Azwar Anas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
koreksi, berdasarkan sumber
Baris 52:
 
=== Masa awal kemerdekaan ===
Berita [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|diproklamasikannya]] kemerdekaan [[Indonesia]] pada 17 Agustus 1945 baru disebarluaskan ke [[Kota Padang|Padang]] oleh [[Muhammad Sjafei]] sekitar akhir bulan Agustus.{{sfn|Yusra|2011|pp=19}} Namun pada 10 Oktober 1945, tentara Sekutu, yang semula ditugaskan untuk melucuti serdadu Jepang dan mengambil para tawanan Jepang, telah merapat ke [[pelabuhan Teluk Bayur]], tetapi kedatangan ini dicurigai oleh para pemuda di Padang ikut menyertakan tentara [[Belanda]]. Kecurigaan ini ternyata benar sehingga ketegangan mulai meningkat di Padang. Kantor-kantor pemerintahan di Padang mulai dipindahkan ke luar kota, termasuk kantor tempat ayahnya bekerja dipindahkan ke [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]], sehingga keluarganya kemudian pindah ke tempat itu, sedangkan ia dan adiknya yang bernama Akil tetap menetap di Padang.{{sfn|Yusra|2011|pp=20}} Namun karena Padang dirasakan tidak aman lagi setelah pembunuhan [[Bagindo Azizchan]] oleh tentara Belanda,{{sfn|Yusra|2011|pp=23}} ia dan adiknya menyusul keluarganya yang ternyata telah berpindah ke [[Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}} Di kota berhawa sejuk itu, ia tetap meneruskan sekolahnya; ia dimasukkan ke [[SMP Negeri 1 Bukittinggi]], tetapi kemudian pindah ke [[SMP Negeri 3III Bukittinggi]] dan setelah tamat ia masuk ke [[SMA Negeri 1 Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}}
 
Tidak lama setelah ibu kota Indonesia di [[Yogyakarta]] diduduki oleh Belanda, [[Syafruddin Prawiranegara]] bersama [[Daftar tokoh Minangkabau|tokoh Minangkabau]] lainnya membentuk [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) di Bukittinggi. Pada saat itu, ketika berlangsungnya [[Agresi Militer Belanda II]], keluarganya pindah ke [[Barulak, Tanjung Baru, Tanah Datar|Barulak]], [[Tanah Datar]], kemudian setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatera Barat pada 19 Agustus 1948, keluarganya kembali pindah ke Padang. Di Padang, ia bersekolah di SMA Permindo (kini [[SMA Negeri 1 Padang]]) sampai tamat pada tahun 1951.{{sfn|Yusra|2011|pp=30}} Setamat SMA, ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Jawa, karena pada saat itu di Sumatera Barat belum ada perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginannya.{{sfn|Yusra|2011|pp=33}} Oleh sebab itu, dalam suatu perundingan dengan keluarganya, ia menyampaikan keputusannya untuk merantau ke [[Jakarta]].{{sfn|Yusra|2011|pp=35}}