Kabupaten Sarolangun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rafihn (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Rafihn (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 36:
 
Luas wilayah administratif Kabupaten Sarolangun meliputi 6.174 Km2, terdiri dari Dataran Rendah 5.248 Km2 (85%) dan dataran tinggi 926 Km2 (15%). Secara administratif pada awal berdirinya Kabupaten Sarolangun terdiri atas 6 kecamatan, 4 kelurahan dan 125 desa. sampai dengan tahun 2010 Kabupaten Sarolangun terdiri dari 10 kecamatan, 9 kelurahan dan 134 desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 214.036 jiwa dengan kepadatan penduduk 32 jiwa/Km2, rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun mencapai 2,48 persen.
 
Tujuan dan sasaran pada setiap misi yang akan dijalankan akan memberikan arahan bagi pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan terkait aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum maupun urusan terkait aspek daya saing daerah.
 
ada 5 (lima) prioritas Kabupaten Sarolangun yang akan dilaksanakan yaitu :
1. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas Infrastruktur dasar pelayanan umum, pemerintahan, perekonomian dan sosial budaya.
2. Meningkatkan perekonomian masyarakat dan daerah melalui percepatan program-program pro rakyat
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kapasitas kelembagaan dan kompetensi aparatur pemerintahan
5. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan tata kehidupan masyarakat yang agamis, berbudaya dan harmonis dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 
Kabupaten Sarolangun memiliki nilai luhur yang dapat membangun suatu tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nila-nilai tersebut antara lain adalah:
Baris 59 ⟶ 50:
(11) Akuntabilitas, yang tercermin dari seloko adat “tangan mencencang bahu memikul – jangan lain biduk ditarik, lain galang diletak – lain ranting lain bungo – lain dahan lain buah – lain batang lain tuneh” mengandung makna bahwa setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan harus dapat dipertanggung jawabkan secara benar kepada masyarakat luas.
 
'''Potensi'''
Adapun potensi yang dimiliki oleh Kabupaten dan mempunyai peluang untuk dikembangkan adalah potensi pertambangan, kehutanan, Perkebunan, Perikanan dan Pariwisata.
1. # Potensi Pertambangan
Bahan galian Golongan A, terdiri dari :
:a). Minyak Bumi
:Bahan tambang minyak bumi di Kecamatan Sarolangun yang telah dieksploitasi oleh PT. Bina Wahana Petrindo (BWP) meruap sebanyak 4 (empat) sumur dengan jumlah produksi 1.000-2.000 barel/hari. Sedangkan di Kecamatan Limun saat ini sedang dieksploitasi oleh PT. Petro China dengan kapasitas produksi sebesar 120 juta barel yang berada di Desa Teluk Rendah, Desa Lubuk Resam dan Desa Pulau Pandan.
:b). Batu Bara
:Potensi Batu Bara yang terdapat di Kabupaten Sarolangun berada di Kecamatan Mandiangin, Pauh, Limun dan Batang Asai. Batu Bara yang telah diketahui depositnya yakni sebesar 6 juta ton dengan nilai kalori 5.000–6.000 kkal/gr berlokasi di Sungai Dingin Kecamatan Limun. Sedangkan Batu Bara yang berada di Desa Guruh Baru Kecamatan Mandiangin memiliki nilai kalori sekitar 4.820–5.455 kkal/gr sementara Batu Bara yang berlokasi di Desa Lubuk Napal I, Lubuk Napal II, Mensao, Mengkua dan Lubuk Kepayang belum terukur nilai kalorinya.
:
 
Bahan galian Golongan B, terdiri dari :
:a). Emas
:Kandungan emas terdapat disepanjang alur sungai di Kecamatan Batang Asai dan Kecamatan Limun. Alokasi yang telah diketahui kadar emasnya yakni di Kecamatan Limun yang beralokasi di Sungai B.limun dengan kadar emas sebesar 3,34 gr/ton dengan cadangan terindikasi 2 Mt, dan Sungai Tuboh dengan kadar emas sebesar 1.762.617 ton biji dengan kandungan 0,11 gr/ton. Sedangkan lokasi emas yang belum diketahui kadar emas dan cadangannya yakni di Kecamatan Batang Asai yang terdapat di Sungai Kinantan Hulu, Sungai Asai dan Sungai Batu Ampar.
:b). Biji Besi
: Biji Besi yang belum diketahui cadangan dan mineralnya terdapat di Kecamatan Batang Asai yang beralokasi di Sungai Salak Bukit Rayo dengan indikasi biji besi yakni dijumpai mineral magnetik, pirkotik. Sedangkan di Kecamatan Limun yang beralokasi di Sungai Tuboh dijumpai mineralisasi yang terdiri dari banyaknya sphalerit, kalkopirit, gaura, hematit dan magnetik.
:c). Seng (Zinc)
: Seng yang mineralisasinya terdapat disungai Tuboh Kecamatan Limun dengan kandungan seng sebesar 9,98 %, sedangkan mineralisasi seng yang terdapat di Sungai Menalu Bukit Rayo Desa Salak Baru Kecamatan Batang Asai dengan kadar Seng (Zn) sekitar 7–138 ppm.
:
 
