Suparna Sastra Diredja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mssetiadi (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Suparna dilahirkan dari keluarga Abdul Sastra Diredja ([[1885]]-[[1968]]) dan Nyi Emi Resmi ([[1896]]-[[1970]]) di desa Tarogong, Jawa Barat. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, sementara ayahnya seorang [[guru]] sekolah dasar di Garut.
Suparna menempuh pendidikannya di [[EuropescheEuropeesche Lagere School]] di [[Cicalengka, Bandung|Cicalengka]], lulus pada [[1930]], lalu melanjutkan ke [[MULO]] di [[Bandung]], dan lulus pada [[1933]]. Dari situ ia melanjutkan pendidikannya di [[AMS|Algemene Middelbare School]] (AMS) di [[Batavia]], dan selesai pada [[1936]].
 
== Menjadi aktivis ==
Baris 18:
Ia memimpin kantor Badan Penolong Prajurit Pekerja, sebuah lembaga setengah resmi di Priangan. Badan ini dibentuk untuk membantu keluarga-keluarga para [[romusha]]. Suparna menggunakan lembaga ini untuk mengorganisasi dapur umum untuk membantu rakyat yang kelaparan.
 
Setelah [[Perang Dunia II]], segera setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Suparna mendirikan ''[[Angkatan Pemuda Indonesia]]'', sebuah organisasi pemuda bersenjata di Bandung. Ia terpilih sebagai anggota [[Komite Nasional Indonesia]], badan perwakilan rakyat sementara, untuk distrik Bandung dan [[Priangan]]. Kemudian ia menjadi kepala departemen logistik dari organisasi bersenjata dan anggota Dewan Nasional untuk Rencana Pembangunan. Ia ikut serta dalam delegasi Indonesia pada perundingan-perundingan dengan pihak Belanda, khususnya menyangkut masalah-masalah perkebunan.
Menjelang kemerdekaan Indonesia, ia terlibat dalam berbagai upaya persiapannya dan sempat pula menjadi anggota [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] di [[Yogyakarta]].
 
== Setelah kemerdekaan ==
Suparna adalah salah satu pendiri serikat buruh perkebunan yang bernama [[Sarekat Buruh Perkebunan Republik Indonesia]] (Sarbupri) pada [[1947]] dan menjabat sebagai sekretaris jenderalnya hingga [[1965]]. Ia juga menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat serikat buruh [[SOBSI]].
 
Setelah [[pemilihan umum 1955]] Suparna menjadi anggota Dewan Konstituante mewakili fraksi PKI. Setelah nasionalisasi tanah-tanah perkebunan asing, ia ditunjuk sebagai direktur Perkebunan Negara Dwikora di [[Subang]], [[Jawa Barat]].
 
== Hidup di pengasingan ==
KetikaPada [[G30SSeptember]] meletus[[1965]], Suparna kebetulanikut sedangserta beradadalam didelegasi [[DPR|DPR-GR]] ke [[Korea Utara]] dan [[Tiongkok]]. sehinggaDalam kunjungan itu, Suparna kebetulan harus dirawat di rumah sakit di Tiongkok dan karena itu ia tidak dapat segera kembali ke Indonesia. Bersamaan dengan itu, terjadi perkembangan lain di tanah air, khususnya setelah meletusnya [[G30S]]. Karena itu Suparna tidak sempat ditangkap ataupun dilenyapkan seperti kebanyakan orang [[komunisme|komunis]] atau yang dicurigai sebagai komunis. Akhirnya Suparna tinggal di Tiongkok selama 12 tahun. Betapapun juga ia tidak merasa bebas di Tiongkok karena ia tidak dapat berhubungan dengan sanak keluarga dan teman-temannya di Indonesia. Karena itulah pada [[1978]] ia pindah ke Belanda dan memperoleh [[suaka politik]] di negara itu.
 
Di Belanda, sejak awal sekali Suparna telah aktif dalam gerakan-gerakan untuk [[demokrasi]] dan [[hak asasi manusia]] di Indonesia. Ia ikut serta dalam berbagai aksi, menulis artikel, menyampaikan informasi lisan dan tertulis tentang situasi di Indonesia. Ia menjadi anggota dewan pengurus SKBSI, Aksi Setia Kawan, dan sekretaris Yayasan Perhimpunan Indonesia. Bersama-sama dengan sejumlah temannya ia menerbitkan artikel-artikel dan tulisan-tulisan lain menyangkut Indonesia. Ia menjadi bendahara yayasan ini. Selain itu, sejak [[1982]] Suparna juga menjadi anggota [[Partai Komunis Belanda]].
Pada [[1978]] Suparna pindah ke Belanda dan meninggal dunia pada [[1996]]. Selama di Belanda, Suparna juga aktif dalam [[Partai Komunis Belanda]].
 
== Keluarga ==