Kota Pekanbaru: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
VoteITP (bicara | kontrib)
Baris 373:
Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan jalan yang tersambung dari arah [[Padang]] di sebelah barat, [[Medan]] di sebelah utara, dan [[Jambi]] di sebelah selatan. [[Terminal Bandar Raya Payung Sekaki]] merupakan pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi regional, bandara, dan pelabuhan.
 
[[Bandara Sultan Syarif Kasim II]] menjadi salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah satu bandara internasional di pulau [[Sumatera]]. Berdasarkan data yang diperoleh dari [[Angkasa Pura II]] pada tahun 2011 penumpang yang melalui bandara ini mencapai angka 1.259.9933 penumpang per tahun.<ref>www.angkasapura2.co.id [http://www.angkasapura2.co.id/commercial/?CdAirport=PKU Passenger] (diakses pada 7 Januari 2013)</ref>
 
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di tepi [[Sungai Siak]] dan berjarak 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di [[Kepulauan Riau]], seperti [[Tanjungpinang]] dan [[Batam]].
 
Selain itu, [[Transmetro Pekanbaru]] merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota Pekanbaru dan wilayah Metronya, sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemacetan di kota ini.
 
Pada masa pendudukan tentara [[Jepang]], dilakukan pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Pekanbaru menuju [[Padang]] melalui [[Sawahlunto]]. Proyek ini sebelumnya telah direncanakan pada masa pemerintahan [[Hindia-Belanda]] dan diselesai pada 15 Agustus 1945,<ref>Dulm, J. van, et al. Geïllustreerde atlas van de Japanse kampen in Nederlands-Indië, 1942-1945 Purmerend: Asia Maior, 2000-2002, 2 vols.</ref><ref>Hovinga, Henk, Eindstation Pakan Baroe 1944-1945: dodenspoorweg door het oerwoud Amsterdam: Buijten & Schipperheijn, 1982.</ref> walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah diaktifkan lagi.