:d). Timbal
: Potensi Timbal yang mineralisasinya dijumpai terdapat di Sungai Tuboh Kecamatan Limun dengan kandungan timbal sebesar 1,45 %. Sedangkan di Kecamatan Batang Asai yang mana mineralisasinya dijumpai di Sungai Menalu Bukit Rayo Desa Salak Baru Kecamatan Batang Asai dengan kadar timbal 3–37 ppm.
:e). Tembaga
: Di Kecamatan Batang Asai dimana tembaga yang mineralisasinya terdapat disungai Manau, Bukit Rayo Desa Salak Baru yang mana mineral yang dijumpai pirit, pirkotit, sphalatorit dan golina, dan mineralisasi yang terdapat disungai Kinantan dengan kadar 1–27 ppm. Sedangkan yang terdapat di Kecamatan Limun mineralisasi tembaga terdapat di Sungai Tuboh dengan kandungan tembaga mencapai 0,8 % (JICA, 1988). Indikasi penyebaran tembaga di Kabupaten SarolangunSarolan
gun dijumpai di Sungai Batang Asai, Sungai Merandang, daerah Maribung dan Sungai Tangkui.
 
Bahan galian Golongan C, terdiri dari :
:a). Batu Gamping
:Batu Gamping terdapat di Desa Narso Kecil Kecamatan Batang Asai, sedangkan yang telah diketahui kadar dan cadangan batu gamping yakni terdapat di daerah Napal Melintang Kecamatan Limun dengan kadar Ca0 (54,86–55,85 %) dan cadangan diperkirakan sebesar 57,8 juta.
:b). Granit
: Singkapan Granit terdapat di Desa Rantau Panjang Dusun Salak Baru Kecamatan Batang Asai.
:c). Marmer
: Marmer terdapat di Napal Melintang Bukit Bulan Kecamatan Limun yang mana kadar dan cadangannya belum diketahui.
:d). Fosfat
: Singkapan Fosfat terdapat di daerah Bukit Bulan Kecamatan Limun dengan kadar P2O5 cukup tinggi yakni 18,37 %.
:
 
2. # Potensi Kehutanan
Kabupaten Sarolangun memiliki potensi sumber daya alam bidang kehutanan seperti hutan lindung, taman nasional dan cagar alam, namun belum seluruhnya dieksploitasi dan dimanfaatkan secara optimal. Di Kabupaten Sarolangun terdapat 3 (tiga) macam kawasan lindung yaitu :
:a). Kawasan hutan lindung
: Penetapan kawasan hutan lindung diarahkan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Sarolangun terdapat di Kecamatan Batang Asai seluas 33.220 Hektar dan Kecamatan Limun seluas 21.065 Hektar.
:b). Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas.
: Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas terbagi dalam dua wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batang Hari. Untuk Kabupaten Sarolangun terdapat di Kecamatan Air Hitam seluas 6.758 Hektar.
:c). Cagar Alam Durian Luncuk I
: Cagar Alam ini terdapat di Kecamatan Mandiangin, yaitu Cagar Alam Durian Luncuk I yaitu seluas ± 73,74 Ha.
 
3. # Potensi Perkebunan
Kabupaten Sarolangun merupakan memiliki potensi untuk pengembangan perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit dan karet dimana merupakan usaha bidang perkebunan yang paling dominan perkembangannya, hal ini dapat dilihat dari jumlah luas areal perkebunan dan Jumlah produksi yang cukup besar. Usaha perkebunan lain yang juga berkembang di Kabupaten Sarolangun adalah Kopi, Lada, kelapa, Cassiavera, Pinang, Kemiri, Aren dan tebu. Dengan besarnya potensi perkebunan, ditunjang dengan tersedianya bahan baku yang berkelanjutan, infrastruktur dengan kondisi baik serta lokasi yang strategis diharapkan khususnya untuk komoditi karet dan kelapa sawit dapat mendorong minat para investor baik dalam negeri maupun luar negeri untuk mendirikan kawasan industri pengolahan sampai dengan produk hasil turunannya (industri hulu sampai industri hilir) di Kabupaten Sarolangun.
 
