[[Ritual Bakar Tongkang]] adalah wisata budaya unggulan [[Provinsi Riau]] dari Kabupaten [[Rokan Hilir]] (Rohil). [[Ritual Bakar Tongkang]] telah menjadi wisata nasional bahkan internasional. [[Ritual Bakar Tongkang]] adalah upacara tradisional masyarakat [[Tionghoa]] di Ibu Kota kabupaten [[Rokan Hilir]] yakni [[Bagansiapiapi]].
[[Ritual Bakar Tongkang]] merupakan kisah pelayaran masyarakat Tionghoa yang melarikan diri dari si penguasa Siam pada abad ke-19. Di dalam kapal yang dipimpin [[Ang Mie Kui]], terdapat patung Dewa [[Kie Ong Ya]] dan lima dewa, di mana panglimanya disebut Tai Sun Ong Ya.
Pulau Jemur adalah gugusan kepulauan yang terletak di [[Selat Malaka]], tepatnya di tengah-tengah antara perbatasan Indonesia dan Malaysia. Keindahan alam Pulau Jemur sangat memukau namun potensi tersebut masih tengahbelum digarapsepenuhnya dimaksimalkan oleh pemerintah.▼
Patung -patung dewa ini mereka bawa dari tanah [[Tiongkok]], dan menurut keyakinan mereka bahwa dewa tersebut akan memberikan keselamatan dalam pelayaran, hingga akhirnya mereka menetap di [[Bagansiapiapi]].
Untuk menghormati dan mensyukuri kemakmuran dan keselamatan yang mereka peroleh dari hasil laut sebagai mata pencaharian utama masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi, maka mereka membakar wangkang (tongkang) yang dilakukan setiap tahun. Sedangkan prosesi sembahyang dilaksanakan pada tanggal 15, 16 bulan 5 tahun Imlek.
Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa [[Ritual Bakar Tongkang]] adalah ritual pemujaan untuk memperingati hari ulang tahun Dewa Kie Ong Ya (Dewa Laut). Upacara ini memiliki ciri khas tersendiri dan tidak dapat ditemui di tempat lain di Indonesia.
Pada zaman [[Soeharto]], upacara seperti ini sempat dilarang tetapi kemudian diaktifkan kembali di era [[Gus Dur]] sampai sekarang.
▲Pulau Jemur adalah gugusan kepulauan yang terletak di [[Selat Malaka]], tepatnya di tengah-tengah antara perbatasan Indonesia dan Malaysia. Keindahan alam Pulau Jemur sangat memukau namun potensi tersebut masih tengah digarap.