Ludwig Ingwer Nommensen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 27:
[[Berkas:Raja-raja.jpg|thumb|kanan|Para Raja di Tanah Batak, 1890]]
Karena kehadiran para [[misionaris]] tidak disetujui oleh sebagian raja, terutama oleh mereka yang berpihak pada Si Singamangaraja XII, maka pada bulan [[Januari 1878]], [[Singamangaraja]] sebagai raja yang memiliki kedaulatan atas [[Silindung]], memberi ultimatum kepada para zendeling RMG untuk segera meninggalkan Silindung.<ref name="Kozok"/> Pada akhir Januari, Nommensen meminta kepada pemerintah kolonial Belanda untuk mengirim tentara untuk segera menaklukkan [[Tanah Batak]] yang pada saat itu masih merdeka.<ref name="Kozok"/> Pada awal tahun [[
Setelah Silindung dan Toba ditaklukkan dalam [[Perang Toba I]], ''[[Batakmission]]'' (zending Batak) mengalami kemajuan dengan pesat, khususnya di daerah Utara.<ref name="Kozok"/> Nommensen berhasil meyakinkan ratusan raja untuk berhenti mengadakan perlawanan.<ref name="Kozok"/> Tentunya, hal ini dapat terjadi setelah Nomensen meyakinkan kembali masyarakat bahwa ia bukan kaki tangan Belanda dan kedatangannya untuk membawa kebaikan.<ref name="Aritonang"/> Hal ini nampak dalam tindakan keseharian Nommensen bagi orang-orang Batak waktu itu.<ref name="Aritonang"/> Contoh beberapa raja yang akhirnya bersikap positif ialah Raja Pontas Lumbantobing (Sipahutar), Ompu Hatobung (di Pansurnapitu), Kali Bonar (di Pahae), Ompu Batu Tahan (di Balige), dan lainnya. <ref name="Aritonang"/> Pada tahun [[1881]], Nommensen memindahkan tempat tinggalnya ke kampung [[Sigumpar]], dan ia tinggal di sana sampai akhir hayatnya.<ref name="Kruger">{{id}}Muller Kruger. Sejarah Gereja di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 218. </ref> Pada tahun kematiannya, Batakmission (cikal bakal [[Huria Kristen Batak Protestan]] (HKBP) mencatat jumlah orang Batak yang dibaptis telah mencapai 180.000 orang.<ref name="Kozok"/>
|