoh GAM tua [[Malik Mahmud]] dan [[Usman Lampoh Awe]] juga hadir. Masa jabatan Irwandi sendiri direncanakan berakhir pada 2012.
 
Sebelumnya, ia memenangi [[Pemilihan Kepala Daerah Nanggroe Aceh Darussalam 2006|Pilkada NAD 2006]] dari calon independen (non-partai). Ia berpasangan dengan [[Muhammad Nazar|Muhammad Nazar, S. Ag.]]. Pilkada yang dilaksanakan pada [[11 Desember]] [[2006]] mampu menghantarkannya sebagai pemimpin kepala daerah pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat daerah.
 
==Biografi==
Semenjak kecil, ia terpesona dengan ilmu pertanian. Setelah tamat sekolah diniyah, dia melanjutkan ke [[Sekolah Penyuluhan Pertanian]] di [[Saree]] dan kuliah di Faktultas Kedokteran Hewan [[Universitas Syiah Kuala]], [[Banda Aceh]]. Setelah meraih gelar kedokteran hewan ([[1987]]), dia menjadi dosen sejak tahun 19881989 untuk jurusan yang sama hingga terpaksa ditinggalkannya karena tampil sebagai kandidat kuat gubernur pada pilkada 2006. Pada [[1993]], ia memperoleh beasiswa untuk melanjutkan S-2 pada College of Veterinary Medicine State University ([[Universitas Negeri Oregon]]), [[Amerika Serikat]].
 
Dia juga merintis berdirinya lembaga swadaya Fauna dan Flora Internasional pada 1999-2001 dan pernah bekerja di [[Palang Merah Internasional]] (ICRC) pada tahun 2000. Selain sebagai senior Representative GAM (TNA) untuk Misi Pemantau Aceh (AMM). Ia masuk [[Gerakan Aceh Merdeka]] atau GAM dan dipercaya menduduki posisi Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM selama 1998-2001. Rekan sesama dosen sampai terheran-heran dengan langkah pindah haluan 180 derajat itu.
 
Seorang teman bertanya kepadanya, "Kamu orang pandai, kenapa masuk GAM?" Mendengar pertanyaan itu, ia balik bertanya, "Saya yang kamu bilang pandai saja masuk GAM, kmu tunggu apa lagi?" Akibat sikapnya itu, ia kemudian berurusan dengan aparat keamanan dan ditangkap pada awal 2003. Ia divonis 9 tahun dalam [[Kasus Makar|kasus Makar]].
 
[[Bencana Tsunami Aceh|Tsunami Aceh]] pada [[26 Desember]] [[2004]] melepaskan dirinya dari [[Penjara Keudah|penjara Keudah]], [[Banda Aceh]]. Ia melarikan diri ke [[Finlandia]]. Banyak orang mengira riwayat hidupnya sudah tamat. Ternyata, ia dipercaya petinggi GAM di [[Swedia]] sebagai Koordinator Juru Runding GAM. Saat rapat pertama di Aceh Monitoring Mission, hanyadia dirinyatampil yangsebagai hadirkoordinator mewakiliJuru Runding GAM di Aceh (2001-2002).
 
"Mungkin karena isi buku ''Singa Aceh'' yang begitu melekat di kepala, saya kemudian masuk GAM," kata Irwandi kepada wartawan Tempo pada Desember 2006. Ia yang tak mewakili partai manapun sudah membaca buku itu semenjak berumur tujuh tahun. Cerita tentang kepahlawanan [[Tokoh Aceh|tokoh-tokoh Aceh]] di masa kerajaan itu seperti menembus waktu dan merasuk dalam dirinya. Inspirasi dari para tokoh Aceh tersebut membuat pilihannya berjuang bersama GAM daripada menjadi dokter hewan.