4. # Potensi Perikanan
Potensi sumber daya perikanan di Kabupaten Sarolangun terdiri dari kolam, keramba dan perairan umum (sungai dan danau). Bidang usaha perikanan yang berkembang di Kabupaten Sarolangun meliputi jenis usaha perikanan darat terdiri dari usaha kolam dan keramba dan perairan umum memiliki prospek ekonomis. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas, ikan nila, ikan patin, ikan gurami dan lkan lele. Pada tahun 2010 jumlah produksi Perikanan Kabupaten Sarolangun sebesar 2.245,6 Ton, sedangkan jumlah konsumsi ikan pada tahun 2010 sebesar 5.939 Ton, ini berarti Kabupaten Sarolangun masih mengalami defisit atau kekurangan sebanyak 3.693,4 Ton.
5. # Potensi Pariwisata
Kabupaten Sarolangun juga memiliki objek wisata yang umumnya adalah objek wisata alam, selain itu juga wisata ziarah, wisata minat khusus, wisata budaya dan wisata sejarah. Sebagian kecamatan dalam Kabupaten Sarolangun terdapat objek wisata yang menunggu pembenahan, Potensi pariwisata Kabupaten Sarolangun sangat beragam dan menjanjikan, mulai dari wisata alam hingga wisata budaya dan sejarah. Potensi wisata ini tersebar di berbagai kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sarolangun. Saat ini, Kabupaten Sarolangun telah mempunyai 7 site plan objek wisata, yaitu :
:1. Danau Biaro Desa Lidung
:2. Goa Calo Petak Desa Bukit Bulan
:3. Dam Kutur Kecamatan Limun
:4. Taman Nasional Bukit Dua Belas
:5. Terbang Layang Bukit Rayo Kecamatan Batang Asai
:6. Arung Jeram Sungai Batang Asai
:7. Air Panas Paku Aji Desa Pematang Kabau
Dari ketujuh site plan objek wisata di atas, baru 4 diantaranya yang dikembangkan. Disamping itu juga telah dilaksanakan beberapa even wisata daerah, diantaranya Jelajah Goa, Semalam Bersama Suku Anak Dalam, ''Balumbo Biduk'' (Lomba Perahu Tradisional), Lomba Rakit Tradisional dan Lomba Arung Jeram.
 
'''Ekonomi'''
Struktur ekonomi didominasi sektor pertanian, pertambangan, penggalian, perdagangan, hotel dan restoran.
Pada tahun 2006 nilai PDRB Kabupaten Sarolangun atas dasar harga berlaku dengan Migas, Rp. 1,82 triliun, tahun 2007 Rp. 2,21 triliun, tahun 2008 Rp. 2,67 triliun, tahun 2009 Rp. 3,20 triliun, tahun 2010 Rp. 3,75 triliun,. Sedangkan PDRB tanpa Migas pada tahun 2006 Rp. 1,51 triliun, tahun 2007 Rp. 1,84 triliun, tahun 2008 Rp. 2,31 triliun, tahun 2009 Rp. 2,78 triliun, tahun 2010 Rp. 3,17 triliun. PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku dengan migas tahun 2006 Rp. 8,87 juta, tahun 2007 Rp. 10,55 juta, tahun 2008 Rp. 12,48 juta, pada tahun 2009 Rp. 14,70 juta, tahun 2010 Rp. 15,25 juta. PDRB Perkapita tanpa migas tahun 2006 sebesar Rp. 7,39 juta, tahun 2007 Rp. 8,77 juta, tahun 2008 Rp. 10,79 juta, tahun 2009 Rp.12,73 juta, tahun 2010 Rp. 12,87 juta,. Jika dihitung berdasarkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) dengan migas, PDRB perkapita tahun 2006 Rp. 4,43 juta, tahun 2007 Rp. 4,66 juta, tahun 2008 Rp. 4,92 juta, tahun 2009 Rp. 5,22 juta, tahun 2010 Rp. 5.00 juta, PDRB Perkapita tanpa migas tahun 2006 Rp. 3,93 juta, tahun 2007 Rp. 4,17 juta, tahun 2008 Rp. 4,60 juta, tahun 2009 Rp. 4,93 juta, tahun 2010 Rp. 4,66 juta,.
Baris 123 ⟶ 117:
Pada tahun 2006 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sarolangun sebesar Rp.336,56 milyar, tahun 2010 telah meningkat sebesar Rp.526,69 milyar. Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2006 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun hanya sebesar Rp.10,018 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp.18,481 milyar pada tahun 2010.
 
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang merupakan indeks komposit Angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan daya beli masyarakat. Pada Tahun 2006 IPM Kabupaten Sarolangun sebesar 70,3 dimana indeks komposit Angka harapan hidup sebesar 68,8 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 6,9 tahun dan daya beli masyarakat sebesar Rp.667.454,-/kapita/bulan. Pada tahun 2009 IPM mengalami kenaikan sebesar 72,0 dimana indeks komposit Angka harapan hidup sebesar 69,27 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 7,04 tahun dan daya beli masyarakat sebesar Rp.1.119,876,-/kapita/bulan.
 
Garis Kemiskinan atau tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup di Kabupaten Sarolangun pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.183.906,-/kapita/bulan naik pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp.297.111,-/kapita/bulan lebih tinggi dari rata-rata propinsi Jambi. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 sebanyak 37.300 orang mengalami penurunan menjadi 23.900 orang atau 18,23 persen tahun 2006 turun menjadi 9,67 persen pada tahun 2010. Sampai dengan tahun 2009 jumlah angkatan kerja Kabupaten Sarolangun sebanyak 97.237 orang dimana terdiri dari 94.479 orang yang bekerja dan 2.758 orang yang mencari kerja/menganggur.
(Eko Haryanto, Red).
 
== Referensi ==