Batanghari Sembilan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Sumatra Selatan +Sumatera Selatan) |
|||
Baris 8:
Alat yang dipergunakan untuk mengiringi tembang, di masa lalu masyarakat memiliki alat-alat musik tradisional seperti Serdam, Ginggung, Suling, Gambus, Berdah dan Gong alat tersebutlah yang mengikuti rejung atau tembang atau adakalanya mereka melantunkan tembang tanpa alat dan tanpa syair “meringit”. Selain ini adalagi sastra lisan seperti guritan, andai-andai, memuning dan lain-lain saat ini sudah langka yang dapat melakukannya. Dengan kemajuan yang dilalui, masyarakatnya berinteraksi dengan peralatan moderen, menyebabkan alat tradisional tersebut bertambah atau berganti alat-alat baru seperti Accordion (ramanika), Biola (piul) dan Guitar (itar). Sejak tahun enam puluh-an didominasi oleh [[Gitar]] Tunggal ( hanya mempergunakan dan hanya satu gitar saja ) untuk mengiringi tembang. Tembang tersebut biasanya hanyalah berupa [[Pantun]] empat kerat bersajak a-b a-b, bahasa yang dipergunakan adalah bahasa melayu.
Sekedar contoh dalam lagu batang hari sembilan bait Syairnya adalah seperti ini:
Kain abang bejait tangan
Belapik tikae batang padi
Ghimbe kuang bukan alangan
Kalu Kendaan kan di jalani
Kalau kita terjemahkan secara bebas ke dalam bahsa Indonesia maka artinya seperti ini:
Kain merah dijahit dengan tangan
Beralas tikar batang padai
Hutan rimba lebat bukan halangan
Kalau kemauan akan dijalani.
Lagu batang hari sembilan seringkali dibawakan oleh anak bujang sambil berjalan berkunjung ke rumah gadis dari dusun ke dusun dengan diiringi oleh gitar tunggal. Disebut gitar tunggal karena biasanya cocoknya dan mudahnya diiringi oleh satu gitar. Bahkan sampai sekarang saya belum pernah mendengar bahwa lagu tersebut diiringi oleh dua gitar sekaligus. Sambil berjalan di kesunyian malam di masa lalu bujang2 membawakan lagu batang hari sembilan yang umumnya berkisah tentang romantika kehidupan bujang dusun pada masa itu.
== Nuansa Estetika ==
|