Minahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 20:
Pemerintahan kerajaan di Sulawesi Utara berkembang menjadi kerajaan besar yang memiliki pengaruh luas ke luar Sulawesi atau ke Maluku. Pada 670, para pemimpin suku-suku yang berbeda, yang semua berbicara bahasa yang berbeda, bertemu dengan sebuah batu yang dikenal sebagai Watu Pinawetengan. Di sana mereka mendirikan sebuah komunitas negara merdeka, yang akan membentuk satu unit dan tetap bersama dan akan melawan setiap musuh luar jika mereka diserang. Bagian anak Suku Minahasa yang mengembangkan pemerintahannya sehingga memiliki pengaruh luas adalah anak suku Tonsea pada abad 13, yang pengaruhnya sampai ke Bolaang Mongondow dan daerah lainnya. Kemudian keturunan campuran anak suku Pasan Ponosakan dan Tombulu yang membangun pemerintahan kerajaan dan terpisah dari ke empat suku lainnya di Minahasa. Baca tulisan David DS Lumoindong mengenai Kerajaan di Sulawesi Utara.
 
== EtimologiMinahasa ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Erewacht te Minahasa TMnr 10001884.jpg|thumb|250px|Prajurit MinahasaWARANEY]]
'''Minahasa''' secara etimologi berasal dari kata Mina-Esa (Minaesa) atau [[Maesa]] yang berarti jadi satu atau menyatukan, maksudnya harapan untuk menyatukan berbagai kelompok sub-etnik Minahasa yang terdiri dari [[Tontemboan]], [[Tombulu]], [[Tonsea]], Tolour ([[Tondano]]), [[Tonsawang]], [[Ponosakan]], [[Pasan]], dan [[Bantik]].
 
Nama "Minahasa" sendiri baru digunakan belakangan. "Minahasa" umumnya diartikan "telah menjadi satu". Palar mencatat, berdasarkan beberapa dokumen sejarah disebut bahwa pertama kali yang menggunakan kata "minahasa" itu adalah [[J.D. Schierstein]], [[Residen]] [[Manado]], dalam laporannya kepada [[Gubernur]] [[Maluku]] pada [[8 Oktober]] [[1789]]. "Minahasa" dalam laporan itu diartikan sebagai ''Landraad'' atau "Dewan Negeri" (Dewan Negara) atau juga "Dewan Daerah".
 
Nama '''Minaesa''' pertama kali muncul pada perkumpulan para "[[Tonaas]]" di [[Watu Pinawetengan]] (Batu Pinabetengan). Nama '''Minahasa''' yang dipopulerkan oleh orang Belanda pertama kali muncul dalam laporan Residen [[J.D. Schierstein]], tanggal 8 Oktober 1789, yaitu tentang perdamaian yang telah dilakukan oleh kelompok sub-etnik [[Bantik]] dan Tombulu (Tateli), peristiwa tersebut dikenang sebagai "[[Perang Tateli]]". Adapun suku Minahasa terdiri dari berbagai anak suku atau Pakasaan yang artinya kesatuan: Tonsea (meliputi [[Kabupaten Minahasa Utara]], [[Kota Bitung]], dan wilayah Tonsea Lama di Tondano), anak suku Toulour (meliputi [[Tondano]], [[Kakas]], [[Remboken]], [[Eris]], [[Lembean Timur]] dan [[Kombi]]), anak suku Tontemboan (meliputi [[Kabupaten Minahasa Selatan]], dan sebagian [[Kabupaten Minahasa]]), anak suku Tombulu (meliputi [[Kota Tomohon]], sebagian Kabupaten Minahasa, dan Kota Manado), anak suku Tonsawang (meliputi [[Tombatu]] dan [[Touluaan]]), anak suku Ponosakan (meliputi [[Belang]]), dan Pasan (meliputi [[Ratahan]]). Satu-satunya anak suku yang mempunyai wilayah yang tersebar adalah anak suku Bantik yang mendiami negeri [[Maras]], [[Molas]], [[Bailang]], [[Talawaan Bantik]], [[Bengkol]], [[Buha]], [[Singkil]], [[Malalayang]] (Minanga), [[Kalasey]], [[Tanamon]] dan [[Somoit]] (tersebar di perkampungan pantai utara dan barat Sulawesi Utara). Masing-masing anak suku mempunyai bahasa, kosa kata dan dialek yang berbeda-beda namun satu dengan yang lain dapat memahami arti kosa kata tertentu misalnya kata [[kawanua]] yang artinya sama asal kampung.
 
== Asal Usul Orang Minahasa ==